Si Paling Suci

1044 Words

“Gila banget sih anak itu!” Nina mengaduk kopinya kasar. “Siapa dia berani ngomong kayak gitu ke kamu? Dasar anak pungut sok-sokan!” “Nin, jangan keras-keras,” bisikku. “Nanti orang dengar.” “Biarin! Aku kesel. Kamu cuma duduk makan, eh malah dituduh macem-macem. Untung Pak Bima bela kamu.” Aku menghela napas. “Febi memang nggak suka sama aku dari awal. Dia pikir aku nggak sepadan sama Mas Mahen.” “Apanya yang nggak sepadan? Kamu baik, cantik, pinter, pekerja keras.” Nina menghitung dengan jari. “Apa harus anak konglomerat juga baru boleh pacaran sama Mahendra?” “Bisa jadi. Lihat gaya hidup dia—branded semua, ke luar negeri tiap bulan. Buat dia, aku ini perempuan miskin yang nggak pantas.” “Tapi Mahendra yang punya hak, bukan dia. Lagian dia cuma anak angkat, harusnya tahu diri.” “N

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD