Syera tepat berdiri di sebelah brankar dengan Satria yang berbaring di atasnya dengan mata terpejam. Kening pria itu di balut perban beserta lengan kirinya. Syera tidak bisa menahan isak tangisnya dan langsung memeluk tubuh Satria dan menangis di sana. “Maafkan aku ...” Syera berucap dengan suara yang bergetar karena tangis. “Jangan tinggalin aku. Hu hu hu ...” Suara tangis meluncur dari bibir gadis itu. Kemudian Syera merasakan sebuah usapan lembut di kepalanya. Sontak dia mengangkat wajahnya dan mendapati pria itu sedang mengulas senyum ke arahnya. Syera membenarkan duduknya menjadi tegak mencoba melihat keadaan pria itu. Namun, Satria juga berusaha bangkit dari posisi berbaringnya menjadi duduk juga. Syera sempat terkejut, khawatir kalau menyakiti Satria dengan perbuatannya tadi.

