Rexa mengumpulkan seluruh keberanian yang ia miliki. Ia harus jujur. Rexa pun mengangkat tangannya tinggi membuat seluruh pasang mata yang berada di kelas itu menatap horor ke arahnya. "Saya nggak mengerjakan PR, Pak." ucapnya jujur. "Kenapa?" tanya Pak Pitruk dengan nada dingin. "Kemarin saya sakit. Kalau bapak nggak percaya lihat aja muka saya. Udah ungu kayak terong busuk, bonyok lagi." "Apa nggak ada teman yang memberi tahu kamu?" "Nggak ada, Pak. Namanya juga teman, Pak. Datang pas butuh, di saat saya butuh malah ngilang kayak kuyang." "Curhat Boss?" "Eh? Iya Pak," cengir Rexa, "Bapak boleh hukum saya semau Bapak. Yang penting saya udah jujur sama perasaan saya." "Sebenernya saya pengin menghukum kamu sih. Udah lama kamu nggak dihukum. Jadi kangen saya." Bjirrr, apaan kangen

