“Vio!” “Vi, buka pintunya dong!” "VIO!" Panggilan, teriakan, jeritan, hingga gedoran silih berganti menyerbu pendengaran Vio. Wanita itu awalnya mengira semua yang didengar hanya mimpi, karena sayup-sayup dan jauh. Namun, begitu matanya terbuka, keributan itu masih riuh terdengar. Bahkan semakin heboh saja. "VIOLETTA! BUKA PINTUNYA!" "VIO! VIO, GAPAPA KAN? VIO JANGAN BIKIN RY TAKUT DONG!" Meski rasanya belum rela untuk bangun, terpaksa Vio beranjak juga sebelum pintu apartemennya pecah digedor kebo-kebo liar, atau digrebek tetangga karena berisiknya tidak ketolongan. Begitu kakinya menjejak lantai, seketika Vio limbung dan kembali terduduk di tempat tidur. Kepalanya benar-benar berat seolah tertekan benda puluhan kilo. Namun, dipaksakannya juga untuk membukakan pintu sebelum sahabat-