Bab 4

912 Words
Keesokkan paginya, Grace terbangun lebih dulu dan terkejut karena dia ternyata tertidur. "Astaga. Aku tertidur semalam?" Gumam Grace, padahal semalam dia berencana ingin menyiapkan dirinya untuk suaminya, namun dia mengerutkan dahinya ketika melihat di sampingnya tidak ada suaminya. Dia terkejut setelah melihat sekitar ternyata Austin tidur di sofa. Dia merasakan hatinya benar-benar berbeda ketika melihat Austin yang ada di sofa. "Kenapa dia tidak tidur di sampingku." Gumam Grace, hatinya tentu saja merasakan sakit ketika melihat suaminya tidak mau tidur dengannya tapi malah tidur di sofa. Entah kenapa dia merasa pria di depannya berubah kepadanya. Grace memilih untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya, suara gemericik membuat Austin terbangun, dia mengubah posisinya menjadi duduk, kepalanya masih terasa pusing karena dia baru tidur jam 2 dini hari. Dan sekarang dia melihat jam ternyata masih jam 6 pagi. Dia menghela nafas panjangnya karena hampir lupa jika dia kini menjadi suami Grace, yang tadinya harusnya adik iparnya. Grace terkejut yang ternyata Austin sudah terbangun, dia tidak mengatakan apapun dan hanya melihatnya sekilas, sedangkan Austin sendiri juga hanya memandangi Grace yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya. Tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka berdua, namun Grace sengaja mengganti pakaiannya di depan Austin yang membuat Austin terkejut, dia terbengong sebentar namun mengalihkan pandangannya. "Sial." Umpat Austin pelan. Bisa-bisanya dia sempat melihat lebih lama tubuh Grace yang polos di depannya. Dia sempat menelan salivanya dengan susah karena tubuh Grace memang indah, sesuai dengan wajah cantiknya. Austin yang masih ingin menjaga kewarasannya memutuskan untuk pergi ke kamar mandi, sedangkan Grace mengerutkan dahinya karena dia mengira jika suaminya akan menghampirinya dan tergoda dengannya. "Dia benar-benar aneh, aku membuang rasa maluku dan terlihat polos di depannya pun dia tidak menghampiriku." Grace benar-benar kesal dengan Austin karena mengabaikannya, bagaimanapun dia wanita normal, ketika sudah menikah tentu saja dia juga menginginkan nafkah batinnya. Tali nyatanya Austin malah tidak menyentuhnya sama sekali. Austin keluar dari kamar mandi namun terkejut karena Grace tiba-tiba mendorongnya ke tembok. "Grace!" "Grace.. Grace .. Grace. Sejak kapan kau mulai memanggilku Grace-Grace. Apa kau lupa panggilanmu padaku, setelah menikah kenapa kau malah sangat menyebalkan." ucap Grace yang benar-benar kesal. "Bukan begitu, Sayang— "Dulu kau selalu ingin menyentuhku dan bahkan menginginkanku, disaat sudah menikah kau malah mengabaikanku bahkan tidur di sofa, bukan tidur di sampingku." Kata Grace pada akhirnya mengutarakan isi hatinya sedari kemaren yang benar-benar dibuat kesal dengan pria yang dikira dia adalah Justin. "Aku tidur di sofa karena melihat kau tidur sangat nyaman, aku takut kau terganggu jika aku tidur disampingmu, untuk itu aku mengalah dan tidur di sofa, aku tau kalau kau sangat kelelahan karena acara kita kemaren." Ucap Austin sebagai alasan yang membuat Grace akhirnya terdiam. "Jangan berfikir macam-macam, Sayang. Lebih baik kita bersiap. Karena keluarga kita sudah menunggu dibawah untuk sarapan." ucap Austin karena Grace memandanginya. "Entah kenapa sikapmu malah seperti Austin jika denganku." Kata Grace yang membuat Austin sebenarnya cukup terkejut namun dia berusaha tenang. "Hanya perasaanmu saja. Sayang. Aku ganti baju dulu. Kita akan sarapan dulu sebelum pulang." Ucap Austin yang langsung pergi dari sana. Grace membiarkannya dan memandangi punggung Austin, namun dia tiba-tiba mengerutkan dahinya ketika melihat punggungnya yang ada gambar tato yang berbeda, "Kenapa tato di punggungmu terlihat berbeda, sepertinya dulu bukan gambar itu kan?" Tanya Grace menghampiri Austin yang membuat Austin mengumpat, dia memang sekarang sedang bertelanjang da da yang membuat Grace bisa melihat tato di punggungnya. Austin sendiri tentu saja tau kalau tato yang dimiliki Justin dengannya berbeda, namun letaknya sama-sama di punggung. "Aku menggantinya kemaren sebelum menikah." Kata Austin terpaksa berbohong, jika dia mengatakan tidak, pasti Grace akan curiga. Grace mendekat dan melihat tato Austin memang sedikit penuh, dan memang sepertinya dia benar-benar menggantinya. "Ayo kita ke bawah." Ajak Austin yang membuat Grace menghela nafas panjangnya dan akhirnya hanya bisa menganggukkan kepalanya. "Justin." Rengek Grace yang benar-benar kesal dengan suaminya ini karena bahkan keluar dari kamar dia tidak digandeng olehnya. "Apa?" Tanya Austin yang tidak mengerti. "Br*ngsek." Umpat Grace lalu akhirnya pergi dari sana meninggalkan Austin yang benar-benar tidak mengerti. Dibawah, benar saja semua keluarga berkumpul, "Kalian ikut sarapan? Mama pikir kalian tidak akan keluar kamar seharian ini." Sindir Ana, ibu dari Grace, Grace hanya menanggapinya dengan senyuman namun didalam hatinya rasanya mengumpat karena bahkan suaminya tidak menyentuhnya. Sedangkan Austin sendiri hanya tersenyum tipis, dia sendiri tidak tau apa yang harus dia lakukan, sedangkan James melihat ke arah Grace yang sepertinya sedang kesal. "Ini hadiah untuk kalian." Ucap James memberikan sebuah tiket kepada Grace dan Austin, Grace sendiri tersenyum lebar karena itu adalh tiket bulan madu ke negara yang di inginkannya selama ini. "Waaah, ini adalah tempat yang sangat ingin aku kunjungi. Terima kasih, Dad." Ucap Grace yang langsung memeluk mertuanya, dia sangat senang, sedari dia memiliki hubungan dengan Justin memang dia sangat disayangi oleh James mengingat dia memang tidak memiliki putri, "Papa dan Mama juga memiliki hadiah," ucap Dave yang memberikan tiket juga kepada putrinya yang membuat dia semakin tersenyum lebar, "Jadi aku akan berlibur selama dua minggu ini di negara yang berbeda." Ucap Grace yang terkekeh. Berbeda dengan Austin yang melotot, dia tadinya akan protes kepada ayahnya karena memberikan tiket itu kepada Grace dan dirinya, tapi sekarang ditambah mertuanya yang memberikan tiket lagi, yang itu berarti selama dua minggu penuh, dia akan bersama dengan Grace terus menerus. Padahal tadinya dia akan beralasan untuk ada pekerjaan di negara lain agar menghindari Grace. Kepalanya seketiga berdenyut, dia harus segera menemukan Justin agar semuanya bisa terselesaikan dan dia bisa terbebas dengan hubungan pura-pura seperti ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD