bc

True Love Agas Milly

book_age18+
19.6K
FOLLOW
197.6K
READ
friends to lovers
badboy
goodgirl
student
sweet
highschool
like
intro-logo
Blurb

Status ; on going

banyak adegan 21+nya! Jan baca kalo masih orek!

Pertemuannya dengan seorang gadis di club malam membuatnya tak bisa tenang. Mengalami mimpi mendesah setiap malam dan berakhir basah dipagi hari.

Fhagas Anggara, siswa moswanted seantero SMA Asrel.

"Aku rela nyuci sprai dan kolor tiap hari, demi nggak bikin kamu rusak!"

--feb2021yuwenaqsa--

chap-preview
Free preview
1. Bassah
Cowok itu terus melumat bibir wanitanya, menuntun si wanita untuk masuk kesebuah kamar pribadi. Dengan tanpa melepaskan pagutan, dia duduk ditepi ranjang, sementara wanita cantik berambut ikal itu duduk dipangkuan cowok tampan berambut sedikit panjang ini. Tangannya mengelus punggung si wanita, lama kelamaan menelusup masuk kedalam kaos yang wanita itu gunakan. Dengan sangat mudah dia melepas pegait bra, lalu melepaskan pagutannya sejenak. Menatap bibir sexi yang merah dan basah didepannya. “Di lepas aja ya.” Si wanita ini ngangguk, lalu pria tampan ini menarik kaos warna hitam keatas. Dua benda kenyal yang terbilang cukup montok itu terlihat tanpa penutup apapun. Semua terjadi begitu saja. “Sayang, apa aku boleh liat yang bawah?” “Ya,” jawab si wanita dengan menahan hasrat yang juga sudah dipuncak. Tersenyum senang karna mendapatkan persetujuan. Menarik celana warna hitam itu kebawah hingga terlepas dari kaki jenjang putih mulus. Menyisakan celana dalam berwarna biru bermotif bintang. Dia mulai meraba paha, semakin naik keatas dan berhenti tepat disana. “Bajingaan, woi! Woi! Murahan ... eak eak ....” Nada dering ponsel serta suara getar yang berada diatas meja membuatnya bangun dari alam mimpi. Dengan sangat malas ia meraba ponsel itu, menatap layarnya yang tertera nama ‘Reon Kamvret’. “Apa, kamvret!” sapanya dengan kesal, kesal karna mimpinya terpotong. Terdengar tawa kecil disebrang sana. “Biar gue tebak nih ya. Pasti lo mimpi kek kemarin malam lagi, ye kan? Kolor lo basah lagi. Pasti itu.” Lalu tawa Reon melengking di telinga. Membuat Agas menjauhkan hape dari samping telinga. “Nggak usah ngoceh. Ngapain telpon?” “Hhppfft ... kangen.” “Jijik!” Tanpa dengerin Reon ngomong lagi, Agas mematikan telfon. Segera bangun, berkacak pinggang menatap seprai dan guling yang selalu basah ditiap pagi. Berdesis pelan, menarik seprai dan membuka guling dari sarungnya. Melempar ke kranjang cucian, ia pun berlalu ke kamar mandi. ** Setengah jam berlalu, Agas keluar kamar sudah dengan seragam sekolah. Atasan putih dengan celana warna hitam panjang. Ada dasi warna hitam yang melingkar dileher. Mengalungkan tas selempang ke badan. Menarik kursi dimeja makan, meneguk segelas susu putih yang sudah disediakan untuknya. Matanya tertuju ke arah pintu yang terletak disamping teve. Lalu menatap pembantunya yang sibuk ngepel didapur. “Mama pergi, Bik?” tanyanya. “Iya, Den. Nyonya pergi jam lima tadi. Katanya takut ketinggalan pesawat. Mau bangunin aden, tapi takut gangguin tidurnya.” Jawab Bik Yuni yang setiap pagi datang dan akan pergi setelah pekerjaannya selesai. Tak peduliin itu, Agas memasukkan seiris sandwick ke mulut. Ia sudah terbiasa hidup sendiri sejak umur 10 tahun. Sejak saat Papa dan Mamanya bercerai, ia tak diperhatikan. Kedua orang tuanya sibuk dengan dunia masing-masing. Papa akan mengunjunginya sebulan sekali jika ada waktu, sedangkan mamanya akan pulang dua minggu sekali. Pulang ataupun tidak, itu tak akan mengubah apa pun, karna Agas tak pernah bertemu walau mamanya ada dirumah sekali pun. “Aku berangkat sekolah, bik.” Pamitnya. Tak menunggu jawaban Bik Yuni, Agas segera keluar dari dalam rumah. Memanasi mesin motornya lebih dulu, menit kemudian, melaju meninggalakan rumah mewah berlantai dua itu. Seperti biasanya, ia akan sangat brutal dijalanan, merasa jika jalanan ini adalah miliknya. Tak mempedulikan pengguna jalan lain, bahkan lampu merah sekalipun. Priit! Prriit! Peluit yang polisi bunyikan terdengar sangat nyaring saat Agas menerobos lampu merah. Ada pengguna sepeda motor yang hampir saja celaka olehnya. “Kok nggak dikejar, pak?” tanya polisi yang lain. “Males. Itu Agas. Anaknya pak Samsul Anggara. Aku udah kenyang nilang bocah itu. Habis ditilang bikin ulah lagi. Gitu terus, ngabisin waktuku aja.” Gerutu pak polisi yang bunyiin peluit tadi. Agas hanya tersenyum miring tanpa merasa bersalah sedikit pun. Tiba-tiba lajunya melambat saat melihat seorang wanita yang telah lama ia cari. Wanita itu menuntun nenek tua menyabrang jalan. Wanita yang sudah membuatnya basah tiap malam. --- Sebulan yang lalu. Seperti biasa, Agas, Reon dan Elmiro. Mereka bertiga nongkrong di club malam tempat biasanya. Kebetulan di club lantai atas sedang disewa untuk acara ulang tahun seseorang. Agas dan kedua temannya tetap berada dilantai tiga. Diruangan yang biasa mereka sewa, El mabuk, karna putus cinta. Dia dan Reon sibuk menghibur temannya ini. “Genata ... salah gue apa ... hiks ... kenapa lo putusin gue, hum?” Kembali meneguk alkohol langsung dari botolnya. Reon dan Agas hanya berpandangan. Kembali menatap sahabatnya yang mulai meracau tak jelas. “Udah deh, El. Cewek nggak hanya Genata. Lo bisa cari yang lebih bohai, lebih cantik, bahenol.” Ucap Reon menenangkan sahabatnya. El kembali meneguk minuman. “Gue Cuma mau dia, nggak mau sama yang lainnya.” “Lo udah pernah niduri Genata ya?” Tak disangka kepalanya mengangguk. “Udah ...." menatap jarinya. ".... dua kali.” Tapi kelima jarinya berdiri semua. “Lha, si bangsad. Beneran mabuk berat.” Sahut Reon dengan gelengan kepala. Agas ikut geleng kepala. “Cewek kok aneh sih. Udah pernah ditidurin kok minta putus? Bukannya dia yang rugi ya?” gerutunya. Bangkit dari duduk, menepuk pundak Reon. “Gue pipis bentar, hampir ngompol ini.” Membekap yang ada diselangkangan. “Jan lama-lama, bangke! Kita harus bawa bocah patah hati ini pulang.” Teriak Reon karna Agas udah keluar dari pintu. Berjalan pelan menuruni tangga, karna kamar mandinya ada dilantai dua. Begitu masuk kekamar mandi, Agas membuka kancing celana dan menurunkan resleting. “Aahh ....” desahnya lirih, cukup lega karna sudah ngampet pipis sejak tadi. “Lo masukin obat ini ke minuman Milly.” Ucap seorang cowok dengan rambut dicat agak merah. Lawan bicara yang seorang bertender itu menerima kapsul obat berwarna putih, ngangguk dengan senyuman. Setelahnya, berlalu pergi dari toilet. Merasa sangat penasaran, Agas mengikuti langkah mereka. Bersedekap, bersandar dinding memperhatikan bertender yang membawa obat tadi. Dengan tak mencurigakan, ia mengulurkan segelas minuman pada seorang wanita berambut hitam panjang yang duduk sendirian. Wanita itu tersenyum, mengucapkan terima kasih, lalu meminum minuman yang sudah dimasuki obat perangsang. Tanpa merasa curiga sedikit pun, ia tersenyum menatap teman-temannya yang bergoyang dilantai dansa. Beberapa menit berlalu, pria berambut merah itu menghampiri, melempar sedikit senyum, lalu menyeret si gadis menjauh dari kerumunan. Agas mengikuti kedua orang itu. “Lepas, brengseek! “ teriak si gadis, yang pastinya bernama Milly. Menepis kasar tangan pria yang menggenggam lengannya. Akhirnya si pria melepaskan tangan Milly, tersenyum menyeringai menatap wajah cantik si gadis. “Satu menit, dua menit atau ....” tertawa kecil melihat Milly yang mulai mengipasi tubuhnya. “Ternyata cepet juga reaksinya.” “Brengseek! Lo ngomong apa, hn!?” “Gue kasih lo sesuatu. Tadi, diminuman yang lo habisin.” Lalu terkekeh penuh kemenangan. Milly meninju bahu si pria kasar. “Bajinngan lo! Aahh ....” ia mulai meracau tak karuan. Tentu merasakan sesuatu yang berbeda di dirinya. Beberapa pria yang lain datang, menatap Milly dengan tatapan siap memangsa. Mereka semua tertawa penuh kemenangan. Mulai memegang lengan Milly, yang lainnya mengelus paha putih mulus itu. Sementara pria berambut merah itu mengangkat dagu Milly, mendekatkan wajah, lalu .... “Maaf, ngab. Ini namanya pemerkosaan. Nggak seharusnya lo kek gini Cuma buat niduri seorang wanita.” Agas menarik bahu si pria, lalu menarik lengan gadis cantik yang memakai gaun warna lime diatas paha ini ke dekapannya. Kelima pria itu melotot kearah Agas. Sangat tak suka kesenangannya diganggu. Mengepalkan tangan dengan tatapan yang siap adu jotos. Sementara si gadis mulai tak sadar, memeluk Agas erat sambil mengelus dada. Segera menarik Milly untuk keluar dari ruangan gelap itu, namun lengannya ditarik oleh salah satu dari kelima pria tadi. “Bang Erwin!” teriak Agas saat melihat salah satu penjaga club. Erwin, lelaki bertubuh kekar itu menoleh, tersenyum saat menatap Agas melambaikan tangan untuk mendekat. Melangkah mendekat, memperhatikan kelima pria yang menatap tak suka ke Agas. “Biar gue urus.” Erwin menepuk bahu Agas. Menyuruhnya untuk segera pergi membawa gadisnya. Agas tersenyum, menepuk lengan Erwin. “Makasih, bang.” Merangkul Milly menuruni tangga dangan susah payah. Setelah sampai dilantai dasar, Agas segera membawanya keluar, memasukkan Milly kedalam mobil. Dia sendiri masuk kekursi kemudi, menatap Milly yang menggrayahi seluruh lekuk tubuhnya. “Hey, rumah lo dimana?” “Kost kena ....” ucapan yang tak begitu jelas, membuat Agas memepet agar bisa dengan jelas memahami yang Milly ucapkan. “Lo bawa mobil?” Milly menggeleng, kembali mendesah tak karuan. Sementara Agas segera menjalankan mobil meninggalkan area club. Melambatkan laju saat ponsel disaku celana bergetar. Merogoh ponsel, tertera nama ‘Reon Kamvret’. “Ha—“ “Lo dimana, seetan!” udah dipastikan jika Reon akan ngomel. Apa lagi Agas membawa mobilnya. “Sorry, gue pergi bawa mobil lo. Lo bawa El pulang naik taxi aja ya.” “Tolongin aku ....” Milly kembali meracau tak jelas, menarik lengan Agas. “Gas, lo ... ngewee, hn?” tanya Reon yang tentu mendengarkan suara Milly. “Anjiing! Enggak. Udah ah, besok gue ceritain.” Agas menutup telfon, kembali memasukkan ponsel ke saku celana. Menatap Milly yang mulai tak karuan. “Ppliiss, sentuh gue, tolongin gue ....” pinta Milly. “Astaga, cewek ini beneran enggak sadar.” Mengeluh karna Milly udah kacau banget. Menarik lengan Agas kembali. “Tolongin aku ....” “Ok, ok, gue tolongin, kita nepi dulu.” Agas menepikan mobil. Dengan cepat Milly menyerangnya. Melumat bibir Agas buas. Tak ada lembutnya sama sekali. ‘Gila! Mainnya kasar!’ gerutu Agas. Untuk beberapa menit, Agas masih gelagapan. Berusaha rileks untuk mengimbangi mainnya Milly. Setelah rileks, ia mulai membalas lumatan si gadis, hingga lidah mereka bertemu, saling menyapa dan bertukar saliva. Tangan Agas tak tinggal diam, meraba bagian perut Milly yang tipis, semakin naik keatas. “Lo ... masih virgin?” tanya Agas saat menyadari sesuatu. Dengan mata terpejam, Milly ngangguk. Sementara Agas kembali menarik tangannya. Menatap miliknya yang sudah mengeras. Tak mungkin ia akan merusak seorang gadis yang bahkan belum ia kenal. “Ok, gue rasa, lo udah agak mendingan. Semua akan baik-baik aja kalo lo tidur. Gue akan antar lo pulang. Semoga gue nggak salah rumah.” Agas membantu Milly merapikan dressnya. Segera melajukan mobil, mencari alamat yang tadi Milly sebutkan. ** Agas menatap Milly yang menggunakan kemeja putih dengan rok span dibawah lutut. Gadis cantik itu menuntun sang nenek duduk disebuah halte. Karna sangat penasaran, Agas memilih menepikan motor. Sekitar lima belas menit bus umum berhenti didepan halte, semua yang ada disana masuk kedalam bus, termasuk Milly. Meninggalkan nenek tua yang masih duduk dengan tongkat ditangan kanannya. Melihat bus melaju, Agas mulai mengikuti bus, berjalan pelan dengan jarak yang lumayan jauh. Keningnya berkerut saat melihat Milly turun didepan gerbang sekolahnya bareng dengan siswa siswi yang lain. Tersenyum sendiri sebelum akhirnya melangkah masuk kedalam sekolah. Agas pun menjalankan motor masuk kedalam, segera melepas helm dan sedikit berlari menuju ruang guru. Terdiam disisi karidor melihat Milly yang berbincang dengan kepsek. Lalu masuk ke ruangan kepsek itu. ‘Apa dia guru baru?’ batinnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Om Tampan Mencari Cinta

read
399.8K
bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
470.8K
bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.2K
bc

The Prince Meet The Princess

read
181.7K
bc

Crazy Maid ( INDONESIA )

read
206.3K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook