Aku keluar dari kamarku. Dari tadi Haidar tidak mau dengan aku, dia masih dengan ayah dan bibi. Haidar masih saja memanggil-manggil Adrian. Dia memang ingin bertemu dengan Adrian, karena dua hari yang lalu mereka tidak jadi bertemu. Aku mendekati Haidar yang sedang bersama opanya. Haidar tidak mau menatap aku. Aku menyesal membuat dia menangis seperti sekarang. Sudah selepas Isya Haidar masih belum mau dengan aku. Dia juga belum mau makan, padahal bibi dan ayah juga membujuk dai untuk makan. “Sayang, makan, ya? kamu belum makan, lho,” bujukku pada Haidar. “Gak mau! Haidar mau Om Ian! Haidar mau ke rumah Om Ian!” Haidar malah menjerit dan menangis minta ke rumah Adrian. “Bunda minta maaf, ya? Besok kita menemui Om Ian,” ucapku. “Bunda jahat....” Haidar menangis tapi dia memeluku erat.

