“Selamat pagi.” Tepat setelah wanita tersebut mengucap selamat pagi, saat itu juga Raga menutup pintu. Wanita tersebut berkedip pelan menatap pintu bercat putih di hadapannya yang kembali tertutup rapat. Ia terlihat menggaruk pipinya yang tak gatal seolah tengah berpikir apa yang sebenarnya terjadi. Di dalam rumah, Raga menatap layar ponselnya dalam diam di mana rahangnya terlihat mengeras membaca pesan dari Bian. Bian: Apa dia sudah sampai? Menggenggam kuat ponsel di tangan, Raga segera menghubungi Bian. “Apa kau gila?!” bentaknya saat Bian baru saat mengangkat panggilan. “Apa maksudmu?! Bukankah kita sudah membicarakan ini tadi malam? Dan lagi, dia itu saudara jauhku, Ga.” “Siapapun itu aku tak pernah setuju dengan saranmu!” “Setuju tak setuju aku melakukan ini untuk Shava!”