When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Amber mematut dirinya di depan cermin, dan terus menangis sedari tadi, membayangkan dirinya akan menjadi istri Jeremy beberapa jam lagi. Amber tidak mau menikah dengan Jeremy. Lelaki itu menakutkan dan b******n. “Kau masih lama berkaca di situ? Mereka sudah selesai merias dirimu tiga puluh menit yang lalu, dan kau masih berdiam di sini dan menangis? Kau ingin aku menyeretmu menuju altar ha?!” tanya Jeremy dengan suara kesalnya. Amber yang mendengar ucapan Jeremy, menatap lelaki itu penuh kebencian dan membalikkan badannya menghadap lelaki itu. Amber mengepalkan tangannya, kalau bukan karena memikirkan orang terdekatnya. Amber tidak akan pernah mau menikah dengan lelaki sialan ini. “Aku bisa jalan sendiri, dan tidak perlu kau menyeretku,”