Pertengkaran suami istri yang menyebalkan. Cukup membuat mood Rose rusak di sepanjang hari ini.
Bagaimana tidak? Bukan hanya soal menceramahinya karena ia tidak pulang semalaman. Alex juga dengan tanpa hati nurani menyuruhnya untuk segera bangun dan bersiap-siap. Bahkan ini terlalu sore untuk bangun. Rose masih menginginkan ranjangnya. Semalaman ia tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup gara-gara Angel.
Entah ada acara apa? Yang pasti Rose harus berdandan rapi dengan gaun cantik pemberian lelaki itu. Padahal Rose sama sekali tidak suka dengan gaya stylenya. Terlihat sangat anak pesantren sekali. Hanya terlihat pundak dan selebihnya gaun maroon itu menjuntai Indah sampai menutupi lututnya.
Oh ayolah. Rose bahkan pernah memakai sesuatu yang lebih gila. Apa ia tidak bisa memilih pakaian sendiri. Gaun-gaun pesta yang lebih menantang banyak tertumpuk di dalam lemarinya. Sayang jika tidak digunakan sama sekali.
"Aku tidak mau memakai gaun ini!"
Rose berkomentar kembali sembari melempar gaun itu ke arah lantai dengan mimik tidak suka. Mengejutkan fokus Alex yang sedang bersantai di atas sofa kamar dengan ponsel yang terapit di celah jemari tangannya.
Alex hanya menghela napas. Cukup lelah, karena waktu berharganya sedari tadi hanya di pakai untuk mendengar celotehan sialan dari wanita pembangkang ini. Dan tidak ada waktu lebih yang tersedia untuk kembali berdebat. Acaranya sebentar lagi akan dimulai. Dan Alex tidak mau datang terlambat.
Laki-laki itu kemudian berdiri. Memandang Rose dengan tatapan yang seolah berbicara bahwa tidak ada penolakan. Jemarinya memungut gaun itu lalu kembali menaruhnya tepat di atas telapak tangan Rose.
"Sudah tidak ada waktu lagi. Pakai gaun ini atau... tidak memakainya sama sekali," ucap Alex mengancam, tidak ada nada halus sedikitpun di sana. Seolah Alex benar-benar serius dengan ucapannya.
Rose melotot. "Kau gila. Kau menyuruhku untuk datang telanjang di depan umum?"
Mungkin otak Alex terjatuh di toilet. Atau kewarasannya menghilang. Bagaimana bisa laki-laki itu mengancamnya untuk tidak memakai satu helai benang pun. Sedangkan Rose sama sekali bukan wanita liar yang sering Alex tuduhkan.
"Bukankah kau sudah terbiasa. Memakai gaun dengan potongan yang sangat rendah. Menurutku itu sama saja kau telanjang di depan mereka."
"Kau mengihinaku!"
Kemarahan Rose semakin menemui titik yang sangat tidak menyenagkan setelah mendengar kata hinaan dari mulut Alex. Jadi ia melepar kembali gaun itu secara kasar ke arah lantai. Ingin cepat melangkah keluar dan meninggalkan Alex bersama segudang permintaan sialannya. Ia lebih baik menemui Angel atau bertemu dengan lelaki yang baru di kenalnya semalam.
Namun belum sempat kaki Rose keluar dari celah pintu. Ia merasakan sakit di sekitar punggungnya ketika Alex menyentak tangan lalu mendorong punggungnya ke arah pintu.
"Aku hanya menyuruhmu untuk memakai gaun itu? Apa susahnya?" Alex menyudutkan tubuh Rose sambil bertanya. Sedangkan Rose menjawab pertanyaan itu tak kalah kerasnya.
"Susahnya karena aku sama sekali tidak suka dengan gaun itu!"
Alex berdecih, ia tidak bisa pikir terbuat dari apa isi otak wanita ini. Kenapa begitu keras kepala sekali. Padahal gaun itu yang paling termahal. Apa karena gaun itu tidak terlalu banyak mempertontonkan bagian tubuh hingga membuat Rose jadi tidak mau memakainya? Lalu jika itu benar, kenapa Rose juga tidak sekalian saja datang dengan tubuh telanjang?
Sifat keras kepala wanita ini benar-benar membuat Alex semakin kesal.
"Jika kau tetap keras kepala aku tidak punya pilihan lain."
Alex meraih pergelangan Rose dan menyeret wanita itu secara paksa. Membuat Rose semakin meneriakinya dengan sumpah serapah yang termuntahkan dari dalam mulutnya.
"Apa yang kau lakukan sialan! Lepaskan aku!"
Telinga Alex tersumbat. Terbukti ketika lelaki itu tidak peduli dengan suara teriakan Rose dan malah semakin menyeret tubuh Rose hingga masuk ke dalam kamar mandi.
Ketika Rose masih saja memberontak. Alex tidak punya pilihan lain selain membuat mulut beracun itu diam, dengan cara menyumpal mulut itu dengan mulutnya sendiri.
Dan benar, wanita itu langsung terdiam, kedua matanya terbelalak, merasa terkejut dengan perlakuan Alex saat ini.
Alex sama sekali tidak ada niat untuk mencium wanita ini. Demi Tuhan, ia sama sekali tidak tertarik. Hanya saja ia tidak punya pilihan dan menyianyiakan kesempatan untuk membuat Rose diam.
Tanpa berpikir panjang Alex mulai bermain lebih. Menerobos masuk ke dalam mulut Rose, memainkan lidah Rose, dan melumat mulut Rose yang ternyata terasa sangat manis di mulutnya. Mendapat kelemahan wanita ini. Tangan Alex langsung bergegas melucuti gaun sexy yang Rose kenakan. Mencoba mengalihkan perhatian Rose karena wanita itu kini sibuk melumat balik bibirnya dengan ganas.
Sialan! Wanita ini semakin terbawa suasana. Tangannya kini bahkan sudah bergelayut di lehernya. Dan mengelus bagian bidangnya beberapa kali. Sampai ketika di mana tangan Rose turun tepat di area pusat inti tubuh lelaki itu. Alex langsung menghentikan ciumannya, menyentak tangan Rose yang hinggap di sana dengan kasar.
Tatapan Alex tertuju di wajah Rose. Rose pun ikut mendongkak menatap wajah Alex yang kini terlihat memerah. Terlebih ada beberapa bintik keringat yang menempel di kening Alex. rose mulai berpikir, sebegitu menggairah kah ciuman mereka hingga membuat lelaki itu terengah dengan keringat yang membanjiri keningnya?
"Kita sudah terlambat. Kau harus segera memakai gaun ini." Alex berucap dengan napas yang masih memburu. Ia kemudian menaruh gaun itu di tangan Rose. Dan memilih mengambil gaun sexy yang tadi berhasil ia lepas dari tubuh Rose. Kini wanita itu hanya memakai underwear saja.
"Aku tunggu di luar."
Tanpa berpikir pajang. Alex langsung bergegas pergi secepat kilat meninggalkan Rose yang terlihat masih terdiam dengan debaran asing yang terjadi di dalam rongga dadanya.
***
Mereka sampai dan masuk ke dalam big ballroom dengan sapuan musik yang terdengar lembut di telinga. Dekor ruangan itu sangat luar biasa mewah, terkesan begitu elegant. Ada beberapa lampu hias dan juga bunga cantik yang dihias di beberapa sudut. Menambah kesan bahwa si pemilik pesta sangat menyukai kemewahan.
Alex berjalan beriringan dengan Rose namun di sana tidak terlihat sebuah kemesraan seperti yang sering di perlihatkan pengantin baru. Hanya ada kebekuan yang mendominasi mereka.
"Sebenarnya acara apa ini?" Suara Rose terdengar bertanya, rentinanya mulai mengamati seluruh ruangan. Terlihat banyak sekali tamu yang datang dengan pakaian pesta kelas atas. Hingga rentina Rose kembali berlabuh ke arah Alex. "Dan kenapa kau mengajakku ke sini?"
Alex menjawab pertanyaan itu dengan acuh. "Birthday party."
"Apa begitu penting keberadaanku di sini?"
"Penting karena kau berstatus istriku sekarang."
Rose mendengus mendengar jawaban itu. Memang, Rose akui ia adalah istri Alex, semua orang tahu itu. Namun itu hanya sebatas status, tidak lebih. Rose bahkan belum pernah merasakan bagaimana kejantanan Alex merasuki miliknya. Rose bahkan tidak tau lelaki itu pemain yang handal atau malah sebaliknya?
Tetapi jika ditilik dari bagaimana cara Alex menciumnya tadi. Rose mengakui Alex adalah pencium yang handal. Dia berhasil membuat Rose kepayahan mengimbangi permainannya.
Rose tersadar ketika melirik ke arah samping, suaminya sudah tidak ada di sana. Ia mengedar keseluruh ruangan mencari ke mana lelaki itu pergi. Selang beberapa menit mencari Rose menemukan punggung tegap itu sedang berjalan ke arah luar ruangan dengan posel yang menempel di telinganya.
Cih, pasti dia sedang berbicara dengan peliharaannya.
Jujur saja Rose kesal. Jika ia tau wanita itu, Rose bahkan akan siap melabraknya dan mengancam wanita itu agar tidak terus menggoda suaminya. Mereka memang berpacaran sebelum Rose dan Alex di jodohkan. Tetapi saat ini Alex sudah menjadi miliknya. Alex adalah suaminya. Seharusnya wanita itu melepaskan Alex dan mencari sosok lelaki baru. Bukan terus menggoda suami orang seperti sekarang.
Di Indonesia Rose memang sudah dijuluki berbagai sebutan buruk. Namun dari semua keburukan itu ia masih dalam batas kewajaran. Rose tidak pernah merebut lelaki yang sudah beristri. Ia hanya merebut lelaki yang berpacaran dengan rivalnya. Menurut Rose, rival yang menghina dan meremehkannya harus dibalas dengan tak kalah sakitnya. Yaitu merebut kekasih yang sangat mereka cintai. Dan itu selalu berhasil.
Rose sangat benci wanita lemah. Pernah ia memerankan karakter itu. Namun sekarang ia tidak sudi. Wanita baik adalah jenis kesalahan fatal yang dulu pernah Rose perankan. Dan ia tidak mau kejadian itu terulang kembali.
____
Bantu tap love yang banyak ya. Saya usahakan cerita ini update cepat. Terima kasih ^^