bc

GOING CRAZY

book_age18+
216
FOLLOW
1.0K
READ
powerful
drama
bxg
city
reckless
sassy
tricky
love at the first sight
sacrifice
like
intro-logo
Blurb

Tahun tahun membosankan itu tidak pernah berlalu, bahkan saat mereka berdiri dilangit yang sama menghancurkan ikatan itu tidak pernah terlintas dikepalanya. Masih menggenggamnya dengan kuat meskipun akan melukainya lebih banyak, masih bersembunyi meskipun ketenangan mulai merengkuhnya semakin membisu.

Masih sama sebelum alasan itu datang..

Membangun ambisi tak berujung yang tidak hanya membunuh tahun tahun pelariannnya, tidak hanya merenggut ketenangan dalam rengkuhannya, tidak hanya menghancurkan ikatan dalam genggamannya..

..tapi hidupnya.

Tersadar jika alasan itu hanya datang untuk membawa semuanya pergi.

**

Call me crazy, i still want you

-Naetra Nevaro

chap-preview
Free preview
Part 1
** Musik menghentak, dentingan gelas beradu diudara. Menyamarkan suara tawa dan hingar-bingar yang penuh sesak oleh manusia-manusia yang sedang menghabiskan waktunya diruangan tamaram dengan lantai dansa yang semakin menggila. Bartender semakin sibuk meracik minuman terbaiknya saat tubuh tubuh kepanasan itu melupakan malam yang semakin gelap. Tak menggoyahkan siapapun untuk beranjak dari sana sekedar melepas kepenatan mereka dari kerasnya kehidupan. Disudut ruangan itu seorang pria hanya duduk diam menikmati cairan emas digelas kristalnya, tampak tidak tertarik dengan hingar bingar disekelilingnya atau gadis gadis yang lalu lalang menggodanya "What's up, Dude?" "Nope." Sahutnya tersenyum tipis seraya mengangkat gelasnya, menatap pria berambut pirang yang terbahak sebelum memukul bahu pria yang baru saja bertanya dengan keras. "Romeo, Maestro sepertinya tidak mungkin suka tempat seperti ini." "Aku hanya bermain piano." Romeo yang kembali mengisi gelas ketiganya mendengus geli, kembali bersandar pada sofa nyaman dan menatap pria bertubuh jangkung yang sejak tadi mencuri perhatian para manusia ditempat ini. "Hanya? Oh, ayolah. Jangan merendah Tuan Naetra." "Kau berlebihan, Alex." Pria itu menyesap minumnya dengan tenang, meletakkan gelasnya sebelum menggulung lengan kemeja biru gelapnya. Mengabaikan pekikan para gadis yang semakin menggila melahap lengan kokohnya dengan tatapan kelaparan. "Kau tahu? Aku pikir bermain piano membuat seseorang lupa cara untuk pulang." Romeo membuka suara, menatap penuh arti pria mempesona bermata tajam yang mampu membuat siapapun bertekuk lutut dibawah kakinya. "Benarkah?" Romeo berdecak pelan menyesap minumannya dengan rakus mengabaikan Alex yang memberi tanda bergabung kelantai dansa yang semakin memanas. "Tapi sepertinya tidak saat melihat kau pulang setelah sepuluh tahun berlalu." Romeo berucap lamat lamat, membiarkan tatapan menusuk itu menghunusnya dengan dingin. "Aku datang bukan untuk pulang, tapi berlibur." Romeo nyaris memutar bola matanya malas, menatap Naetra yang mengisi gelasnya dengan tenang sebelum ikut menyandarkan tubuh tegapnya di sandaran sofa. "Setidaknya temui Kakakmu." "Nanti saja." Sahutnya pelan, menatap jenuh manusia manusia yang saling berdesakan dilantai dansa dengan musik yang semakin menghentak. "Apa kau akan tetap seperti ini, Naetra?" "Seperti apa?" Naetra menoleh menatap Romeo yang menatapnya serius bercampur kesal melihat apa yang pria itu habiskan sepuluh tahun ini. "Bersikap seolah kau bukan apa apa." "Aku memang bukan apa apa." "Naetra." "Aku tidak akan pernah punya alasan untuk membuat kekacauan." "Kau punya." "Tidak juga." "Kau masih saja keras kepala!" Romeo menghela nafasnya menyerah, meletakkan gelasnya dan menghempaskan kunci mobil keatas meja kaca dihadapan mereka. "Aku boleh pergi sekarang?" "Terserah kau saja, Tuan muda." Naetra tersenyum mendengar nada Romeo yang masih begitu kesal dengan perdebatan kecil mereka. "Sebaiknya aku pergi sebelum kau menyerangku." "Brengsek." ** Jeritan kesal itu teredam musik yang semakin menggila, menghentak gelasnya di pantry bar dengan suara bedebum keras. Jemarinya mengepal dengan kesal, sisah sampanye bahkan masih berkilauan dibibir ranumnya yang sedikit terbuka karna terengah. "Aku akan membunuhnya!" "Liandra." "Apa dia gila!?" "Liandra." "Apa dia ingin mati!? Kenapa begitu sulit mendengarku untuk menjauh dari tempat terkutuk ini!?" "Aliandra!" Bartender dihadapannya berteriak yang disesalinya saat sepasang mata indah yang sedang berkibar penuh kekesalan menatapnya dengan tajam. "Apa!? Kau akan berpihak padanya? Apa kau tidak lihat bagaimana dia membuatku datang ketempat terkutuk ini tanpa ponsel dan dompetku yang tertinggal di loker?" "Liandra, Please." "Aku bahkan hanya memakai alas kaki dari rumahku, Gay!" Bartender yang lebih muda darinya itu menghela nafasnya putus asa saat beberapa pasang kata menatapnya bahkan menertawainya. "Panggil aku Grayson, Liandra." "Kau sama saja! Menyebalkan! Tidak bisakah kau memahami situasiku saat ini?" "Bahkan lebih dari yang kau tahu, Liandra." Gadis itu mengikat rambut panjang ikal berantakannya dengan asal , lalu bergegas bangkit. "Kau banyak bicara, aku sebaiknya pulang." "Hei-" Grayson kehilangan kata katanya saat gadis yang hanya mengenakan celana pendek dan kaus tipis itu melenggang dengan alas kaki rumahnya, berdesakan lalu menghilang diantara lautan manusia. Benar benar. Grayson bahkan berani bertaruh jika gadis itu masih mengutuk saat ini. ** Brengsek! Apa kau mabuk Liandra? Gadis itu menghentakkan kakinya kesal, lupa merampok uang taxi atau setidaknya mantel hangat Grayson karna udara dingin yang kini menyambutnya dipelataran gedung. Pilihan yang dimiliki Liandra saat ini hanya kembali masuk dan mengambil uang taxi, menjemput dompetnya di loker restaurant lalu pulang dan tidur dengan tenang di Apartemen mungilnya. Lindra berbalik cepat hingga membentur punggung keras yang membuatnya memekik pelan. Brengsek! Sebenarnya ada apa dengan semua pria dimuka bumi ini!? Lindra mengangkat wajahnya, bersiap melayangkan ribuan sumpah serapah yang berakhir dujung lidahnya saat sepasang mata tajam itu menyambutnya dengan dingin. Oh, ya tuhan. Liandra mengatupkan bibirnya yang terbuka, menelan salivanya susah payah. Tanpa sadar mundur selangkah lalu seseorang menabrak punggungnya dengan keras hingga tubuhnya terhuyung, jatuh dalam dekapan dada bidang dan lengan lengan kokoh yang menahan bahunya. Lemon. Lindra menahan nafasnya, mengangkat wajahnya perlahan membalas mata kelabu yang sedang berkilat tajam kearahnya. "Maafkan aku." Telapak tangan itu beranjak dari lengannya, mengambil langkah melepaskan Lindra dari dekapannya yang seketika kehilangan kehangatan yang nyaris membakarnya beberapa saat lalu. "Perhatikan langkahmu, Nona." Suara berat kasar itu kembali mengalun tanpa emosi, menyembunyikan tangannya kedalam saku dengan mata kelabu yang kini menatapnya dengan tenang. "Sekali lagi, maafkan aku." Pria itu mengangguk pelan sebelum berlalu dengan langkah lebar meninggalkan Liandra yang masih terdiam di tempatnya. Manarik nafas dalam dalam berusaha mencari jejak aroma lemon memabukkan yang masih memenuhi rongga dadanya hingga nyaris melupakan apa yang membuatnya berada ditempat penuh kebisingan ini. Dan mati kedinginan. ** Gedung megah itu begitu angkuh menggapai langit, kaca gelapnya tampak berkilauan saat tertipa cahaya dari gedung gedung disekitarnya. Tanpa tahu jika seorang pria masih disana, duduk diantara cahaya tamaram dari jendela raksasa yang menyuguhkan keindahan langit malam yang penuh hingar bingar. Kedua sudut bibir itu perlahan tertarik membentuk senyuman menawan, netra tajam keemasaannya berbinar indah. Membius siapapun yang akan dengan senang hati meletakkan hidupnya hanya dalam pangkuannya. Tubuh tegap yang masih terbalut setelan mewahnya bergegas bangkit, melangkah penuh perhitungan mendekat kearah jendela seraya menyembunyikan jemari panjangnya disaku celana. Menciptakan siluet yang begitu sempurna dibawah cahaya tamaram. "Tuan-" "Sebentar." Suara beratnya menyela dengan tenang, membiarkan sosok diantara kegelapan itu memilih kembali bungkam dalam keheningan malam. Yah, hanya sebentar. Bukankah, mereka memang sedang bertaruh dengan waktu? Tidak ada yang bisa memastikan apa yang akan terjadi atau bahkan akhir dari semua ini. Suka tidak suka. Siap tidak siap. Karna semuanya bahkan baru saja dimulai. "Aku harap kau suka kejutanku." **

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook