Si Biang Kerok

1146 Words

Aku menceritakan tentang kisah hidupku tanpa ada yang aku kurangi ataupun tambah. Aku bercerita dengan nada datar, tanpa ekspresi sedih yang berlebihan. Seperti menceritakan dongeng yang sudah ku hafalkan di luar kepala. Tapi di tengah ceritaku, aku menyadari bahwa mata Oma mulai berkaca-kaca. "Sayang—" Oma menggenggam tanganku dengan erat. "Kamu sudah melewati begitu banyak kesulitan." "Tidak apa-apa, Oma. Saya sudah terbiasa," jawabku sambil tersenyum tipis. "Lagipula, semua itu telah berlalu. Sekarang saya fokus pada masa depan." Opa yang dari tadi mendengarkan dengan seksama, menghela napas panjang. "Ayla, kamu anak yang sangat kuat. Tidak banyak orang yang bisa bertahan seperti dirimu." "Betul sekali," Bu Renata ikut berkomentar. "Makanya aku langsung suka sama Ayla. Dia anak ya

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD