BAB 84

2056 Words

“Aku suka bibirmu, ranum,” bisik Marcello. “Pak, nggak ada rayuan lain? Itu alay.” Terdengar gelak tawa dan dilanjut dengan desahan napas keduanya. Balqis mengalungkan tangan pada leher Marcello, dengan bibir mereka saling mengulum mesra. Rasa panas yang menguar dari gairah mereka, menembus dinginnya ruang kantor. “Rasanya aku nggak pernah puas menciummu.” Balqis mendesah. “Pak, mulai ahli merayu.” “Ini bukan rayuan, tapi kenyataan.” Marcello menangkup wajah Balqis, memperlambat ciuman menjadi tarian lembut antara bibir dan hasrat. Dahi menyentuh d**a, hidung bersinggungan manja, sebelum ia kembali melumat seperti haus tak bertepi. Tumpukan berkas di meja berubah tak berarti. Pekerjaan bisa menunggu—tidak dengan tubuh Balqis yang hadir menantang dalam balutan kaos ketat dan celana

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD