Tiga bulan kemudian. Pagi itu Aline terduduk di atas kloset dengan satu tangan memegang pipi kanannya, sedangkan tangannya yang lain memegang sebuah alat testpack. Dia tengah menunggu tanda positif yang akan muncul di dalam benda sepanjang sepuluh Senti itu. Aline menggigit bibirnya menunggu dengan jantung berdebar. Ini adalah kali kedua dia mencobanya, sedangkan yang pertama tidak membuahkan hasil. Ibunya selalu menenangkan dirinya saat dia berkeluh kesah, karena sudah hampir empat bulan menikah belum juga hamil. ”Mungkin Tuhan ingin kau dan Jonathan menikmati masa-masa berdua dulu, Aline. Bukankah kalian belum pernah berpacaran sebelumnya. Jadi, kau tidak perlu cemas, lagi pula pernikahan mu juga masih terkesan baru.” Aline pun menyadari hal itu. Dia terlalu berharap untuk bisa s