17. L(Over)

1127 Words
Pukul 14.00 sekolah sudah di bubarkan. Cleona dan Nola keluar dari kelas, namun memilih untuk duduk di depan kelas mereka karena hujan yang sangat deras sedang mengguyur kota ini.  Cleona dan Nola memutuskan untuk duduk sebentar, menunggu hujannya sedikit reda, ada beberapa obrolan yang membangun suasana mereka. Dari mulai jam mengerjakan tugas rumah, sampai ajakan Cleona untuk Nola menginap di rumahnya.  "Ayo, nginep di rumahku," bujuk Cleona kepada Nola.  "Iya nanti Jumat deh, gue nginep. Kan besoknya kita libur," ucap Nola yang menolak secara halus.  Cleona memajukan bibirnya. Sedikit merajuk karena Nola menolak untuk menginap di rumahnya. Padahal Cleona ingin sekali memiliki teman mengobrol di rumahnya yang sangat sepi itu.  "Aku udah ajak Eliza juga enggak mau," ucap Cleona dengan pelan.  Nola menepuk pundak Cleona. "Maaf ya ... Nanti Jumat gue nginep kok, nemenin, lo. Okey?"  Mau tak mau, Cleona mengangguk pelan. "Janji ya? Awas kalau bohong lagi," kata Cleona.  Nola mengangguk dengan cepat, dan berjabat tangan dengan Cleona. "Iya gue janji. Nanti gue bawa makanan banyak. Terus kita maraton drakor deh ...."  Senyum Cleona pun kembali. Ia tak sabar ingin cepat-cepat hari Jumat, agar Nola bisa menginap di rumahnya, dan dirinya tidak lagi kesepian.  "Kayanya enggak bakal reda-reda, deh. Kita jalan pelan-pelan aja yuk, aku antar kamu ke parkiran," ucap Cleona.  "Ahh ... Gue mau naik mobil, lo. Tapi ... Ada si Kin. Emm ... Enggak jadi deh," kata Nola.  "Ayo, naik mobil aku aja. Motornya biar diantar pak satpam nanti kalau hujannya udah reda. Lagian kamu ngapain bawa motor, biasanya juga di antar jemput." "Asik tau bawa motor," kata Nola.  "Dasar cewek jadi-jadian, hahaha ...." Mereka pun tertawa tanpa sebab. Cleona mengantarkan Nola menuju parkiran yang diisi oleh kendaraan murid. "Kamu pakai jas hujannya. Aku pulang ya ... Bye ...." Nola mengangguk sambil mengacungkan jempolnya. Cleona pun pergi berjalan menuju koridor kantor guru, untuk bisa berteduh dan melihat kearah parkiran. Namun sepertinya, ia tidak melihat Kin.  Rasa dingin yang menusuk kulitnya membuat Cleona merinding. Almamater sekolahnya ia simpan di loker, dan sekarang ia hanya menggunakan baju seragam putih pendek saja, tanpa jaket. Angin pun membawa beberapa tetes hujan kearahnya.  Cleona menggosokkan kedua tangannya, untuk bisa memberikan sedikit rasa hangat di tubuhnya yang sebentar lagi akan menggigil.  Ada satu objek yang mengalihkan perhatiannya. Ia seperti melihat Kin di parkiran sana. Namun dengan siapa itu? Kin membawa payung dan memayungi seorang perempuan menuju kearah mobil berwarna hitam. Ia yakin itu Kin. Namun siapa perempuan itu? Perempuan yang memakai seragam, tetapi bukan seragam sekolahnya.  Mata Cleona tidak mampu melihat siapa perempuan itu, namun hatinya berkata jika itu adalah Levy. Ia melihat Kin membukakan pintu mobil kepada perempuan itu, beberapa saat kemudian mobil itu pun pergi dan Kin melihat kearah dirinya, namun Cleona mencoba untuk pura-pura tidak melihat Kin.  Cleona memundurkan langkahnya, ia memilih untuk duduk di area kantor guru, tubuhnya saat ini sudah tidak merasakan dingin yang tadi ia rasakan. Tubuhnya hanya lemas.  Ia mundur tanpa melihat apa yang ada di belakangnya. Sampai sesuatu menyentuh punggungnya. Cleona pun dengan cepat berbalik, sepertinya ia sudah menabrak sesuatu.  "Astaga ..." Katanya sambil membungkukkan badannya.  "Maaf, Pak. Saya tidak sengaja," ucap Cleona yang mencoba meminta maaf.  Tak sengaja, Cleona sudah menabrak gurunya sekaligus ketua yayasan, atau pemilik sekolahnya. Mengapa dirinya sangat ceroboh sekali saat ini.  Bapak itu tersenyum. "Tidak apa-apa. Di sini hujan, lebih baik kamu tunggu di sana saja," ucap Pak Dhananjaya kepada Cleona.  "Iya, Pak. Tapi maaf saya tidak sengaja tadi," kata Cleona kembali, yang merasa sangat tidak enak saat ini. Bagaimana tidak, Dhananjaya adalah kakek dari Kin, bisa saja beliau mengenal dirinya tidak sopan. Sungguh sangat memalukan.  "Kakek," ucap seseorang yang Cleona kenali suaranya.  Pak Dhananjaya tersenyum melihat Kin yang menghampirinya. Cleona mundur perlahan, namun ada sebuah tangan yang memegang jari-jemarinya, Kin menggenggam tangannya.  "Kakek, apa kabar?" Tanya Kin.  "Alhamdulilah, Kakek baik. Kamu kemana saja? Jarang menemui Kakek," jawab Pak Dhananjaya, sambil memperhatikan Kin yang menggenggam tangan Cleona.  Cleona ingin sekali, pergi dari sini. Malu dan kesal bercampur melihat Kin dan Pak Dhananjaya di hadapannya.  "Maaf jarang menemui, Kakek," ucap Kin, lalu dirinya melihat kearah Cleona. "Kek, ini kenalkan, dia Cleona."  Cleona yang merasa namanya di perkenalkan, ia pun tersenyum. "Saya Cleona, Pak," ucapnya.  Pak Dhananjaya tersenyum dan mengangguk. "Siapa? Pacar kamu?"  Kin mengangguk. "Iya, Kek. Pacar Kin." "Di jaga baik-baik pacarnya. Kakek sudah tau, kamu saja yang baru memperkenalkan. Yasudah, Kakek pergi dulu. Masih ada urusan lain." Pak Dhananjaya pun pergi dengan satu orang supir di belakangnya.  Seusai melihat kakeknya masuk kedalam sebuah ruangan, Kin pun melihat kearah Cleona yang sedang menundukkan kepalanya.  "Kenapa?" Suara berat itu bertanya.  Cleona menggeleng, dan mencoba melepaskan genggaman Kin dari tangannya. "Lepas," ucap Cleona dengan suara pelan.  Bukannya melepas, Kin semakin erat menggenggam tangan Cleona. "Lepas, Kak ..." Kata Cleona.  "Enggak usah bikin masalah," ucap Kin dengan tegas.  "Masalah apa sih?" Tanya Cleona yang mencoba memberanikan diri.  "Salah pegang tangan kamu?"  "Kamu yang salah," ucap Cleona dengan cepat.  Moodnya sudah sangat ancur kali ini. Melihat kejadian tadi, dan di tambah saat ini dirinya sedang hari pertama haid, ingin sekali rasanya Cleona menghancurkan wajah Kin yang tampan itu.  Dirasa Cleona sedang marah kepadanya, Kin pun melepaskan genggaman tangannya. Kin melepaskan almamater yang ia gunakan, untuk bisa di pakai oleh Cleona.  "Pakai," ucap Kin. Tanpa persetujuan, Kin memakaikan almamaternya itu di tubuh Cleona yang sudah kedinginan.  Tidak ingin berdebat di sini, Kin kembali menggenggam tangan Cleona, dan mengambil payung, lalu mereka berjalan bersama menuju parkiran.  Kin membukakan pintu mobil untuk Cleona, dan ia pun berlari ke arah belakang mobil untuk memasukkan payung ke bagasi.  Setelah masuk kedalam mobil, Kin melihat Cleona yang sepertinya kesakitan. "Kamu kenapa?" Tanya Kin dengan khawatir sambil memegang dahi Cleona.  Wajah Cleona sudah pucat dan keringat dingin mengucur dari dahinya. "Aku nyeri haid, Kak ..." ucapnya sambil meringis.  Kin menghela napasnya sedikit lega. Namun ia tidak tega melihat Cleona sangat kesakitan.  "Mau ke rumah sakit?" Tanya Kin.  Cleona menggeleng. "Cuma nyeri haid. Hari pertama memang seperti ini." "Sesakit itu?" Tanya Kin yang tidak tau harus bagaimana.  "Kalau aku kaya gini, tapi enggak tau yang lain."  "Aku telpon ayah," ucap Kin sambil mencari ponselnya yang ada di dalam tasnya. Namun dengan cepat Cleona menahan. "Jangan, tolong ambilkan obat di depan tasku." Kin pun menyimpan tasnya, dan mengambil tas Cleona. Diberinya obat itu, dan botol minum. Untung saja Cleona menyimpan obat pereda nyeri ini untuk jaga-jaga.  "Sakit kamu berlebihan," ucap Kin.  Cleona menggeleng lemah, sebenarnya ia sudah merasakan sakit sejak istirahat pertama tadi, namun sakitnya tidak sehebat ini.  "Aku nyeri haid memang seperti ini. Nanti juga hilang." Kin mengusap keringat dingin yang membasahi rambut Cleona menggunakan tissue. "Kalau sakit banget, kita pergi ke dokter aja ya?" Tanya Kin.  Cleona menggeleng, dan lebih memilih untuk memejamkan matanya. Rasa marah yang ia simpan untuk Kin tadi, harus ia tahan karena keadaannya seperti ini. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD