35

1360 Words

“Masih ingat punya adik ternyata,” ucap Uci saat netranya menangkap sosok Bang Edo. Saat ini gadis itu sedang duduk di taman samping rumah sakit. Uci mengucapkan kalimatnya barusan dengan wajah berurai air mata tapi bibirnya yang membentuk senyum lebar. “Kamu lagi halangan ya?” goda Edo. “Aku lagi kangen, lagi takut Abang kenapa-napa, Abang kalo kemana-mana hati-hati. Jangan ngebut. Nanti kalau Indah mau melahirkan juga jangan sampai panik. Cuma Abang yang aku punya,” ucap Uci sambil menyeka ingusnya sejurus kemudian ia memeluk abang yang sangat dirindukannya itu. “Pasti dek, pasti.” “Jangan peluk aku,” ucap Uci ketus, sekarang peraturannya Cuma Uci yang boleh memeluk Bang Edo. Ia masih kesal karena perhatian Abangnya terbagi pada Indah. Dari arah punggung Edo tampak Sindi yang berja

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD