TTIIL.07 – IMPERIAL WEDDING (1)
Setelah pergi dari Little Star Garden yang ada di sudut Star Palace, aku kembali berjalan di koridor melewati pilar-pilar besar yang menyanggah setiap bangunan istana. Terlihat air mancur yang sangat megah menari-nari di tengah taman istana Kekaisaran Oeste yang sangat besar, tidak jauh dari koridor dimana aku berjalan sekarang ini. Disekitar air mancur juga terlihat bunga-bunga yang telah di hias sedemikian rupa agar taman di sekitar air mancur terlihat semakin indah. Semua yang aku lihat sekarang ini tidak seperti biasanya. Karena setiap sudut istana telah di hias begitu megah dengan bunga-bunga indah dan berbagai macam dekorasi yang di d******i warna emas.
Ada berbagai tanaman bunga yang aku lihat di setiap sudut istana saat ini. Semuanya begitu indah dan memiliki makna tersendiri. Saat kami berbincang-bincang di ruang wardrobe tadi, Countess Sophie telah memberi tahuku beberapa dari tanaman dan bunga yang menjadi dekorasi hari ini. Dan makna dari tanaman dan bunga tersebut berhubungan dengan pernikahan.
Beberapa di antaranya adalah Foxglove. Bunga yang berbentuk lonceng kecil yang terdiri atas banyak warna ini berarti sebuah janji manis bagi pasangan pengantin baru untuk saling menjaga satu sama lain ketika sudah memulai kehidupan rumah tangga. Bunga White Roses yang merupakan sebuah tanda dari awal yang baru. Dan juga ada bunga Peony yang merupakan bunga kesukaanku.
Dari kejauhan aku melihat ayahku mengenakan setelan jas dan Bibi Rose dengan midi dressnya memasuki The Imperial Palace bersama. Di sudut depan pintu The Imperial Palace aku juga melihat sahabatku Kannika dan Tassane yang juga mengenakkan party dress di tubuhnya. Selain itu aku juga melihat para tamu undangan lainnya dari manca negara dan juga para bangsawan dari Kekaisaran Oeste memasuku The Imperial Palace. Aku tersenyum bahagia melihat semua orang terdekatku hadir di hari pernikahanku. Aku tidak menyangka Kaisar Baldwin akan melakukan ini semua untukku, di hari pernikahanku dengannya. Meski aku sangat merindukan mereka, aku tidak bisa menemui meraka secara langsung saat ini. Karena aku harus memasuki ruangan khusus sebelum memesaki hall yang ada di The Imperial Palace.
Saat aku berjalan memasuki lorong menuju ruangan yang ada di sisi lain hall, aku menoleh ke dinding kaca hall yang ada di The Imperial Palace. Semua sudut ruangan di dekorasi dengan konsep royal wedding yang kental dengan nuansa barat dengan sedikit sentuhan dekorasi rustic.
Di atas panggung yang ada di sudut depan hall, terlihat pelaminan mewah dengan backdrop motif ukiran ala aristrokrat. Warna putih, kuning, dan keemasan menyulap hall bak istana megah. Sentuhan rustic terlihat di seluruh penjuru hal yang ada di The Imperial Palace. Pampas grass menjulang tinggin di atas vas Kristal yang berhias buket bunga pheoni. Dekorasi langit-langit bernuansa rustic nampak makin peripurna dengan pencahayaan yang apik. Lampu Kristal gantung terpasang di semua sisi hall. Di beberapa sudut hall juga telihat foto prewedding yang diambil dua minggu lalu . Dan juga ada kue pengantin yang menjulang tinggi di dekor bak kastil megah.
Sebelum pernikahan di mulai, semua tamu undangan dan para bangsawan akan berada di hall The Imperial Palace. Namun aku harus menunggu di ruang tunggu kecil yang disiapkan sebelumnya untuk berjalan di jalan pengantin wanita. Anehnya, saat ini telapak tanganku terasa gatal dan mengeluarkan keringat dingin. Saat ini aku juga memikirkan Kaisar Baldwin yang sedang berada di ruangan lain. Apakah Baldwin juga merasakan gugup sepertiku? ucapku membatin.
“Yang Mulia, Anda bisa masuk sekarang.” Countess Sophie yang bersamaku tanpa duduk karena takut gaunnya akan kusut, akhirnya mengisyaratkan bahwa aku telah bisa masuk.
Aku mengangguk dan keluar dari pintu dan perlahan-lahan berjalan di ‘bride path’. Sedangkan Kaisar Baldwin datang dari sisi lain. Kemudian ketika mata kami saling bertemu, semua orang tersenyum cerah. Rasanya sangat menarik sehingga aku berusaha keras untuk menahan otot-otot wajahku agar tidak tertawa. Tidak masalah jika tertawa dalam batas wajar, tapi aku tidak bisa tertawa di depan orang banyak. Aku berjalan, berjalan, dan terus berjalan dengan perlahan seperti seorang pengantin wanita. Berjalan sendirian tanpa Kaisar Baldwin di sampingku.
Di tengah-tengah hall, jalanku dan jalan Kaisar Baldwin bergabung. Kami saling tertawa ringan satu sama lain, memutar tubuh kami menghadap kearah yang sama menuju panggung yang ada di tengah hall The Imperial Palace. Setelah memutar tubuh, tangan kami saling menyentuh secara alami dan Kaisar memegang tanganku dengan lembut.
Biasanya selama berada di Istana Kekaisaran kami tidak pernah berjalan saling beriringan. Aku malu, tapi aku mengulurkan tangan dan memegang tangannya. Ketika kami melangkah maju, seorang pemuka agama membuka buku sakral dan mengatakan sesuatu dengan suara kecil. Ia tersenyum, bertanya pada Kaisar Baldwin sesuai dengan prosedur.
“Keduanya telah berjalan dengan caranya masing-masing, dan setengahnya lagi akan berjalan bersama pasangan. Caesar Baldwin Cyrille, kaisar dari Kekaisaran Oeste, apakah anda bersedia berjalan bersama Rhea Zeline mengarungi bahtera rumah tangga?”
Senyum dari pemuka agama yang berbicara di hadapan kami itu menghilang saat Kaisar Baldwin berkata, “Tunggu sebentar.”
Ketika mempelai pria menerima mempelai wanita, namun tidak menjawab dan meminta untuk menunggu sebentar, terdengar suara bising di tengah hall The Imperial Palace. Aku hanya diam berdiri menunggu dengan tenang. Aku menunggu sambil melihat reaksi orang-orang yang ada di dalam hall. Hal yang pertama kali aku lihat saat mengamati reaksi orang-orang yang ada di sekitar adalah wajah Permaisuri Chalista yang sedang tersenyum. Mari kita lihat setelah ini. Ia tidak perlu memeriksa orang-orang yang mengharapkanku bermasalah di hari baik ini. Aku melihat ke samping, Kaisar Baldwin tersenyum lembut ketika orang-orangb bergumam.
“Ada sesuatu hal yang harus dilakukan sebelum itu.” Kaisar Baldwin mengejutkan semua orang. Mereka yang tidak mengerti apa-apa saling memandang dan berbisik. Kaisar Baldwin menunggu mereka untuk sedikit tenang dan kemudian kembali bersuara.
“Mulai saat ini… Rhea Zeline tidak lagi menjadi warga asing seperti yang dibocarakan orang-orang. Aku Caesar Baldwin Cyrille yang sekarang menjadi Kaisar Kekaisaran Oeste akan menjadikannya sebagai Permaisuri Kekaisaran Oeste menggantikan Permaisuri Chalista yang merupakan istri Kaisar sebelumnya.”
Nada Kaisar Baldwin dari awal hingga akhir bermartabat. Para tamu undangan yang tadi kebingungan ketika Kaisar Baldwin mengatakan ‘tunggu sebentar’, sepertinya tidak bisa menebak apa yang baru saja di ucapkan Kaisar Baldwin. Namun beberapa orang bangsawan yang dekat dengan Kaisar Baldwin yang duduk di depan bertepuk tangan, membuat para tamu lainnya ikut besorak dan bertepuk tangan di seluruh isi hall.
Saat aku melihat para wartawan sibuk menggerakkan tangan mereka dan juga memegang kamera mereka, aku menoleh pada Marquis Andrew. Marquis Andrew terlihat memucat, tapi wajahnya tidak memperlihatkan ekspresi apa pun. Apa yang sedang ia pikirkan? Apa ia sedang merasa sedih dan terluka? Namun aku akui jika ia pintar mengatur ekspresi wajah. Kemudian aku melirik pada Chalista yang masih menatapku yang berdiri diatas panggung. Ia menatapku dengan tatapan benci seolah aku telah menyambar mahkota yang ada di kepalanya. Sedangkan Kaisar Baldwin membalikan tubuhnya berjalan sendiri menuju pemuka agama.
“Aku, Caesar Baldwin Cyrille, Kaisar dari Kekaisaran Oeste, bersedia untuk menjadikan Rhea Zeline sebagain istri dan juga Permaisuri Kekaisaran Oeste.”
Pemuka agama mengerutkan dahinya saat melihat Kaisar Baldwin yang berbuat sesuka hatinya sendiri. Kemudian ia kembali berbicara mengambil alih tugas pemuka agama untuk bertanya padaku.
“Apakah Rhea Zeline, Permaisuri Kekaisaran Oeste menerima pernikahan dengan Kaisar Baldwin Cyrille?”
“Aku menerimanya.”
Pemuka agama berbicara sambil tertawa malihat kelakuan kaisar yang telah mengambil tugasnya. “Tolong berdiri di sebelah saya.”
Ketika aku dan Kaisar Baldwin menandatangani satu-persatu dokumen yang ada di hdapan kamu, pemuka agama mengatakan bahwa pernikahan kami telah sah secara Negara maupun agama.
****
Resepsi dimulai. Aku dan Kaisar Baldwin menari bersama terlebih dahulu di tengah hall The Imperial Palace. Ia memegang pinggangku dengan satu tangan dan tangan lainnya memegang leherku. Sedangkan aku memegang pinggangnya dengan erat. Kemudian pada pandangan pertama, aku melihat Marquis Andrew berada di antara para tamu undangan. Setelah satu putaran menari, ia tiba-tiba menghilang. Apakah ia baik-baik saja? Kemarin dan hari ini I wajahnya sedikit gelap dan murung. Apakah karena aku menikah? Dari awal bertemu hingga saat ini ia masih mencintaiku, dan mungkin saat ini ia cemburu.
“Lihat aku.” Kaisar Baldwin memperhatikan ku yang dari tadi menoleh ke arah lain. Ia menatap wajahku yang ada di hadapannya dan berbisik, “Sekarang lihat aku, Sayang.”
“Kamu rakus.”
Saat aku menjawab dengan cara bercanda, Kaisar Baldwin menjawab dengan percaya diri, “Permaisuri adalah istriku sekarang. Aku adalah lelakimu.”
Kaisar Baldwin bergumam ‘kami saling memiliki’ dan secara alami mencium keningku dan melepaskannya.
Setelah tarian pertama, kami saling berpegangan tangan berjalan ke tahta. Saat duduk di atas tahta, para pelayan yang bertanggung jawab atas acar tersebut datang dengan nampan yang berisi makanan. Kaisar Baldwin meletakkan nampan itu di pangkuannya dan menatapku dengan pasti. Apakah ia tidak akan memberi makan orang yang ada di hadapannya?
“Aku sudah mengatakan sebelumnya, Permaisuri. Aku suka memberimu sesuatu.”
Saat ini ia memperlakukanku dengan baik, tapi tidak seperti pasangan kaisar sama sekali yang selalu bersikap formal. Aku menutup mulut san menggelengkan kepalaku dengan segera, untungny tak ada yang melihatnya. Kaisar Baldwin mengulurkan tangannya yang berisian sendok makan hendak menyuapiku.
“Nanti, ketika kita hanya berdua.”
Seiring berjalannya waktu, bangsawan dan para tamu lainnya turun ke lantai dansa dan mulia menari. Terlihat suasana saat ini begitu meriah daripada pesta biasa yang pernah aku hadiri saat baru saja menjadi penguni istana. Terdengar suara yang hiruk-pikuk dan ekspresi wajah mereka terlihat sangat cerah.