Tidak terasa sudah tiga hari Alexander dan Florence berada di Rjukan. Mereka menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan menikmati keindahan kota. Berada di lembah dengan diapit dua pegunungan yang menghalangi masuknya cahaya matahari, membuat Alexander bebas berkeliaran di siang hari, melakukan berbagai hal yang sudah lama dilupakannya. Untuk sesaat, ia melupakan jati dirinya sendiri yang berselimut kematian dan kegelapan. Untuk sesaat, ia merasa menjadi bagian dari kehidupan. Untuk sesaat, ia merasa ia kembali mempunyai harapan. Mereka mengadakan piknik di padang rumput, bergandengan tangan mencoba café demi café yang berderet di sepanjang jalan kota Rjukan. Melakukan hal yang biasa di lakukan oleh pasangan normal lainnya seperti tertawa, bersenda gurau, bertukar cerita. Alexander men