“Sayang… mau kemana?” tanya Jarvis saat mereka dalam lift. Meida masih menunduk tidak mau bicara apapun. Hingga akhirnya Jarvis memilih menggendong sang istri. “Anaknya Papa mau gimana hmmm?” Meida sampai terkekeh dan memeluk sang suami erat dengan air matanya menetes. Jarvis membawanya ke dalam mobil. Pria itu dengan hati-hati memposisikan Meida duduk di pangkuannya supaya sepuasnya memeluk. Mengelus punggung sang istri supaya tangisannya reda. “Mau gimana cantiknya kakak ini?” “Mau gini dulu.” “Duh, enak dong bisa peluk si cantik seharian.” “Aku gak cantik. fotoku di masa lalu buluk banget, jelek, kucel, dekil.” Jarvis merangkup pipi sang istri supaya menatapnya. Rahangnya mengetat. “Jangan ejek diri kamu sendiri. Itu Cuma efek miskin aja, Sayang. Kamu aslinya cantik, butuh polesan