23

884 Words
Malam ini pasangan penganti baru itu akan tidur beberapa hari di hotel mewah. Besok mereka masih mengambil waktu libur yang tersisa dari tugas negara yang masih ada dua hari lagi. Setelah itu mereka akan bekerja lagi seperti biasa dan menyiapkan persta pernikahan yang besar dan mewah serta elegan. Jika pesta pernikahan itu sudah terlaksana. Rencananya, Aji akan membawa Puri berjalan -jalan ke Paris atau Jepang. Sejak dulu, Aji ingin sekali naik ke puncak menara Eiffel dan dudu di atas memandang hamparan luas kota Paris. Naik kereta gantung dan makan malam romantis bersama pasangan. Itu impian Aji. Puri sudah berdiri di depan kaca besar yang menghubungkan dengan balkon. Pintu kaca itu di tutup rapat karena hujan besar membasahi balkon dan sama seklai tidak bisa menikmati langit malam yang bertabur bintang. Sesuai nasihat Ibu Puri, agar Puri tetap memakai baju seksi. Mau di sentuh atau tidak, setidaknya Puri bisa menggoda iman Aji untuk segera menyentuhnya. Usia Puri sudah dua puluh delapan tahun, sudah pas untuk membuat anak. palagi memang sudah SAH menikah. Ibu Puri sengaja tidak mengantarkan pakaian untuk Puri. Sekalinya mengirim tas pakaian yang berukuran kecil, tapi isiny pakaian dalam ekstrim dan lingerie sebagai baju dinas malam pertama. Sejak tadi di kamar mandi, Puri menatap baju yang sama sekali kurang bahan. Bukan kurang bahan lagi, tapi ini cuma beberapa utas tali dengan kain yang tak menutup sempurna. Malah mirip kayak jaring -jaring ikan yang di pakai nelayan untuk menangkap ikan di laut. Mau tidak mau Puri memakainya dan bercermin di depan kaca. Tubuhnya malah terlihat kayak model majalah dewas. Eittsss ... Bentar. Ini kenapa gunungan sama sekali gak menonjol ke depan? Malah terlihat tidak ada pertumbihan sejak SMA, masih dengan ukuran cup A dan linkar d**a tiga puluh dua. Mengenaskan sekali. "Mas Aji suka gak ya? Bukannya cowok suka yang besar dan berisi? Puri yang besar malah porsi amkannya. Badannya tetap saja begini, sama seklai gak bisa menggoda suami," lirih Puri saat di kamar mandi tadi. Kini, ia merasa lebih percaya diri Aji sedang mandi. Tadi tak melihat Puri dengan pakaian seksinya, karena Puri menutupnya dengan piyama handuk yang membungkus tubuhnya. Bagi Aji tidak maslaah bisa melakukan malam pertama mal;am ini atau malam selanjutnya, asala keduanya memang sudah siap untyuk melakukan bukan karena keterpaksaan. Aji tahu, Puri pasti masih takut dan belum terbiasa. Ia tahu, Puri adalah gadis baik yang pacarannya pun terlihat biasa saja dan sehat. ceklek ... Deg ... Dada Puri makin bergemuruh jkencang, rasanya deg -degan luar biasa. Mmebuat napasnya terengah -engah seperti di kejar hantu. Aji sudah membuka pintu kamar mandi. rambut dan wajahnya masih basah. tubuhnya hanya di lilit handuk yang di selipkan di pinggang dan melihat Puri yang sedang menutup hordeng balkon dengan pakaian dinas yang siap di terjang. Puri gugup makanya ia mencari aktivitas dengan menutup hordeng. Aji menatap tubuh Puri dari belakang, sangat mulus sekali. Birahinya mulai naik. Maklum, memang sudah cukup umur. Lagi pula ini malam pertama. Aji berjalan menghampiri Puri dan memeluk puri dari belakang. Puri kaget, tapi sekaligus ia senang. Aji masih mau memeluknya. Wajah Aji yang masih basah menyelam dalam di ceruk leher Puri yang mulus dan jenjang. Bibirnya menyapu kulit leher Puri yang bersih dan mulus itu membuat sesekali Puri merasa kegelian. "Kamu pakai ini? Mmenag sedang menggoda Mas? Atau memang sudah siap?" tanya Aji to the poin. Senjata Aji sudah mengeras dan mulai mengacung ke depan hingga bagian belakang Puri merasa ada yang menyodok seperti benda tumpul. Kedua mata Puri melotot dan terkejut. Ia membatin, apakah itu stik golf yang selmaa ini menjadi pemuas pemiliknya? "Ekhemmm ... Bukankah kita sudah suami istri Mas? Istri harus siap kapan saja, bukan?" ucap Puri denagn suara parau sedikit gugup. "Kalau belum siap gak apa -apa. Mas akan tetap menunggu," ucap Aji lirih di depan telinga Puri membuat bulu kuduk Puri berdiri dan menggetarkan tubuhnya. Aji terus membuat gairah Puri terus meningkat agar istrinya lebih rileks dan santai saat bermain di ranjang itu. Tanpa di sadari Puri meleguh pelan. Aji menghentikan aktivitasnya, lalu melepaskan lilitan handuk yang mengitari pinggangnya dan mengangkat tubuh kurus Puri ke arah ranjang empuk itu. Puri terdiam dan sama sekali tidak memberontak. Mungkin karena usia mereka sudah matang dan dewasa. Halitu menjadi sebuah kebutuhan bukan keinginan. Walaupun masih canggung karena belum pernah melakukannya. Aji sudah berada di atas Puri dnegan tubuh polos. Puri tidak kaget dan berusaha tenang walaupun ia kaget setengah mati. "Kamu siap?" tanya Aji pelan. Puri menganguukna kepalanya pelan, "Siap Mas." Aji perlhana menyinak pakaian jaring -jaring Puri. Ia sendiri juga gugup dan deg -degan luar biasa. Keduanya sudah sama -sama polos. Tak ada sehelai kain yang menutupi tubuh mereka. Aji memualai dengan pelan dan lembut. Di mulai dari ciuman di wajah Puri dan ciuman bibir yang lembut dan mulai b*******h. Tubuh Aji sudah berada di atas Puri dan mereka sudah bertumpuk tanpa ada pembatas. Aji melakukannya dnegan sangat pelan apalagi saat menuntun senjatanya masuk ke dalam wadah yang sudah menganga melebar. "Ekhemm ... Mas ..." leguh Puri yang sudah merasakan nikmat tak terkira. "Ya ...." jawab Aji dnegan napas memburu. "Pelan -pelan Mas," ucap Puri pelan. "Iya pasti pelan -pelan. Kalau sakit bilang ya," titah Aji lembut. Bagai gayung yang bersambut. Aji mulai melakukannya dnegan pelan dan lembut. Sesekali ia bertanya pada Puri kalau merasakan sakit. Puri berusaha membuat aji nyaman dan menahan setiap rasa dan prosesnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD