Kamari tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan berubah seratus delapan puluh derajat setelah kepergian papanya. Kehilangan itu meninggalkan luka mendalam bagi keluarganya. Neneknya jatuh sakit, dan penghasilan keluarga menurun drastis. Dengan berat hati, mamanya harus bekerja keras demi mencukupi kebutuhan mereka. Sementara itu, Kamari merasa tidak berdaya. Usianya yang masih terlalu muda membuatnya tidak bisa mencari pekerjaan untuk membantu meringankan beban keluarganya. Meski begitu, Kamari tidak tinggal diam. Ia mengambil alih tugas-tugas rumah tangga, mulai dari merawat nenek, memasak, hingga membersihkan rumah. Ia ingin meringankan beban mamanya dengan cara apa pun yang ia mampu. Namun, rumah yang dulu selalu dipenuhi dengan canda tawa kini terasa sunyi, seolah kesedihan menggant