“Jangan bilang kamu,,” Maureen menunjuk ke arah Anjas dengan tatapan curiga, saat lelaki itu menghampiri di area parkir khusus motor. “Aku udah pinjam ini dari pak pos depan,” Anjas mengangkat pelindung kepala yang dipinjamnya dari petugas pos keamanan depan. “Kamu nggak akan bisa mengelak lagi,” seringai licik terlihat di wajahnya. “Nggak,” Maureen menghela. “Nggak begini konsepnya, kamu punya mobil mewah, kenapa harus naik motor butut ini sih? Kalau mogok gimana? Kalau ban nya tiba-tiba bocor gimana?” “Nggak usah banyak bicara, ayo! Nanti Wulan lihat kita disini dan kami dalam bahaya besar kalau sampai ketahuan.” “Itu salah kamu! Aku nggak,,” belum menyelesaikan ucapannya, Anjas sudah terlebih dulu menarik tangan Maureen, mendekati motornya. “Buruan, jangan lama-lama!” Maureen