Pemanasan

1127 Words
Selama makan Kenzo tidak berhenti untuk menatap ke arah istrinya yang ikut duduk untuk menemaninya makan malam. "Apa kamu sudah makan malam tadi?" Tanya Kenzo pelan. "Kamu pikir mama kamu akan membiarkanku kelaparan? Tentu saja aku sudah selesai makan malam." Jawab Ara dengan cepat. Kenzo pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan. "Kabar kandungan kamu gimana? Kamu selalu nolak saat aku ingin menemani kamu memeriksanya." Tanya Kenzo pelan. Kenzo menghentikan makannya dan memilih untuk menatap ke arah istrinya yang hanya diam itu. Ara tentu saja terdiam, selama ini dirinya terus menolak saat Kenzo ataupun mama mertuanya mengatakan akan mengantarkannya untuk ke dokter, dirinya selalu mengatakan akan pergi bersama mamanya yang pada akhirnya membuat mamanya datang ke sini untuk menjemputnya. "Baik, dia baik-baik saja." Jawab Ara pelan. Kenzo menganggukkan kepalanya pelan dan melanjutkan makan malamnya. Jujur saja Kenzo lebih berhati-hati saat menyentuh istrinya akhir-akhir ini, Kenzo pun tidak pernah mengulanginya lagi dan lagi setelah sampai pada pelepasannya. Ia ingat jika mamanya mengatakan padanya untuk jangan sering menyentuh istrinya. "Aku akan berganti pakaian, kamu mau lihat aku pakai baju warna apa?" Tanya Ara tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. "Hah?" Balas Kenzo yang tiba-tiba saja terkejut saat mendengar pertanyaan dari istrinya. "Kamu mau lihat aku pakai baju warna apa? Kamu kan sudah membelikan banyak pakaian." Tanya Ara mengulangi. "Bagaimana kalau merah?" Tanya Kenzo pelan. "Aku akan bersiap, kita lakukan di kamar saja, aku akan menunggu di sana." Jawab Ara yang langsung saja membuat Kenzo sedikit tak percaya saat mendengar jawaban dari istrinya. Jika di pikir-pikir, ini adalah kali pertama istrinya begitu antusias mengajaknya berhubungan, biasanya istrinya juga hanya menurut dan melayaninya, tapi kali ini bahkan bertanya padanya soal pakaian. Benar-benar membuatnya sedikit lebih semangat. Di dalam kamar, Ara membuka almari pakaiannya, matanya menatap lurus ke arah pakaian minim dan juga lingerie yang tergantung di dalam almari khusus pakaian haramnya. Dulu Kenzo sering membelikannya karena suaminya itu mengatakan padanya bahwa dirinya akan cocok jika memakainya, dan saat pertama kali dirinya memakainya, suaminya itu tidak sekalipun berhenti dalam memujinya, entah itu tentang wajah cantiknya, kulit bersihnya atau bahkan tubuh berlekuk miliknya. Ara mengulurkan tangannya untuk mengambil lingerie warna merah menyala yang menurutnya sedikit norak itu, tapi mau bagaimana lagi? Sepertinya suaminya menyukai warna itu. Setelah mengambilnya, Ara pun berjalan ke arah kamar mandi dan berniat untuk membersihkan diri sebentar sebelum berganti. Kenzo masuk ke dalam kamar setelah menyelesaikan makanannya, mata Kenzo terus terputar untuk menatap ke arah sekitar kamar, namun matanya tidak juga menemukan sosok istrinya. Kenzo menatap ke arah kamar mandi dan menelan ludahnya kasar, tiba-tiba saja ingatan tentang istrinya yang pingsan di dalam kamar mandi membuatnya takut. Kenzo melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah kamar mandi, tangannya dengan cepat membuka pintunya. Ara yang berdiri tidak jauh dari kamar mandi pun menoleh, matanya yang mulanya menatap ke arah kaca kini berganti menatap ke arah suaminya. "Tidak sabar?" Tanya Ara dengan tersenyum tipis. Kenzo terdiam, menatap ke arah istrinya yang menggunakan gaun warna merah yang pernah ia beli. Kulit putih istrinya benar-benar sangat kontras jika dipadukan dengan warna gaun minim yang dipakai oleh istrinya. Aset atasnya terlihat menyembul dan ingin keluar dari gaunnya, berbeda dengan bagian bawah yang membiarkan paha istrinya terbuka lebar. "Bagaimana? Apa cocok? Aku melepaskan br* karena terlalu sempit, aku juga berniat melepaskan c* jika kamu setuju?" Tanya Ara lagi pada suaminya. Alih-alih menjawab pertanyaan dari istrinya, Kenzo lebih memilih untuk berjalan maju ke depan dan mencium istrinya dengan rakus, hingga tanpa sadar dorongannya membuat istrinya mundur dan menatap ke di dinding. "Stttt," desis Ara pelan. Kenzo yang mendengarnya pun memilih untuk melepaskan ciumannya dan menatap khawatir ke arah istrinya. "Apa sakit?" Tanya Kenzo dengan sangat khawatir. "Tidak apa-apa." Jawab Ara pelan. "Beneran tidak sakit? Jika sakit kita bisa menundanya lain kali," tanya Kenzo lagi. Ara yang mendengarnya pun memilih membuka matanya lebar, tangannya bergerak meraih leher suaminya dan mencium suaminya dengan rakus. Kaki jenjangnya terlihat sekali berjinjit saat ingin meraih suaminya seperti itu. Ciuman panas tanpa balasan, Kenzo benar-benar sedikit terkejut karena istrinya begitu antusias saat ini. Ara melepaskan ciumannya, kakinya yang tadinya berjinjit perlahan turun. Mata Ara menatap tajam ke arah mata suaminya yang terlihat linglung itu. "Aku sengaja berdandan seperti ini, aku bahkan memakai parfum juga, dan kamu bilang ingin menundanya?" Tanya Ara tiba-tiba dengan nada kesal. Kenzo kembali pada kesadarannya, matanya menatap ke arah istrinya yang terlihat marah-marah itu. "Tunda saja sesukamu, aku akan pulang ke rumah mama saat ini juga." Lanjut Ara yang langsung saja berniat pergi meninggalkan kamar mandi. Kenzo yang mendengarnya pun langsung mencekal lengan istrinya, Kenzo menariknya dan mencium istrinya dengan rakus. Ara membalas ciuman suaminya tak kalah rakus, tangan Kenzo sudah bermain ke mana-mana, membuat Ara melenguh pelan saat merasakan tangan suaminya tengah mengerjai miliknya. Cukup lama keduanya m*rangsang satu sama lain, bahkan saat ini mata Ara sudah terlihat sangat sayu karena r*ngsangan yang diberikan oleh suaminya tadi. Gerakan tangan suaminya yang lihai dalam bergerak keluar masuk ke dalam miliknya membuatnya tidak berhenti melenguh nikmat sedari tadi. Kaki Ara lemas, tubuhnya jatuh dalam pelukan suaminya di saat pelepasan pertamanya datang, Kenzo sendiri menarik tangannya yang sudah basah, tersenyum tipis saat melihat istrinya tak berdaya dalam pelukannya. "Kamu tahu? Milikmu benar-benar nikmat saat dinikmati." Bisik Kenzo seraya menjilati tangannya yang tertempel cairan milik istrinya. Ara hanya terdiam, matanya menatap lurus ke arah suaminya yang terlihat sangat c*bul itu. "C*bul," gumam Ara pelan yang langsung saja membuat Kenzo tertawa saat mendengarnya. Kenzo mendorong istrinya sedikit menjauh darinya, mata Kenzo menatap ke arah aset atas istrinya yang masih nyembul dan menggodanya. "Apa aku harus memanjakannya dulu?" Tanya Kenzo seraya menyentuh aset atas milik istrinya dan m*remasnya pelan. Tanpa jawaban dari istrinya, tangan Kenzo pun bergerak meloloskan aset istrinya yang terlihat berontak ingin keluar itu. Kenzo menggerakkan jempol jarinya untuk mengusap puncak memerah di gunung kembar milik istrinya, membuat istrinya memejamkan matanya dan melenguh pelan. Kenzo menurunkan badannya dan melahap puncak gunung milik istrinya, membuat Ara terkejut dan menjerit pelan. "Bagiamana bisa sebesar ini?" Tanya Kenzo pelan. "Buatan mantan." Jawab Ara sekenanya. Kenzo pun hanya diam dan meneruskan kegiatannya, Kenzo tahu masalalu istrinya tidak jauh berbeda dengan masalalunya, jadi dirinya tidak terlalu meributkannya. Setelah selesai memanjakan aset atas istrinya, Kenzo pun meminta istrinya untuk berbalik membelakanginya. Mata Kenzo menatap ke arah kaca besar yang ada di depan istrinya. "Kita akan melakukannya seperti ini? Kamu tidak malu menatap dirimu sendiri?" Tanya Ara pelan saat melihat pantulan dirinya yang sudah berantakan dalam pantulan kaca di depannya. "Hem, aku ingin melihat ekspresi wajahmu saat aku menyentuhmu." Jawab Kenzo yang langsung saja membuat Ara terdiam saat mendengarnya. "Membungkuklah sedikit," pinta Kenzo yang langsung saja dituruti oleh Ara. Kenzo bergegas jongkok dan mengekploitasi milik istrinya dengan lidah dan juga bibirnya, membuat Ara kelimpungan sendiri saat merasakannya. Saat ini Ara benar-benar ingin mengatakan kata-kata kasar pada suaminya yang sudah mempermainkan b*rahimnya itu. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD