“Sena ikut?” tanya Marisa saat menumpuk pakaian Agastya ke dalam koper ukuran sedang. “Tidak. Dia akan mengurus kantor selama aku pergi. Lagi pula ini hanya dua hari.” Marisa selesai dengan kegiatannya, kemudian dia menghampiri Agastya yang duduk di sofa panjang dekat jendela. Marisa duduk tepat di sebelah sang suami dan memeluknya mesra. “Sudah lama kita gak pernah pergi liburan ke luar kota, lho, Sayang. Kamu sibuk terus.” Agastya melingkarkan tangannya pada pundak istrinya dan membelai rambutnya lembut. “Jangan sekarang, ya, kan ini dadakan. Farel juga lagi senang-senangnya sama hadiah barunya,” ujar pria itu. “Terus kapan, dong?” “Hm.” Agastya tampak berpikir keras. Kepalanya dipenuhi oleh Aleena yang mulai membuatnya pening, tiba-tiba saja gadis itu meminta dinikahi. Seben