Bab 7

828 Words
Hari-hari berlalu, Austin menghela nafas panjangnya ketika dirinya kini berada di villa milik keluarganya, dimana di sinilah dia dan Grace berbulan madu, hadian dari ayahnya, tadinya Austin ingin menundanya karena kondisi Grace kemaren yang sempat mengalami tenggelam, tapi ayahnya malah mendukung, bahkan Grace sendiri menaksa untuk langsung bernagkat sesuai dengan rencana, yang akhirnya mau tidak mau dia menyetujuinya. Tapi dia berencana akan mengatakan yang sebenarnya kepada Grace hari ini karena keadaan Grace sudah baik-baik saja. Dia sudah siap menanggung resikonya jika memang Grace akan marah, benci kepadanya dan keluarganya. Grace kini sedang membuat minuman dan langsung di hampiri oleh Austin. "Grace." Panggil Austin yang membuat Grace menoleh dan berdehem. Dia sebenarnya sangat malas menanggapi suaminya karena semenjak pernikahan, dia tidak pernah memanggilnya dengan sebutan 'Sayang' "Ada yang ingin aku bicarakan, bisakah kita duduk di ruang tengah?" Tanya Austin. "Hm, tunggu sebentar. Aku membuatkanmu minuman." Ucap Grace yang akhirnya di angguki saja oleh Austin, dia memilih untuk menunggu Grace di ruang tengah. Grace sendiri langsung menghampiri Austin diruang tengah dengan membawa dua gelas minuman untuknya dan Austin. "Minum dulu. Sayang." Ucap Grace menyodorkan minumannya. "Aku juga rindu minum dan mengobrol denganmu, kebetulans rkali kau mengajakku mengobrol." Ucap Grace sambil menyesap minumannya, Austin sendiri akhirnya juga meminumnya untuk menghargai Grace. "Ada yang ingin aku sampaikan, aku ingin jujur denganmu. Mungkin ini akan membuatmu marah dan kecewa, tapi aku benar-benar harus mengatakannya." Ucap Austin yang malah membuat Grace mengerutkan dahinya. "Serius sekali, apa itu berita buruk?" Tanya Grace. "Mungkin kau bisa menganggapnya seperti itu." Kata Austin "Baiklah, katakan saja, asal bukan tentang kita." Kata Grace pada akhirnya. "Ini tentang kita, tentang kita semua." "Aku benar-benar tidak mengerti." Ucap Grace yang bingung sendiri namun penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh suaminya. "Sebenarnya aku— Perkataa Austin terhenti ketika tubuhnya merasa ada yang berbeda. "Aku?" Beo Grace karena Austin menghentikan perkataannya. Bukannya melanjutkan perkataannya namun Austin malah menatap tajam ke arah Grace yang membuat Grace semakin tidak mengerti. "Kau menjebakku? Apa yang kau campurkan ke dalam minumanku tadi?" Tanya Austin dengan nada sedikit marah. "A-apa maksutmu, Sayang? Aku menjebak apa?" Grace benar-benar tidak mengerti dan menjadi gugup karena melihat wajah Austin yang marah dengannya. "Kau campurkan apa diminumanku?" Tanya Austin lagi. "Vitamin, itu pemberian Daddy. Dia menyuruhku untuk memberikannya padamu saat sampai, aku pikir kau tau itu." Ucap Grace yang membuat Austin terkejut karena ayahnya malah memberikan Grace sebuah obat yang menurutnya akan fatal akibatnya. "Sebenarnya ada apa? Kenapa kau tiba-tiba marah? Semenjak menikah kau seperti bukan Justin, kau terlalu kaku. Bahkan kau sama sekali tidak menyentuhku. Dan kini sekarang kau marah denganku hanya karena memberikanmu vitamin?" Kata Grace yang malah marah, namun berbeda dengan Austin yang menahan sesuatu didalam dirinya, "Ada apa sebenarnya? Itu hanya vitamin kan? Daddy tidak mungkin meracunimu." Ucap Grace. Austin tidak mendengarkan Grace dan memilih untuk pergi ke kmarnya. "Justin." Teriak Grace akhirnya kesal sendiri, dia tentu saja langsung menghampirinya yang masuk ke dalam kamarnya, dia mencegah Austin yang ingin pergi ke kamar mandi. "Ada apa sebenarnya denganmu? Apa kau tidak mencintaiku? Kenapa kau berubah seperti ini." Tanya Grace. "Jangan berdebat sekarang, aku ingin ke kamar mandi untuk menghilangkan efek ini." Ucap Austin yang membuat Grace bingung. "Efek apa? Daddy memberimu obat apa memangnya?" Tanya Grace yang memang tidak mengerti. "Minggirlah, Grace." Ucap Austin. "Tidak, ayo duduklah, aku akan membuatkanmu air hangat." Ucap Grace memegang tangan Austin dan berniat ingin menuntunnya di atas ranjang namun sentuhan Grace membuat tubuh Austin rasanya memanas. Austin bahkan langaung melepaskan tangan Grace yang membuat Grace ingin marah. "Kau menepis tanganku?" Ucap Grace. "Keluarlah dulu, Daddy bukan memberikan obat, tapi ini obat perangsang, dan aku— "Kalau begitu kita lakukan, bukankah kita suami istri, kenapa kau malah bingung sendiri di saat ada istrimu di sampingmu." Kata Grace. "Tidak, kita tidak bisa melakukannya," kata Austin menggeleng, dia sekuat tenaga menahan dirinya meskipun bahkan miliknya sudah sangat menegak dan sesak di dalam sana, tubuhnya semakin memanas karena efek obatnya sepertinya sudah menjalar di tubuhnya. Wajahnya sudah sangat sayu karena melihat Grace yang begitu cantik di hadapannya. Jika saja di depannya memang wanita yang dia cintai, tentu saja dia sudah melahapnya sedari tadi. "Kita bisa melakukannya karena aku juga menginginkanmu." Kata Grace yang akhirnya membuka jubah tidurnya dan menampilkan bajunya yang terlihat sedikit transparan, "Grace, aku bukan— "Sudah cukup kau mengabaikanku selama hampir empat hari pasca pernikahan, bahkan kau selalu menghindariku. Sikapmu sungguh aneh." Ucap Grace lalu semakin membuka gaun tidurnya yang menampilkan tubuh polosnya, Austin bahkan memandangi tubuh Grace yang benar-benar indah, dia benar-benar tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pandangan indah didepannya. "Grace— Tenggorokannya benar-benar tercekat, nasfu dan hasrat meliputi tubuhnya yang sepertinya tidak bisa menahannya. "Sial." Umpat Austin saat Grace mendekat dan bahkan memeluknya. "Penuhi aku, Sayang." Ucap Grace yang akhirnya membuat benteng Austin melemah, dia langsung mempermainkan bibir Grace yang sedari tadi menggodanya. Tubuh Austin semakin berhasrat ketika menyentuh Grace namun dia mendorong pelan tubuh Grace. "Ada yang perlu kau tau, jika aku bukan Justin." Ucap Austin di sisa kesadarannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD