Hanae mengerang tertahan ketika jari tengah Xavion yang besar dan panjang menelisik masuk ke celah di kewanitaannya. “Please ... ja-jangan, jangan ...,” engahnya berusaha menghentikan semua sentuhan mendebarkan luar biasa tersebut. Mengucapnya dengan engah hebat, mencoba untuk menahan segala sensasi panas mendebarkan yang tengah menjalari tubuhnya dini hari ini. Wajah Xavion terus terbenam di antara leher dan pundak. Bibir lelaki itu kian basah menjelajahi kulit putih mulus hingga ke telinga, juga tengkuk. Dan bersamaan dengan semua embusan panas napasnya, bersamaan dengan permintaan Hanae untuk berhenti, jari Xavion justru bergerak lebih intim. Ia tekan ke bawah jari tengahnya hingga terasa mengenai sebuah butiran kecil di antara dua dinding lembut yang lembab, hangat. “Kamu sungg