Sakit

1552 Words
5. Sakit   Rayga mendorong troli mencari-cari bahan belanjaan untuk mengisi kulkasnya yang sudah kosong. Sejak kakaknya menikah, praktis segala urusan rumah termasuk kebutuhan dapur, dia yang handle. Dia memang lebih banyak membeli makanan di luar. Namun karena Diandra sering mengingatkannya untuk makan masakan sendiri yang lebih sehat, dia pun berusaha memasak sendiri. Senyum terulas di bibirnya setiap kali teringat akan perhatian Diandra padanya. Ia termenung, mengingat kembali pembicaraan mereka di telepon.   Flashback (obrolan telepon) Rayga : Assalamu'alaikum sayang. Diandra : Wa'alaikumussalam. Rayga : Kamu lagi apa? Diandra : Lagi baca novel. Rayga : Pasti novel romantis, ya? Diandra : Bukan, novel horor. Rayga : Kamu suka horor? Diandra : Nggak juga sih, lagi pengin aja baca novel horor. Rayga: Alea udah tidur belum? Diandra : Udah. Rayga : Kamu udah makan? Diandra : Udah juga, kamu? Rayga : Udah juga. Beli ayam penyet di luar. Diandra : Kamu jarang masak, ya? Padahal masak sendiri kan lebih sehat. Rayga : Nggak ada yang masakin. Sejak Mas Bayu nikah, aku mesti nyiapin semua sendiri. Diandra : Belajar mandiri dong. Udah gedhe juga apa-apa dilayani. Rayga : Okay deh sayang. Demi kamu, aku akan belajar masak. Diandra : Bukan demi aku, demi kesehatan kamu sendiri. Rayga : Kalau aku sehat, kamu juga kan yang seneng? Diandra : Ya, iyalah. Masa iya aku senang kalau kamu sakit. Rayga : Berarti kalau aku sakit, kamu sedih? Diandra : Hmmm... Rayga : Kok cuma hmmm? Kamu sayang nggak sih sama aku? Diandra : Harus ya dijawab? Rayga : Ya kalau kamu nggak mau jawab, nggak masalah. Yang penting aku tahu, hati kamu buat aku. Diandra : Ih, pede banget. Rayga : Kamu hanya malu mengakuinya. Diandra : Au ah... Rayga : I love you.. Diandra : Hmmm.. Rayga : Hmmm hmmm mulu dari tadi. Diandra : Terus aku harus balas apa? Rayga : Ya bilang love you too atau gimana. Diandra : Males ah. Rayga : Ama pacar sendiri pelit amat. Diandra : hihihi (tertawa) Rayga : Malah ketawa. Diandra : Kamu lucu. Rayga : Kamu suka kan? Diandra : Hmmm... Rayga : Sesekali bilang aku sayang kamu atau I love you dong. Pura-pura juga nggak apa-apa. Diandra : Hmmm... Rayga : Ayolah Di... Diandra : Aku sayang kamu. Rayga : Aku juga, banget. Hening... Rayga : Di... Diandra : Ya... Rayga : hmm... Diandra : Kenapa? Rayga : Aku ingin ngenalin kamu ke orang tuaku. Diandra : Apa nggak terlalu cepat, Ray? Ini masih terlalu awal. Aku belum siap. Rayga : Kamu masih meragukanku? Diandra : Bukan begitu... Rayga : Kenapa? Diandra : Aku benar-benar belum siap. Rayga : Okay, nggak apa-apa. Aku bisa menunggu. Kapanpun kamu siap mengenalkanku ke orang tuamu, aku selalu siap. Diandra : Makasih. Rayga : Nggak perlu makasih. Senyap.. Rayga : I love you.. Diandra : I love you too. Rayga : (jingkrak-jingkrak dalam hati).   “Rayga...” Lamunan Rayga buyar sudah. Ia tersentak melihat wanita berhijab di depannya. Ia juga tengah mendorong troli. Senyum terlukis di kedua sudut bibir wanita itu. “Lho Riana? Lagi belanja juga?” tanya Rayga berbasa-basi. “Iya, Ray. Kamu suka belanja sayuran?” Riana melirik isi troli yang didorong Rayga. Ia tak menyangka Pak Dosen satu itu suka memasak. Rayga memaksakan bibirnya untuk tersenyum. Sebenarnya hari ini ia inisiatif beli sayuran cukup banyak untuk stok selama seminggu ke depan. Selalu ada rasa bersalah di hati Riana kala teringat dengan apa yang ia lakukan pada Rayga. Ia sadar benar, ia pernah melukai perasaan Rayga dengan menolaknya. Ia baru menyadari bahwa Rayga begitu menarik, bukan hanya wajahnya yang tampan, tapi juga kepribadiannya yang baik. Namun ia rasakan semua mungkin sudah terlambat. Rayga tak lagi berjuang meyakinkannya untuk meneruskan perjodohan, karena pada akhirnya ia justru mundur dan tak lagi mengejarnya. Entah kenapa bertemu dengan Rayga kali ini hadirkan harapan untuk mencoba membangun kedekatan dengan laki-laki itu. “Ray... Bisa kita ngobrol-ngobrol di coffee shop?” Riana memberanikan diri untuk mengajak Rayga berbincang. Ia tak ingin membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa melalui sedikit waktu bersama laki-laki itu. Rayga tak enak hati jika harus menolak. Ia pikir tak apa jika berbincang sebentar sebagai teman. “Okay,” balas Rayga singkat. Senyum terulas dari bibir Riana, merayakan kemenangannya. Ia yakin, ia masih punya kesempatan untuk kembali memikat perhatian laki-laki baby face itu.   ****** Diandra tengah sibuk membalas chat yang masuk. Seharian ini banyak yang memesan baju-baju dari butiknya. Ia melirik jarum jam. Sebentar lagi butiknya tutup dan ia masih sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba smartphone-nya berbunyi. Diandra cukup terhenyak mendengarnya. Diraihnya smartphone yang ia letakkan di atas meja. Satu pesan w******p datang dari Indah. Di, aku lihat pacar kamu di coffee shop bareng cewek. Diandra terbelalak. Indah tak hanya mengirim pesan WA, tapi juga foto Rayga yang tengah duduk berhadapan dengan wanita berhijab. Diandra menajamkan penglihatannya. Ia merasa tak asing dengan perempuan itu. Ia ingat-ingat kembali. Wajah cantik, berjilbab, anggun, dan sekarang ia bisa mengingatnya. Wanita itu adalah Riana. Diandra pernah stalking i********: Riana. Ia cukup familiar dengan wajah Riana. Diandra merasa kecewa dan kesal seketika. Ia tak menyangka, Rayga yang belakangan ini mampu menerbitkan sedikit kepercayaan di hatinya tega bertemu dengan perempuan lain di coffee shop. Saat rasa traumanya terkikis perlahan dan hatinya sedikit demi sedikit terbuka untuknya, Rayga justru merusak kembali kepercayaan yang ia berikan. Ia tahu, tak seharusnya ia kanak-kanak begini. Ia tak tahu apa yang tengah mereka perbincangkan. Ia tahu satu foto itu tak serta merta mengindikasikan ada sesuatu yang spesial antara Rayga dan Riana. Namun tetap saja ia tak mampu mencegah pikiran buruknya untuk berspekulasi adanya sesuatu yang istimewa diantara mereka. Kini ia bertanya-tanya tentang hari-hari yang ia lalui selama ini. Setiap hari dihujani pesan w******p dari Rayga, ditelepon sebelum tidur, kadang Rayga mengunjungi butiknya, tak hanya menemuinya tapi juga Alea. Ia pun merutuki kebodohannya. Bagaimana bisa kata-kata “aku juga sayang kamu”, “I love you too” menjadi sedemikian murah, yang selalu lontarkan ketika Rayga mengekspresikan perasaannya dengan kata-kata sayang. Diandra mengusap wajahnya. Rayga yang terlalu senang menggombal, atau dirinya yang mudah termakan gombalan? Atau dia begitu bodoh yang mudah terbuai dengan rayuan si brondong. Bahkan sekarang ia bingung dengan status hubungannya dengan Rayga, masih pura-purakah atau beneran? Kalau memang pura-pura, apa dia masih berhak untuk kesal dan cemburu melihat foto Rayga duduk berdua dengan Riana di coffee shop? Ia mengembuskan napas. Satu hal yang ia takutkan adalah jika perasaannya pada Rayga tumbuh begitu lebat tanpa mampu ia hentikan. Ia sadari, ia mulai terbawa perasaan. Meminta penjelasan dari Rayga pun ia rasa bukan pilihan terbaik. Hal ini akan menunjukkan kelemahannya. Rayga akan merasa di atas angin jika tahu Diandra cemburu padanya. Ia putuskan untuk menjauh sejenak dari Rayga. ****** Malam ini Rayga tak bisa memejamkan mata. Semua pesan w******p yang ia kirimkan pada Diandra, tak ada satupun yang dibalas. Panggilan teleponnya tak ada yang diangkat. DM i********:, inbox f*******:, juga sepi tanggapan. Komentar-komentar yang ia tujukan pada postingan Diandra di akun media sosialnya juga tak ada yang dibalas. Rayga gregetan sendiri. Ia tak mengerti kenapa wanita begitu membingungkan. Kemarin masih baik, hari ini begitu dingin, tanpa sebab, tanpa ada penjelasan. Ia berpikir, andai semua perempuan tahu, laki-laki juga bisa baper, terluka, sakit hati, patah hati, barangkali mereka akan berpikir ribuan kali untuk menyakiti dan berbuat seenaknya, semena-semena. Hatinya bukan barang rongsokan yang dihargai lima ribu per kilo, yang bisa seenaknya dicampakkan dan dibuang. Hatinya terkadang lebih rapuh dan mudah patah, sekali pecah susah untuk direkatkan kembali. Hatinya bukan permainan game online, yang bisa dimainkan terus-menerus dan jika sudah dimenangkan, orang akan mencari permainan lain yang lebih menantang. Entah kenapa perasaannya begitu sakit dan teriris. Ia tak bisa diperlakukan seperti ini. Ia serius ingin memperjuangkan Diandra, tapi yang diperjuangkan tak serius menanggapinya. Haruskah ia berteriak ke segala penjuru? Meneriakan nama Diandra dan mengucap betapa ia mencintai wanita itu dan berniat ingin membawa hubungan mereka ke jenjang lebih serius. Bagaimana ia tahu alasan Diandra mendiamkannya, sedang semua pesan dan panggilan telepon tak ada yang digubris. Di, please balas pesanku. Kenapa kamu mendiamkan aku? Salahku apa? Kalau aku salah, aku minta maaf.. Di, please, jangan bikin aku galau begini.. Kenapa kamu suka banget nyiksa aku?   Ingin Rayga menyambangi rumah Diandra saat ini juga. Tapi itu tak akan pantas. Pandangan orang juga pasti akan berpikir macam-macam dan semakin menyudutkan Diandra. Dia akan menemui Diandra esok hari, pagi-pagi agar ia bisa mengantar Alea ke sekolah. ****** Esoknya Rayga benar-benar mewujudkan niatnya untuk mendatangi rumah Diandra pagi-pagi. Ia hentikan mobil di seberang jalan. Ketika ia melirik rumah Diandra, hatinya mencelos. Aldebaran tengah menuntun Alea menuju mobilnya, sedang Diandra mengantar kepergian mereka. Bahkan Diandra melambaikan tangan dan mengulas senyum. Ia bertanya-tanya, bukankah Aldebaran sudah berangkat ke Australia? Atau dia sudah kembali ke Indonesia? Entah kenapa kali ini hatinya begitu sakit, jauh lebih sakit dibanding saat Diandra mendiamkannya. Kini ia tahu jawaban kenapa Diandra bersikap cuek sejak kemarin. Rupanya hubungannya dan Aldebaran sudah membaik. Matanya terpejam lalu terbuka lagi. Kesedihan tampak jelas di wajahnya. Ia tahu, Diandra tak pernah benar-benar mencintainya. Ia tahu, terbersit sejuta keraguan di hati wanita itu untuk memberikan kesempatan padanya. Ia memang sering bertanya, kenapa begitu sulit untuk meyakinkan Diandra? Ia pikir, Diandra masih trauma atas kegagalan pernikahannya. Ia takut dikhianati karena itu ia takut membuka hati. Kini ia seolah menemukan jawaban bahwa Diandra belum sepenuhnya move on dari masa lalu dan masih mencintai Aldebaran. ******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD