“Sudah. Aku sudah coba ajak dia untuk kembali ke Surabaya, bertemu keluarganya.” “Dia mau?” suara Marisa terdengar ragu, namun jelas menyimpan harap. “Belum.” Nada Agastya melembut. “Masih dia pikirkan. Aku gak bisa maksa, Ca. Buat Aleena, semua ini terlalu cepat. Pertemuan kita ... kehadiran kita lagi dalam hidupnya, semua itu bikin dia shock.” Di ujung sana, Agastya mendengar suara embusan napas pelan dari mantan istrinya. Dia tau, Marisa sangat ingin mendesak Aleena agar segera pulang—agar luka yang selama ini menggantung bisa disembuhkan. “Aga,” panggil Marisa setelah hening beberapa detik. “Ya, Ca?” “Kamu akan nikahi Aleena, kan?” Suaranya kini lebih dalam, penuh penekanan. Sebuah pengingat atas janji yang pernah Agastya ucapkan. Agastya menatap pemandangan langit malam yang ta