Bab 92

1489 Words

Bara akhirnya sepenuhnya terjaga, tetapi rasa kantuk yang tersisa di matanya segera lenyap saat ia menyadari Kaia telah sadar sepenuhnya. Matanya langsung berbinar, meski masih terselubung lingkaran hitam akibat kurang tidur. Wajahnya yang biasanya penuh wibawa kini tampak kusut—rambut acak-acakan, janggut lebat tak terurus, dan pipinya tampak lebih tirus daripada sebelumnya. Meski penampilannya terlihat jauh dari kesempurnaan, bagi Kaia, itulah wujud cinta yang tulus dan tanpa batas. “Sayang? Kamu udah bangun? Kok nggak bilang?” suara Bara bergetar penuh emosi. Tanpa memedulikan siapa pun di ruangan itu, ia langsung menghujani wajah Kaia dengan kecupan bertubi-tubi, seolah ingin memastikan bahwa istrinya benar-benar ada di sana, hidup, dan bersamanya. “Mas, malu dilihatin Ibu sama Mam

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD