21

1459 Words

Uci tengah memoleskan lipstick ke bibirnya saat telfon dari Adam menggema di kamarnya. Segera ia menyambar benda itu juga tas kecilnya. Mulai hari ini ia akan membiarkan Adam benar-benar berkenalan dengan hidupnya. “Aku udah di dep-” “Oke, jangan berani-berani mencet bell ya, Beh,” ucap Uci dan mematikan sambungan telpon mereka. Ia buru-buru turun ke bawah dan tampak keluarganya sibuk dengan urusan masing-masing. Di bawah ia mendapati Abang Edo tersayangnya tengah menampilkan wajah sendu padanya. “Aku keluar, Bang,” ucap Uci tanpa menoleh lagi pada Abangnya. Ia tidak tau kenapa hatinya masih tidak menerima sikap tidak gentle abangnya yang mengganggu Indah yang notabene sudah punya pacar. “Hati-hati,” jawab Edo pada punggung adiknya. Di sisi lain Edo menghela nafas pelan. Tidak tau baga

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD