Gibran Julio, lelaki tampan yang berumur 28 tahun, Mapan, dan Sholeh menjadikan Kakek Sulaiman menyetujui Sasya menikah dengan lelaki tersebut, karna pilihan hati Sasya sendiri.
Mereka akan segera melangsungkan pernikahan, Sasya sangat bahagia karna sebentar lagi lelaki idamannya akan segera sah menjadi suaminya.
“Bagaimana persiapan untuk pernikahan Sasya Kek?” tanya Sasya yang menemui kakeknya di dalam ruang kerja kakeknya.
“Pernikahan termewah Sayang,” jawab kakeknya santai karna memang seperti itu yang akan digelar.
“Asikkk ....” ucap Sasya.
“Kamu sudah menemukan gaun terbaik kamu?” tanya Kakek Sulaiman pada Sasya.
“Sudah Kek, nanti Kakek bayarin ya, baju seragam untuk keluarga besar, keluarga Mama juga sudah diatur sama mama,” jawab Sasya.
“Seragam untuk keluarga besar mama kamu juga dari kakek?” tanya kakek Sulaiman dengan nada terkejut.
“Iya Kek, untuk keluarga abangnya kakek juga disiapkan sama mama, biar semua seragam, tapi kita beda seragamnya sama mereka, biar orang-orang tau keluarga inti kita,” jawab Sasya.
Kakek Sulaiman memijat kepalanya melihat kelakuan menantu satu-satunya, mamanya Sasya, wanita yang selalu saja menghambur-hamburkan uang untuk keperluan yang tidak jelas, dan kelakuan buruknya itu juga turun untuk Sasya cucu semata wayangnya.
“Bagaimana dengan calon suami kamu? Apa dia sudah bisa menghafal ijab qabul dengan lancar?” tanya Kakek Sulaiman mengalihkan pembicaraan, dia ingin mendengar banyak hal tentang calon suami untuk cucunya, sekalian untuk mengalihkan pikirannya dari dana-dana yang dihambur-hamburkan oleh menantunya.
“Sudah dong kakek, pokoknya pas hari acara, Mas Gibran akan menjawab ijab qabul dengan satu tarikan nafas dan akan langsung sah,” jawab Sasya membanggakan lelaki yang sebentar lagi akan jadi suaminya.
“Bagus, setelah menikah, suami kamu akan kakek wariskan sebagian kekayaan kakek untuk kamu dan harus dikelola oleh suami kamu sendiri, kakek sudah lelah bekerja dan memberikan uang untuk kamu,” ucap Kakek Sulaiman dengan terkekeh.
“Ih kakek, kok Cuma setengah? Semuanya dong kek,” rengek Sasya.
“Tidak bisa begitu, kalian kan Cuma berdua, kakek masih ada mama sama papa kamu, memangnya mama kamu tidak butuh uang lagi setelah kamu menikah? Ada-ada saja kamu ini,” ucap Kakek Sulaiman sambil mencubit hidung cucunya, bagi kakek Sulaiman, Sasya masih cucu kecilnya yang menggemaskan.
“Iya deh Iya, tapi kalau Sasya udah punya anak, anaknya Sasya di kasih jatah lagi kakek kan?” jawab Sasya yang masih saja merengek tentang harta.
“Tentu saja Sayang, semua anak-anak kamu akan kakek belikan apartemen untuk masa depan mereka,” jawab kakek Sulaiman sambil mengelus rambut cucunya.
“Asikk ... kakek memang kakek terbaik untuk Sasya,” ucap Sasya sambil memeluk kakeknya.
“Ya sudah, kamu sana lakukan perawatan biar kamu cantik untuk acara kamu.”
“Siap Kek,” jawab Sasya sambil mengangkat tangan ke kepala memberi hormat pada kakeknya.
Kakek Sulaiman menatap punggung cucu semata wayangnya sambil tersenyum bahagia karna cucunya sedang berbahagia, dia rela menghabiskan berapa pun banyaknya uang untuk cucunya itu, tapi tidak untuk mamanya Sasya, kakek Sulaiman sedikit membatasi keuangan untuk mamanya Sasya, karna mamanya Sasya tidak pernah mau bekerja di kantor, bahkan mamanya Sasya juga sering mengajak suaminya liburan saat-saat kantor sedang banyak masalah, hal itulah yang membuat kakek Sulaiman sedikit gerah dengan kelakuan menantunya.
Tapi kakek Sulaiman tidak ingin meributkan hal tersebut, dia tidak mau nasib rumah tangga anak semata wayangnya berakhir hanya karna dia tidak suka pada kelakuan menantunya itu, dia memilih diam dan tidak membiarkan anak lelakinya bisa menguasai keuangan kantor, semua agar keuangan di kantor berjalan dengan stabil.
Kakek Sulaiman keluar dari kantornya dan menemui Mahmud, satpamnya.
“Mahmud, besok anak kamu ada acara tidak?” tanya Kakek Sulaiman.
“Besok, sepertinya dia tidak ada acara apa pun Pak, ada apa Pak?” jawab Mahmud yang balik bertanya.
“Begini, saya mau dia ke masjid untuk bantu-bantu menyelesaikan dekor di luar masjid, sekalian melihat di mana ada letak cacatnya masjid itu agar segera di perbaiki, apa dia bisa?”
“Oh, tentu bisa Pak, dia pasti bisa, biar saya sampaikan sekarang juga supaya dia langsung ke sana.”
“Baik-baik, telepon dia biar saya saja yang berbicara dengan dia.”
Mahmud segera menelpon Haikal, tak butuh waktu lama Haikal langsung menjawab panggilan telpon dari Abinya.
“Assalamu’alaikum Abi, ada apa?” tanya Haikal di seberang telpon.
“Begini Haikal, Bapak Sulaiman ingin berbicara sama kamu, Abi berikan telponnya sama beliau ya.”
“Baik Abi.”
Mahmud langsung memberikan teleponnya pada kakek Sulaiman.
“Assalamu’alaikum Haikal, ini dengan kakek Sulaiman,” ucap Kakek Sulaiman pada Haikal.
“Wa’alaikum salam Kakek, ada yang bisa Haikal bantu Kek?” tanya Haikal dengan lembut membuat hati kakek Sulaiman sangat damai mendengar suara lembut dan sopannya Haikal.
“Begini Haikal, dua hari lagi Kakek akan melaksanakan acara pernikahan cucu Kakek di masjid, nah, kakek mau minta tolong sama kamu selaku orang yang bisa kakek percaya, tolong kamu cek semua fasilitas masjid, kalau ada cat yang pudar langsung kamu cat ulang, semua kakek yang bayarin nanti, bagaimana, kamu bisa?” tanya Kakek Sulaiman.
“Tentu bisa Kek, hari ini juga saya akan ke masjid untuk mengecek semuanya.”
“Iya, terima kasih banyak ya, jangan lupa undang ibu kamu untuk hadir ke acara hari H nya ya.”
“InsyaAllah Kek, akan Haikal sampaikan,” jawab Haikal.
“Assalamu’alaikum,” ucap kakek Sulaiman mengakhiri pembicaraan telponnya.
“Wa’alaikum salam warah matullahi wabarakatuh,” jawab Haikal dengan perasaan bahagia karna dia di beri pekerjaan, setidaknya dengan pekerjaan ini ada penghasilan sedikit untuk tabungan keperluan kuliahnya melanjutkan s2nya.
Haikal langsung menuju masjid yang dimaksud oleh Kakek Sulaiman, masjid yang biasa di datangi oleh Haikal untuk mengajar, Kakek Sulaiman sudah berbicara lebih dulu dengan pengurus masjid, tapi dia masih merasa ragu sebelum dia menerjunkan orang yang bisa dipercaya langsung ke tempat tujuan.
Haikal berbincang dengan pengurus masjid, dan mereka tidak keberatan atas keinginan kakek Sulaiman, mereka juga ikut bantu membersihkan dan mengecat ulang masjid mereka agar terlihat lebih indah.
Kakek Sulaiman mendatangi masjid untuk melihat hasil dari kerja pengurus masjid dan Haikal, dia sangat puas.
“Ini upah untuk kalian, setelah acaranya selesai, saya akan menambah kembali upah kalian karna sudah melancarkan acara cucu saya,” ucap Kakek Sulaiman sambil menyerahkan upah mereka semua.
“Terima kasih banyak Pak,” ucap mereka bersamaan.
“Oh ya Haikal, untuk acara besok, kamu pakai pakaian rapi ya, kakek ingin foto-foto nanti sama kamu sebagai kenang-kenangan,” ucap Kakek Sulaiman pada Haikal.
“InsyaAllah Kek, akan Haikal usahakan,” jawab Haikal sambil menunduk karna merasa mendapatkan kehormatan di undang oleh kakek Sulaiman.
Bersambung ...