Mereka bertiga berbincang-bincang hingga siang. Melati merasa nyaman. Kendati orang terpandang dengan darah bangsawan mengalir di tubuhnya, Bu Ariana sangat sederhana dan ramah. Mereka bisa tertawa lepas ketika tengah bercanda di ruang keluarga. Ternyata keputusan nekatnya waktu itu tidak sia-sia. Dia dipertemukan dengan orang-orang baik, dipertemukan dengan Saga juga. Padahal setelah ia pergi, sudah tidak pernah berharap lagi akan kembali bertemu Saga dengan keadaan seperti ini. Dipikirnya dulu, Saga telah menikah dengan Alita. Pergi tanpa berbekal pengalaman, nyatanya sekarang Melati bisa membawahi beberapa karyawan. Kafenya terbilang sukses untuk ukuran seorang perempuan dengan pendidikan dan pengalaman yang terbatas. Jam sebelas siang, Melati mengajak Saga untuk pamitan. Ia harus s