“Anya~ Akhirnya kau sampai juga. Kami sudah menunggumu sejak tadi.” Ingrid langsung menghampiri wanita itu lalu menariknya untuk duduk di sampingnya. Anya mengulas senyum. “Maaf, Bibi. Belakangan ini aku sangat sibuk sehingga tidak memiliki waktu untuk menghubungi Bibi. Aku bahkan sampai tidak punya waktu untuk diriku sendiri.” Diana yang duduk di seberang mengulas senyum. “Aku tidak menyalahkanmu. Semua orang memiliki kesibukan masing-masing. Salahkan orang tua ini yang terlalu mengkhawatirkanmu.” “Jangan berkata seperti itu, Bibi. Justru aku sangat berterima kasih karena Bibi masih memikirkanku,” ujar Anya merasa bersalah. Diana kembali tersenyum. Meraih tangan Anya, menggenggamnya hangat. “Kau tahu kalau aku sudah menganggapmu seperti putriku sendiri, ‘kan?” Anya ikut mengulas seny