Dering telepon itu membangunkan Devan yang masih ingin terlelap. Dengan malas, dia membuka matanya paksa seraya meraih telepon yang ada di nakas samping ranjang. "Halo," sapanya dengan suara serak khas bangun tidur. Dia bahkan tak melihat siapa yang menelponnya pagi-pagi ini. "Kalian di mana? Kenapa belum pulang?" seloroh suara dari seberang terdengar begitu mendesak. Tangan Devan terulur untuk memijat pangkal hidungnya, sebelum dia membuka matanya lebar. Saat itulah, dia mengulurkan telepon untuk melihat siapa yang menghubunginya. Ternyata itu adalah mertuanya. Melihat itu dengan sigap Devan berdehem untuk mengembalikan suara aslinya. "Ada apa, Pa? Kami di apartemen sekarang," jawab Devan. Lelaki itu mulai menyingkap selimut, berjalan ke arah jendela untuk membuka gorden. Dia se