episod 3

1767 Words
" Hoaaam . . . . . . jam berapa ini ? Kenapa masih gelap" gumam Bian. Kemudian Dia melihat jam dan membuka korden kamarnya. " Pantas saja gelap. Ternyata hujan deras. " kata Bian Bian bersiap - siap mandi untuk ke kantor. Walaupun hujan deras Dia adalah atasan yang disiplin dan bertanggung jawab. Setelah selesai mandi dan berganti baju memakai jas. Bian turun dan sarapan pagi. Selesai sarapan Bian langsung menaikki mobilnya menuju kantor. Pagi ini Bian mengemudi pelan karena hujan deras dan jalanan kurang terlihat jelas. Hujan bukanlah suatu halangan bagi Bian untuk berangkat kekantor. Beda dengan Deolinda hujan menjadi pengahalang baginya karena tidak ada kendaraan. Pagi hari yang kurang bersahabat bagi Deolinda, karena cuaca hujan deras. Deolinda sudah coba mencari taksi online namun belum mendapatkannya. Deolinda berharap hujan segera reda agar Dia tidak terlambat berangkat kantor. Hujan semakin deras saat Deolinda membuka pintu dan membuka payungnya. Dia hanya pasrah dengan keadaan sekarang. Deolinda menerjang hujan dengan membawa payung. Dia berjalan ke luar gang, berharap ada taksi atau angkutan umum lewat. Deolinda sudah sepuluh menit berdiri di pinggir jalan, berharap ada angkutan umum atau taksi lewat. Tapi tidak satupun yang lewat di depannya. " Bukannya itu Deolinda ? " Gumam Bian dalam mobil. " Tin . . . . . . . ! " Bian membunyikan klakson dan mengarahkan mobilnya di depan Deolinda. Seketika itu juga Deolinda kaget. Bia membuka jendela mobilnya. " De, ayo masuk. " panggil Bian " Tidak Pak, terima kasih. Saya menunggu taksi saja " kata Deolinda sambil menunduk dekat jendela mobil Bian. " Udah ayo masuk aja. Enggak bakal ada kendaraan lewat. Hujannya deras sekali. Cepat masuk ! ! " Deolinda masih belum juga masuk mobil. Dia masih berdiam diri di pinggir jalan sambil pegang payung. Sejenak berpikir, masuk mobil atau tidak. Karena yang Deolinda pikirkan adalah ketika sampai kantor, Dia gak bisa membayangkan apa pikiran karyawan lain setelah Dia turun dari mobil Bian. " Tin . . . . . . tin . . . . . . ! " Bian membunyikan klakson keras. Membuat Deolinda terjengkit kaget. " I . . . . . . iya Pak. " Deolinda langsung membuka pintu mobil dan masuk. " Nah gini kan enggak kehujanan. Lagian mana ada kendaraan lewat. Hujan Deras banget. " Kata Bian Deolinda hanya terdiam menunduk. Hati dan pikiran Deolinda campur aduk. Dalam hatinya berdoa semoga sampai di kantor tidak ada yang melihat dirinya turun dari mobil Abian. " Kamu tinggal sama siapa De ? " " Sendiri, Pak. " " Orang tuamu ke mana ? " " Saya yatim piatu. " " Oh, maaf Aku tidak tahu. " " Tidak apa - apa " " Kamu sudah punya kekasih ? Atau sudah menikah mungkin " " Em . . . . . .be . . . . . belum dua - duanya. " " Maksdunya belum menikah dan tidak punya kekasih ? " Deolinda menjawab dengan anggukan. Kemudian suasana mobil hening kembali. Setelah tiga puluh lima menit akhirnya mereka sampai diparkiran kantor. " Maaf, Pak. Pintunya tidak bisa di buka " " Iya masih Aku kunci. Sebentar Aku bukakan. " " Jangan ! " Teriak Deolinda " Lho kenapa ? Masak mau di dalam mobil terus " " Ma . . . . . . ma . . . . . .maksud Saya, biar Saya saja yang buka pintunya. Bapak kasih tahu saja caranya. Saya tidak ingin karyawan lain melihat Saya turun dari mobil Bapak. Takutnya nanti mereka salah paham. " " Kamu ribet ya orangnya. Turun tinggal turun aja kok. Ya udah Kamu buka sendiri pintunya. Ini udah Aku buka kuncinya. " " Terima kasih, Pak. Maaf sudah merepotkan Bapak. Maaf kalau saya tidak sopan " " Hem. Sudahlah sana cepat ke luar. " Sepeninggalnya Deolinda, Abian turun dari mobil menuju ruangannya, lantai paling atas. Hari ini Bian akan meeting dengan client dari London. Deolinda mulai berkutat dengan pekerjaannya hingga tibalah jam makan siang. Seperti biasa Deolinda pergi ke kantin bersama satu sahabat wanitanya di kantor namanya Sharon. empat puluh lima menit lagi mereka me dapat break time di kantin sambil ngobrol banyak hal walau hanya sebentar, karena pekerjaan mereka yang banyak menguras pikiran dan tenaga. Kemudian mereka beranjak dari kantin untuk kembali ke ruang kerja mereka. " Shar Aku ke toilet bentar, Kamu duluan aja. " " Okay " kata Sharon dengan menunjukkan jari yang menyatakan Ok. Deolinda sudah selesai di toilet dan berjalan menuju lift. Saat menunggu lift terbuka. Deolinda bertemu Abian dan Richo sekretarisnya yang akan masuk ke lift khusus ruangan lantai paling atas. Deolinda menoleh dengan senyum hormat pada atasan ke arah Bian dan Richo. Namun Bia tidak meresponnya, hanya Richo yang membalas senyum Deolinda. " Ting. " Lift terbuka dan Deolinda segera masuk. " Mari Pak " sapa Deolinda sambil menunduk pada Bian dan Richo. Lagi - lagi Bian tidak meresponnya seolah - olah tidak mengenal Deolinda. Di dalam lift Deolinda mengomel sendiri karena melihat respon Bian, yang seolah tidak pernah ketemu. " Ya Tuhan, sombong amat atasanku. Kemarin dan tadi pagi masih sopan dan ramah ? Ah sudahlah lupakan aja. Yang penting Aku sudah menyapa duluan tanda hormatku sebagai bawahan dan terima kasihku padanya. " " Ting " lift terbuka, Deolinda segera keluar dari lift setelah meracau sendiri di dalam lift karena Bian. Deolinda melanjutkan pekerjaannya, hari ini Dia berusaha agar tidak overtime lagi. saat sedang sibuk berkutat dengan pekerjaannya. tiba - tiba ada suara yang memanggil namanya. namun Deolinda toda menghiraukannya, karena Deolinda menganggap hanya halunsinasinya saja. " Prak ! " meja Deolinda di gebrak. seketika itu juga Deolinda kaget bukan main. dan mata karyawan memandangi arah gebrakan itu. sementara Deolinda, masih dengan nafas tersengal - sengal karena Deolinda punya riwayat asma. Deolinda masih diam dan memegangi dadanya yang terasa sangat sakit namun dia tahan. " Ma . . . . . . maaf Pak. ada apa ? " tanya Deolinda gugup dan menahan kesakitan " Kamu punya telinga tidak ? aku panggil kamu berkali - kali tidak menjawab. " kata atasannya itu. siapa lagi kalau bukan Abian " Ma . . . . . . ma . . . . . maaf pak.saya tidak dengar. ta . . . . . ta . . . . . . tadi saya fokus dengan kerjaan saya. " jawab Deo pelan dengan wajah sangat pucat menahan dadanya sakit " Kamu ingin mem . . . . . . " kata - kata Abian terpotong karena tiba - tiba Deolinda tergeletak di lantai " Bruk " " Hey, kenapa dia ? " tanya Abian pada karyawan lain yang juga menghampiri Deolinda menolong. " Dia ada riwayat sakit asma Pak. " jawab salah satu karyawan seketika itu juga Abian merasa bersalah. dia terdiam dan melamun. tanpa sadar Deolinda sudah tidak ada di hadapannya karena sudah di bawa ke klinik perusahaan. satu jam Deolinda pingsan. kini Deolinda sudah bangun. dan di sebelahnya ada sebuah buket bunga dan amplop coklat. Deolinda tidak tahu dari siapa. dan dia membuka isi amplopnya berisi uang. Deolinda membaca pesan yang tertempel di buket bunga. permintaan maaf atasannya. " Huft ! kamu pikir aku mata duitan sampai kamu kasih uang sebanyak ini. dasar orang kaya. " gumam Deolinda. saat mau turun dari ranjang kepala ya terasa pusing. akhirnya dia duduk sebentar lagi menghilangkan rasa pusingnya.dadanya tidak terlalu sakit lagi dan nafasnya sudah lancar kembali. jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang, jam istirahat kantor. Deolinda kembali ke mejanya dan mengambil bekal yang dia bawa dari rumah. kemudian dia bawa ke pantry. sementara buket bunga dia tinggal di klinik perusahaan. namun uangnya dia bawa. rencana setelah jam istirahat atau waktu pulang kerja, Deoli da akan mengembalikannya pada Abian. Abian melihat bayang Deolinda masuk ke dalam pantry. Abian yang tadinya akan makan siang. dia batalkan hanya ingin melihat keadaan Deolinda. Deoli da sudah duduk di meja pantry dan membuka bekalnya. baru dua suap Deolinda menyuap makanannya ke dalam mulutnya. pintu pantry terbuka pelan, Deolinda tetap santai karena memang diapa saja bisa masuk ke pantry. " maafkan saya atas sikap kasar saya tadi. " kata Abian dengan suara khasnya. Deolinda terkejut dengan suara itu. ia langsung menolehnya ke belakang. dan benar yang ada di belakangnya adalah atasannya. dalam hati Deolinda ingin memakinya. tapi dia teringat bahwa yang ada di hadapannya adalah atasannya. " Pak Bian. " kata Deolinda dengan gugup dan langsung berdiri menundukkan kepala " Saya yang salah karena saya terlalu fokus dengan kerjaan saya pak. saya janji tidak akan mengulanginya lagi. saya minta maaf " kata Deolinda " Ah terlalu basa - basi. sudah jelas aku yang salah. baiklah aku pergi. lanjutkan makan siangmu. " kata Abian nada datar. saat Abian hendak pergi meninggalkan pantry, Deolinda memanggil Abian " Sebentar pak ! " kata Deolinda kemudian Abian berhenti dan menoleh " ini pak, saya kembalikan uang bapak. terima kasih kebaikan bapak. tapi saya keberatan menerimanya. " kata Deolinda menyerahkan amplop coklat pada Abian " apa maksudmu ? " tanya Abian dengan nada sedikit keras " Maaf, saya sama sekali tidak ada maksud apa - apa pak. saya tidak akan minta tanggung jawab pada bapak atas kejadian tadi. bapak tenang saja. saya mohon terima kembali uang bapak. " kata Deolinda memohon " Kamu keras kepala dan sombong ! " kata Abian sambil mengambil amplop itu dengan kasar di tangan Deolinda kemudian pergi meninggalkan Deolinda Deolinda hanya menarik nafas dan memakai alat asmanya agar nafasnya kembali teratur kembali. kemudian meneruskan makan siangnya. Abiann kembali ke ruangannya setelah sedikit tegang dengan Deolinda. Abian meminta sekretarisnya untuk memesankan makanan restoran langganannya. Abian duduk di kursinya mengahadap kaca memandang pemandangan kota. sambil memegang amplop coklat. " Kenapa dia tidak mau menerima uang dari saya ? apa kurang ? atau kenapa ? ah memang orang miskin hanya menyusahkan saja sikapnya. " gumam Abian " Tok . . . . . . tok . . . . . tok . . . . . " " Ya masuk ! " kata Abian dan sekretarisnya membawa paper bad berisi makanan " Pesanan makanan bapak sudah sampai. " kata sekretarisnya " Terima kasih, letakkan saja di meja. " kata Abian datar " baik pak. saya permisi. " kata sekretarisnya ke luar dari ruangan Abian setelah makam siang Deolinda, melanjutkan pekerjaannya kembali dan berkonsentrasi telinganya juga agar tidak terulang kejadian pagi ini. " De, kamu yakin sudah baikan ? " tanya salah satu pria rekan kerja Deolinda " Iya aku sudah enggak apa - apa. kalau nanti pusing lagi. aku akan spase kerjaannya. " jawab Deolinda " Oke. kalau perlu bantuan bilang ya." kata pria itu. ya Pria itu bernama Rio " Thank ya, yo. " kata Deolinda dengan senyum ramah
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD