“Justin sedang apa kamu di sini?” tanya Erika. Justin berkacak pinggang. “Aku yang tanya, sedang apa kamu di sini?” “Ini kafe pamanku.” “Oh, jadi kamu sengaja menghindariku karena punya pacar baru?” Justin menunjuk pemuda berseragam, membuat Erika melongo. “Gila kamu! Dia bukan—” “Ah, banyak omong. Sini, aku mau bicara!” Justin meraih tangan Erika dan menariknya ke samping kafe. Tidak peduli pada Erika yang berusaha menolak. Ia membawa gadis itu menuruni bukit dengan pemandangan kebun teh, hingga mencapai satu pohon besar yang rimbun. Erika mengibaskan tangan Justin, dan bertanya dengan lantang. “Apa-apaan kamu? Memaksaku gini? Kita udah putus Justin.” “Nggak, dari awal aku nggak setuju untuk putus. Kamu yang terlalu berprasangka.” “Aku berprasangka? Hei,jangan memutar balikkan fa