Sebastian menyesap perlahan minuman dingin di lounge bandara, merasakan kesegaran yang sesaat mampu menenangkan pikirannya. Suasana tenang di ruang tunggu kontras dengan riuh percakapan anak buahnya yang duduk melingkar di sekitarnya. Penerbangannya masih setengah jam lagi, memberi cukup waktu untuk sekadar melepas penat dan menimbang apa yang sedang terjadi di luar sana. Diskusi anak buahnya berputar pada gejolak politik, ekonomi, dan sosial yang semakin tak menentu. Mereka saling menyodorkan pandangan, sesekali dengan nada berapi-api, namun Sebastian tetap mendengarkan dalam diam. Ia lebih memilih mencerna tiap kata, menimbang bobotnya, sambil menyimpan analisis sendiri di balik tatapan yang tenang. “Pak, tadi Presiden mengirim pesan. Beliau meminta Anda untuk menemani secara khusus se