Marisa tengah memasukan beberapa stel pakaian milik suaminya ke dalam koper berukuran sedang yang akan dibawa ke luar kota, sembari menunggu panggilan teleponnya tersambung ke nomor sepupunya yang ternyata tidak aktif. Ini adalah kali kedua dia menghubungi Aleena dan tidak ada jawaban. Dia sangat khawatir, karena sejak kemarin nomor keponakannya sama sekali tidak aktif. Agastya baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang terlilit di pinggulnya. Dadanya tampak basah oleh tetesan air dari rambutnya. “Kamu cuma dua hari ‘kan di Bandung, Sayang?” tanya Marisa yang saat itu tengah duduk di tepi ranjang masih memegangi ponselnya. “Iya, gak perlu banyak-banyak, Sayang. Di rumah Mbak Nata juga ada bajuku kan?” balas Agastya yang langsung melangkah ke dalam ruang pakaian. “Gak bany