Raisa pun masuk ke dalam toko khusus pakaian pria dan dia mencari sesuatu yang cocok untuk Adrian.
"Kira-kira hadiah untuk Adrian apa ya?" gumamnya sambil berkeliling melihat semua yang ada di dalam toko itu.
"Dasi? Sepatu? Kemeja atau ...." Raisa melihat setelan jas di sebuah manekin yang baru saja dipajang oleh pegawai toko itu.
"Itu sepertinya cocok," ucapnya yang segera bergegas mendekatinya dan Raisa melihat setelan jas berwarna navy itu sangat cocok untuk suaminya.
"Wah, ini bagus sekali! Pasti cocok untuknya, kalau begitu ...." Raisa pun segera memanggil salah satu pelayan di toko itu.
"Mbak, saya mau ini sekalian ...." Raisa melihat ke arah kemeja putih yang letaknya tidak jauh dari tempat dia berdiri.
"Kemeja putih yang itu satu," pintanya.
Pelayan itu langsung mengambilnya.
"Nona, ukuran apa yang anda inginkan?" tanyanya.
Raisa terdiam sejenak, dia bahkan tidak tahu ukuran apa yang Adrian gunakan, karena selama ini dia sungguh tak pernah memedulikannya dan di dalam otaknya hanya ada Kevin dan Kevin saja.
"Emmm ... Umuran apa ya? Saya juga tidak tahu tapi ...." Raisa melihat salah satu pegawai pria yang kebetulan lewat di depannya dan bentuk tubuhnya mirip dengan Adrian.
"Ah, ukurannya sama seperti mas itu! Kira-kira itu ukurannya apa ya mbak?" tanya Raisa sambil mengarahkan jari telunjuknya pada pelayan pria itu.
"Oh, kalau ukuran itu ya ... Sebentar saya ambilkan," ucapnya yang bergegas mengambil kemeja putih dan segera memberikan pada Raisa.
"Ini nona, ukuran ini cocok dengan ukuran mas yang tadi," ucapnya.
Raisa segera mengambilnya lalu melihat sekilas dan akhirnya menyetujuinya.
"Ini saja saya ambil, satukan dengan setelan yang tadi ya!" Perintah Raisa yang memberikan kembali kemeja itu.
"Baik nona, ada lagi yang anda inginkan? Di sini masih banyak koleksi terbaru yang baru launching hari ini dan ...." Raisa langsung berlari ke arah etalase tempat dasi berada.
"Setelan dan kemejanya sudah, seharusnya ditambahkan ini pasti lebih keren," ucap Raisa, dia segera memilih dasi yang cocok dengan setelan yang dia beli.
"Motif atau polos ya? Emmm ... Tapi kira-kira Adrian suka tidak ya? Kalau dia tidak suka, bagaimana nanti?" gumam Raisa dia yang bingung memilih diantara salah satu dasi yang ada dikedua tangannya.
"Ini ... Atau ini? Motif atau polos? Emm ...." Raisa terus berpikir karena ini adalah hadiah pertama yang ingin dia berikan untuk Adrian, tentunya harus meninggalkan kesan yang sangat baik.
"Duh, yang mana ya? Aku bingung sekali! Aku takut kalau .... " Raisa tiba-tiba terkejut saat ada tangan yang menyentuh bahunya.
"Eh! Siapa itu?" Teriaknya secara refleks dan secepatnya menoleh ke belakang.
"Kamu sedang apa Raisa? Kenapa lama sekali?" tanyanya.
Raisa langsung tersenyum ketika orang itu ternyata Adrian.
"Aku sedang memilih dasi yang cocok, tapi aku bingung mau pilih yang mana," ucap Raisa sambil menunjukkan keduanya pada Adrian.
Adrian mengerenyitkan dahi, dia sudah berpikir kalau dasi itu pasti akan diberikan untuk Kevin, sehingga raut wajahnya berubah cemberut.
"Terserah kamu! Cepatlah jangan terlalu lama di sini, aku tidak suka!" ucap Adrian dengan nada ketus.
Senyuman Raisa langsung menghilang, dia menunduk lesu.
"Oh, maafkan aku mas karena sudah membuat kamu menunggu, tapi ... Bisakah kamu bantu aku memilih salah satu dari ini? Aku bingung karena keduanya sangat bagus," ucap Raisa.
Adrian menarik napas panjang, dia mencoba menenangkan hatinya yang sudah dibakar api cemburu.
"Kalau kamu merasa keduanya bagus, beli saja semuanya! Toh, Kevin pasti sangat menyukai kalau diberikan dua sekaligus," ucap Adrian dengan nada dingin, dia benar-benar tak tahan dengan perasaan cemburunya.
Raisa langsung mendongakkan kepalanya, dia melotot karena terkejut.
"Hah! Apa tadi kamu katakan mas? Kevin? Kapan aku mengatakan kalau aku membeli ini untuk Kevin?" ucap Raisa yang akhirnya mengerti mengapa Adrian terlihat sangat tidak senang.
"Ya kalau bukan untuk Kevin, si pria yang paling kamu sayangi itu memangnya untuk siapa lagi?" tanya Adrian, ekpresi wajahnya semakin menakutkan, membuat seluruh tubuh Raisa bergidik.
"Mas, kamu salah faham! Aku tidak ada niat sam sekali membelikan dasi ini untuknya dan memangnya pria disisi aku hanya ada dia hah?" Raisa melotot, dia benar-benar kesal pada Adrian yang lagi dan lagi salah faham padanya.
Adrian menyipitkan matanya.
"Memang hanya dia pria yang selalu kamu pikirkan, dia juga pria satu-satunya yang kamu sukai dan dia .... " belum selesai Adrian bicara, Raisa langsung menutup mulutnya.
"Jangan bicara seperti itu lagi! Aku kan sudah mengatakan kalau aku sudah tidak menyukainya! Kamu satu-satunya pria yang aku sukai, ah bukan hanya suka tapi pria yang sangat aku cintai dan ini! Dasi ini aku beli untuk kamu mas, oh ya! Bukan hanya dasi tapi .... " Raisa pun segera memanggil pelayan tadi.
"Mbak! Tolong ambilkan setelan tadi serta kemejanya kemari," pintanya sambil memberikan kedua dasi itu serta kartu untuk membayarnya.
"Karena suami saya menyukai keduanya, jadi saya mau dua-duanya!" ucap Raisa.
Pelayan itu tersenyum cerah.
"Baik nona," ucapnya.
Adrian yang masih terbungkam pun segera menyingkirkan telapak tangan Raisa.
"Jadi ... Dasi itu untuk aku?" tanyanya.
Raisa mengangguk.
"Iya sayang! Itu untuk kamu, memangnya untuk siapa lagi sih? Aku ingin memberikan hadiah pertama yang mengesankan untuk kamu mas dan aku ...." Raisa belum selesai bicara, karena Adrian tiba-tiba mengecup dahinya.
"Terima kasih Raisa, aku tidak tahu kalau itu untuk aku, tadinya aku pikir kamu membelikannya untuk Kevin," ucapnya dengan senyuman cerah dan ekspresi wajahnya berubah dengan cepatnya.
"Hehehehe ... Sama-sama mas! Aku kan sudah berjanji akan mencintai kamu dan melupakan si Kevin b******k itu, jadi ... Mas sudah percayakan kalau aku sudah berubah," ucap Raisa dia pun memeluk Adrian.
"Mas, kamu suka yang mana? Tadi aku beli dua-duanya karena tadi kamu mengatakan kalau kamu menyukai keduanya," ucap Raisa dengan nada manja, dia menggosokkan pipinya di d**a Adrian.
Adrian tersenyum semakin lebar, dia benar-benar sangat senang.
"Apapun yang kamu pilih, pasti semuanya bagus Raisa," ucapnya.
"Benarkah mas? Kalau begitu, lain kali aku akan membeli sesuai selera aku saja."
Adrian mengangguk.
"Ya belikan sesuai yang kamu inginkan, aku pasti menyukainya, tapi .... " Senyuman Adrian langsung meredup dia takut itu hanya harapan semata saja dan Raisa kembali seperti sebelumnya.
"Apakah akan ada yang lainnya? Atau ini hanya akan menjadi yang pertama dan terakhir kamu memberikanku hadiah, Raisa?" gumam Adrian, dia membalas pelukan Raisa dan membelai lembut rambutnya.
"Semoga kamu menepati ucapan kamu hari ini Raisa! Jika kamu mengingkarinya, maka aku akan mengurung kamu dan takkan pernah melepaskan kamu, walaupun kamu tidak suka, aku akan tetap mengurung kamu yang hanya boleh jadi milikku, " gumam Adrian yang diam-diam mengecup rambut Raisa yang terurai indah.
Sedangkan Raisa, dia tersenyum bahagia karena Adrian sudah mulai mempercayai dirinya.
"Adrian, cepat atau lambat kamu pasti percaya dan aku pastikan, kali ini kita akan bahagia, " gumam Raisa, dia mengeratkan pelukannya, pelukan yang bisa merasakan cintanya Adrian.
Namun, saat keduanya sedang berpelukan dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Pelayan tadi pun datang, mengganggu kemesraan yang sudah mulai tercipta.
"Nona, ini pakaian yang tadi anda pilih," ucapnya sambil menyerahkan satu totebag berisi barang belanjaan Raisa serta kartu miliknya.
"Oh iya, terima kasih banyak mbak," jawab Raisa yang segera melepaskan pelukannya dari tubuh Adrian lalu mengambilnya.
"Mas, nanti kamu pakai ya! Emmm ... Setelah sampai di rumah, boleh tidak kamu mencobanya tapi aku mau melihatnya," ucap Raisa dengan wajah tersipu.
Adrian segera mengambilnya, dia mengangguk setuju.
"Boleh kok! Emmm ... Terima kasih atas hadiahnya, aku terima dengan senang hati," jawab Adrian.
Dia tersenyum penuh kebahagiaan sambil memegang erat totebag itu.
"Sama-sama mas! Karena sudah selesai, sekarang kita mau pergi kemana ya mas? Mas punya rekomendasi tempat yang bagus tidak?" tanya Raisa, dia segera meraih lengan Adrian lalu memeluknya lagi.
Adrian melihat lengannya sekilas, hatinya semakin bahagia.
"Terserah kamu saja, sekarang sudah masuk jam makan malam, bagaimana kalau kita makan malam dulu," ucap Adrian.
"Ayo mas! Kita makan dulu tapi ...." Raisa menyandarkan kepalanya di lengan Adrian dengan manjanya.
"Cari tempat yang romantis ya mas, kalau bisa hanya ada kita berdua saja tidak boleh ada orang lain yang mengganggu, tapi ...."
Adrian mengusap rambut Raisa.
"Tapi apa? Aku tahu tempat yang kamu inginkan, sekarang aku akan memesannya," ucap Adrian, dia segera mengambil ponsel dari saku celananya, lalu mengirim pesan pada asisten pribadinya, untuk memesan restoran yang ternyata, dulu dia dekor untuk melamar Raisa.
Namun, acara itu gagal karena Raisa tidak mau datang karena dia sangat membenci Adrian.
Sehingga, acara itu gagal dan Adrian menghancurkan semuanya.
Sedikit ragu, Adrian terdiam sejenak menatap layar ponselnya.
Membuat Raisa penasaran.
"Ada apa mas? Apakah kamu kesulitan? Kalau sulit, kita makan saja di sekitar sini, kita ...."
"Tidak ada apa-apa kok! Sebentar aku minta Harsa untuk memesannya," jawab Adrian.
"Oh, syukurlah kalau kamu baik-baik saja mas, kalau begitu kita pergi sekarang, semuanya juga sudah selesai kok," ajak Raisa, dia menarik lengan Adrian untuk meninggalkan toko itu.
Adrian mengikuti keinginan Raisa, keduanya berjalan pergi meninggalkan tempat itu dengan Raisa yang terus menempel di lengannya.
Adrian hanya tersenyum melihat sisi manja Raisa terhadap dirinya.
Tapi jarinya mengetik pesan untuk mengirim pesan pada Harsa.
[Pesankan tempat yang paling indah pemandangannya di restoran Sweet Dream untuk sekarang. ]
Ting.
Pesan terkirim.
Harsa pun membalasnya.
[ Baik bos! Saya pesankan.]
[Bagus! Saya dalam perjalanan ke sana.]
[Siap bos! Saya akan menyelesaikannya sebelum anda sampai]
Adrian tak lagi menjawabnya, dia menaruh ponselnya lagi ke sakunya dan terus menatap Raisa yang terus memeluk lengannya.
"Jika terus seperti ini aku semakin mencintai kamu Isa!" gumamnya.
Adrian dan Raisa pun terus berjalan menuju parkiran dan saat Adrian hendak mengambil mobilnya.
Raisa tak mau melepaskan lengannya, dia masih ingin terus menempel manja padanya.