Rekan kerja Oliv penasaran melihat Oliv keluar dari ruang kerja Saga, dengan wajah yang terlihat kesal bahkan mereka mengira saat ini Oliv pasti sudah dipecat, karena kedapatan mengatakan CEO mereka suka perempuan berdadda besar. Oliv adalah sosok perempuan tangguh, cantik dan cerdas serta lucu, sayang jika Oliv dipecat hanya karena ucapannya yang menurut mereka sesuai dengan fakta. Bagaimana tidak, Raden Sagara adalah sosok yang sangat tampan, berwibawa, kaya raya dan tentunya sangat mudah dicintai wanita itu, telah memiliki reputasi sebagai lelaki penghancur hati perempuan. Apalagi hinaan demi hinaan sangat mudah dilontarkan di mulutnya begitu saja, jika ia tidak menyukai perempuan itu.
Perempuan yang tadi datang bukan satu-satunya perempuan yang datang dengan penampilan berkelas, namun memang mereka semua kebanyakan memiliki dadda yang cukup besar. Berddada besar saja ditolak oleh Saga, apalagi berdddada kecil seperti Olivia Jenaka. Ya...Bagiamana ia mau memiliki daddda besar, jika asupan makanannya selama ini kurang bergizi, itu yang Oliv katakan jika orang-orang menyinggung dadddanya yang kurang menojol karena tubuhnya yang kurus bak aktris Korea.
"Jen...lo nggak apa-apa?" Tanya Evi.
"Alhamdulilah belum dipecat," ucap Oliv karena ia sudah bisa menduga jika itu yang saat ini teman-temannya pikirkan tentangnya ketik ia keluar dari ruangan Raden Sagara.
Olivia merasa keinginan Saga untuk mengunjungi rumahnya, sebaiknya tidak diketahui rekan kerjanya karena akan memancing gosip, yang akan mengudara beberapa pekan tentang dirinya. Tentu saja Oliv tidak suka hal ini terjadi saat ini, apalagi ia akan diwawancarai eksklusif oleh rekan kerjanya karena Raden Sagara belum pernah mengunjungi rumah mereka. 'Bisa-bisa Pak Saga dibilang suka sama gue seperti dugaan gue tadi atau Pak Saga mau memberikan rumah, yang layak untuk gue karena kasihan dengan tumbuh kembang gue dan tumbuh kembang keponakan gue yang tidak memiliki orang tua,' Batin Oliv.
"Jen lo habis dimarahin terus dikasih SP gitu?" Tanya Sarah yang sudah tidak sabar ingin berkomentar.
"Menurut ngana-ngana sekalian, apa Pak Saga akan diam saja gue ngatain gosip tadi dan dia bahagia banget digosipin sama gue, lalu minta gue sayang-sayangan gitu sama dia?" Tanya Oliv. Sarah, Evi dan Adif menggelengkan kepalanya.
"Itu nggak mungkin banget Jen, Pak Saga itu seperti hasil penyelidikan kita dia suka yang gede gitu dan saya sebagai laki-laki, kalau punya segala-galanya kayak Pak Saga juga akan mencari yang terbaik untuk naik ke atas ranjang gue, Jen," ucap Adiif.
"Nah...itu lo tahu, intinya ya guys sekarang gue belum dipecat...belum!" Ucap Oliv membuat mereka menghembuskan napas lega.
"Lif kita nggak akan seru lagi loh kalau nggak ada lo," ucap Sarah prihatin dan ia benar-benar bersyukur kalau Olivia Jenaka tidak dipecat.
"Hehehe...lo tinggal bilang sama Pak Saga, jangan pecat gue, rugi kalau pecat gue!" Ucap Oliv membuat mereka bertiga menghela napasnya.
"Memangnya kia mau gitu...ambil resiko dipecat juga, dari pada kita bertiga ikut dipecat, lebih baik biar lo aja yang dipecat Jen," ucap Evi.
"Iya benar," ucap Adif.
"Ya sudah sana kerja...kalian neyeblin banget nggak mau belain teman," ucap Oliv berpura- pura kesal kepada ketiga rekan kerja sekaligus teman akrabnya ini.
Mereka bertiga tersenyum dan ketiganya segera kembali ke kubikelnya masing-masing. Oliv segera menyelsaikan perkerjaannya dan ia fokus bekerja, meskipun diponselnya saat ini beberapa orang lelaki seperti biasanya sedang mencoba peruntungannya dengan mengirimkan pesan untuk mengajaknya makan siang bersama.
Kkkk
Beberapa jam kemudian saatnya jam makan siang, ketiga rekan kerjanya itu mendekatinya, bisanya mereka akan makan siang bersama-sama dan mendengar gosip yang beredar di kantor ini atau mereka akan menceritakan banyak hal termatang selebriti hingga kabar hangat. Evie, Sarah dan Adif mendekatinya. "Jen kita makan siang yuk m, dikantin aja Jen kan bukan tua rekening udang ngedip-ngedip Jen," ucap Adif.
"Kalian bisa nggak panggil gue Oliv gitu, nyebelin banget sih dipanggil Jen, dari Jenaka," kesal Oliv membaut merkea bertiga terkekeh.
"Nama lu itu yang paling aneh dari nama kita bertiga yang pasaran banget. Dari seibu pekerja belum tentu ada yang namanya jenaka tapi nama kita pasti ada," ucap Evie.
"Iya Jen harusnya lo itu bersyukur makan lo yang Jenaka itu sesuai dengan bentuk karakter lo yang memang pembawa suasana bahagia Jen." Ucap Sarah.
"Iya...iya nyebelin banget sih...udah sana kalian pergi, gue nggak bisa ikut pergi karena ada tugas negara yang nggak bisa ditunda lagi yaitu jemput anak gue!" Ucap Oliv.
"Yah...nggak seru banget lo Jen," ucap Adif
"Mau gimana lagi namanya juga janda anak satu, eh...maksudnya gadis beranak satu soalnya gue belum berlaki-laki," ucap Oliv membuat mereka bertiga terkekeh. Ketiga temannya itu tahu jika anak yang berada bersama Oliv adalah keponakannya karena Sarah adalah teman kuliah Oliv. Sarah juga lah yang mengajak Oliv bekerja di Sagara grup ketika Sagara grup membuka open rekrutmen secara besar-besaran saat itu untuk beberapa perusahaan cabang, namun alhamdulillah nekat kemampuan keduanya, keduanya bisa bekerja di kantor pusat.
"Astaga Jen lo bisa minta tolong Nindiya yang jemput anaknya, apalagi kantor Nindy kan lebih dekat dari sekolah Kisya," ucap Sarah.
"Lagi urgen jadi harus gue jemput Kisya, ya sudah sana kalian pergi masih ada hari esok kawan buat kita memulai acara pergosipan lagi, simpan dulu cerita hari ini oke!" Ucap Oliv membuat mereka bertiga tersenyum Oliv merangkul bahu Adit dan bahu Sarah, "kupon diskon occioyyanya kita gunakan besok," ucap Oliv.
"Seriusan masih ada?" Tanya Evie.
"Iya masih ada," ucap Oliv membuat mereka bertiga tersenyum dan Adif mencubit pipi Oliv.
"Oke Jen sayang, ditunggu kuponnya besok awas saja kagak lo bawa ke kantor!" Ucap Adif.
"Iya tenang saja!" Ucap Oliv.
Dari jauh sosok laki-laki dingin berkedok seorang CEO itu memperhatikan tingkah Oliv yang saat ini merangkul bahu Adif dan ia menatapnya dengan tatapan menyelidik. Perempuan bernama Olivia Jenaka itu, memang memiliki kemiripan dengan istri mendiang adiknya namun tingkah keduanya, jauh sangat berbeda. Adik iparnya itu sosok yang lembut, perhatian dan lemah lembut, namun perempuan yang ada dihadapannya saat ini terlihat mendominasi dengan wajah cerianya dan juga sikap humoris yang menurut Saga benar-benar tidak lucu. Ketiga rekan kerja Oliv telah melangkahkan kakinya meninggalkan Oliv yang masih tersenyum menatap punggung ketiganya.
"Fahmi kamu bilang sama Jenaka kalau saya menunggu di mobil!" Ucap Saga.
"Baik Pak," ucap Fahmi.
Saga melangkahkan kakinya melewati Oliv dengan santai, namun ia tidak menyapa Oliv membuat Oliv menghela napasnya, karena kemungkinan Saga sudah mengurungkan niatnya untuk datang berkunjung Ke kontrakannya. "Ya sudah, Alhamdulilah kalau dia tidak jadi datang ke kontrakan gue," ucap Oliv tersenyum senang.
"Jen, Bapak menunggu dimobil!" Ucap Fahmi yang datang mendekatinya, membuat senyuman diwajah Oliv hilang begitu saja, seolah ia telah mendapatkan kabar buruk yang merupakan karma terbesarnya.