aku sayang Kakak...” Bruk Hansel hampir jatuh ke tanah, tapi Aidan berlari untuk memeluk adik tersayangnya itu. “Kakak...” rengek Hansel. Aidan memeluk Hansel erat, menitikkan air mata pula. “Dua belas tahun ini... hiks... apa kakak tahu apa yang kulakukan?” “Ehm...” Aidan hanya mengangguk, emnepuk-nepuk punggung Hansel yang gemetar. “Aku melakukannya untuk Kakak... semua yang kulakukan hanya untuk Kakak...” “Ehm... aku tahu.” “Aku sangat kesepian tanpa Kakak... aku sangat kesepian...” Cibil dan Hera yang mendengar rengekan itu untuk sesaat berhenti bertarung. Mereka terenyuh mendengar kalimat sakit hati Hansel. Raja yang kejam itu, raja yang ditakuti oleh banyak orang itu, dia tidak lebih dari seorang anak yang kesepian. Aidan memejamkan mata, setetes air matanya jatuh ke bahu