Ryota memicingkan matanya. Menatap lekat-lekat wajah Vio yang berjarak sangat dekat dengannya. Begitu dekatnya jarak mereka hingga embusan napas Vio terasa menggelitik wajah Ryota. "Tanggung jawab kamu bilang?" ujar Ryota dengan suara serak. "Ya." Vio mengangguk tenang sambil membalas tatapan Ryota tanpa berkedip. "Tanggung jawab macam apa yang kamu maksud?" tanya Ryota tertahan. Kepalanya benar-benar pening saat ini akibat menahan dorongan gilà dari dalam dirinya. Sekuat tenaga Ryota berusaha mengendalikan diri agar tidak sampai menuruti hasrat yang saat ini menggelegak menuntut penyaluran. Entah Vio dapat membaca pikiran Ryota, ataukah keinginan pria itu tampak terlalu jelas di wajah dan matanya, tetapi gadis itu menyuarakannya dengan tepat. Perlahan, sebelah tangan Vio naik menyusu