Hercules tidak memberinya ruang untuk berpikir. Tangan Hercules bergerak ke punggung Anthea, menelusuri lekuk tubuh Anthea dengan sentuhan yang familiar dan intim. Anthea gemetar di bawah sentuhannya, seolah seluruh kekuatannya dicabut habis oleh kehadiran pria yang begitu dia cintai, meski masih ada masalah di antara mereka. “Baby,” bisik Hercules lembut di telinganya, suaranya seperti mantra yang melumpuhkan logika dan membangkitkan seluruh perasaan yang dia coba pendam. “Berhenti melawan. Kita berdua tahu kau masih mencintaiku. Jangan menipu dirimu sendiri.” Anthea memejamkan mata, berharap dengan begitu dia bisa menghalangi perasaannya. Tapi justru dalam kegelapan itu, yang dia rasakan hanyalah kehangatan Hercules—pria yang selalu ada di pikirannya, meski dia tak mau mengakuiny