Bab 6. Menikah?

1177 Words
Agatha mendekatkan wajahnya ke arah Jayden, sontak saja pria itu langsung memejamkan matanya rapat-rapat. Agatha tersenyum geli, melihat wajah Jayden sedekat ini membuat ia sadar jika pria itu sangat tampan sekali. Alisnya tebal dengan bulu mata yang lentik, hidungnya mancung serta bibir tipis yang menggoda. Melihat bibir itu mengingatkannya tentang dimana Jayden pernah mencium bibirnya. Dan entah kenapa hal itu membuat jantung Agatha berdebar-debar. Tanpa sadar ia mengulurkan tangannya untuk mengusap bibir itu dengan lembut. Jayden membuka matanya, napasnya seolah berhenti saat itu juga. Mendapatkan sentuhan ini membuat Jayden benar-benar sangat gila. "Nona, maaf," ucap Jayden lirih. "Hm?" Agatha bergumam perlahan, terlalu candu menatap pria tampan ini. "Maaf, Nona." Sekali lagi Jayden meminta maaf sebelum pria itu menarik tengkuk Agatha lalu mencium bibirnya dengan sangat lembut. Agatha tersentak, bola matanya membulat sempurna. Ciuman itu berhasil membuat tubuhnya menegang hebat. Semakin lama semakin dalam dan membuat Agatha terhanyut. Wanita itu mulai mengelus lembut d**a Jayden sembari membalas ciuman itu. Hawa panas seperti membakar tubuhnya, padahal ruangan itu terasa dingin. Jayden semakin berani dan liar, pria itu mengigit kecil bibir Agatha hingga terbuka lalu perlahan ia menyusupkan lidahnya. Dengan satu tangan yang memegang kepala Agatha, pria itu membalikkan badannya hingga Agatha berada di bawah. Jayden menghentikan ciumannya sejenak, melihat wajah Agatha yang memerah menggemaskan. Pria itu mencium bibirnya kembali lalu turun ke lehernya yang jenjang. "Jay ...." desah Agatha lirih, bulu kuduknya merinding hebat saat bibir basah itu menyentuh kulitnya. Semakin lama Jayden semakin tak terkendali. Kepala Agatha sampai mendongak karena rasa geli yang nikmat. Wanita itu bahkan tanpa sadar mencengkram kemeja Jayden hingga kusut. Ciuman Jayden turun ke bawah, ke d**a dan meninggalkan bekas kemarahan. Keharuman tubuh Agatha seperti membius Jayden hingga tak sabar langsung menarik piyama tipis itu hingga tubuh indah Agatha terekspos indah. "Jay." Lenguhan Agatha semakin terdengar, kali ini tubuhnya mendadak diliputi rasa takut. Ia malah ingat kejadian buruk malam itu, matanya perlahan mulai basah sehingga membuat ia mendorong tubuh Jayden dengan cukup kuat. Jayden terhenyak, ia melihat Agatha yang menangis. Menyadari apa yang telah ia lakukan, ia buru-buru mengambil selimut dan menutupi tubuh wanita itu. "Maafkan saya, Nona. Maafkan saya," ucap Jayden yang langsung memeluk tubuh mungil itu. Ia menyesal karena menuruti nafsunya, hampir saja membuat Agatha kembali trauma. Agatha masih menangis lirih membuat Jayden semakin merasa bersalah. "Nona, saya benar-benar minta maaf. Saya sudah lancang, pukul saja saya sekarang. Hukum saya, Nona." Agatha mengusap air matanya perlahan, wanita itu melirik ke arah Jayden yang penuh sesal. Kalau dipikir-pikir yang salah 'kan dia? Kenapa Jayden malah yang meminta maaf? "Aku mau tidur," kata Agatha. "Saya akan pergi." Jayden mengangguk mengerti, pria itu menggeser tubuhnya menjauh. Agatha menggigit bibirnya, entah kenapa sekarang malah ia yang tak rela Jayden pergi. Ia juga tidak mengerti kenapa ia menjadi seperti ini. Perasaan aneh itu benar-benar mengusai dirinya membuat Agatha memanggil Jayden kembali. "Jay." Sebelum benar-benar meninggalkan kamar, suara Agatha menghentikan langkah Jayden. Pria itu menoleh dan bertanya. "Ada apa, Nona?" Agatha menggigit bibirnya kembali, mencoba merangkai kata-kata yang cocok agar tidak terkesan dirinya sangat menginginkan Jayden menemaninya tidur. "Di kamarku biasanya banyak kecoa, aku takut kalau mereka nanti akan berkeliaran. Jadi, kau tidur disini," kata Agatha cepat. Jayden mengernyitkan dahinya, pandangannya lalu menyusuri seluruh kamar Agatha yang sangat bersih sekali. Tentu saja, wanita itu terkenal sangat perfeksionis. Mana mungkin akan ada kecoa di kamar sebersih itu? "Memangnya disini sering banyak kecoa, Nona?" Jayden bertanya heran. Agatha mendesis pelan, ia menahan rasa malu yang luar biasa saat ini. "Kau pikir aku berbohong apa? Disini tuh memang sering banyak kecoa. Karena tugasmu sebagai pengawalku, jadi kau harus menjagaku. Bagaimana kalau nanti para kecoa itu naik ke ranjang dan menggigitku?" ucap Agatha sebisa mungkin membuat ekspresinya terlihat ketakutan. Jayden mengerutkan dahinya lebih dalam, menurutnya memang tidak masuk akal sama sekali alasan yang dibuat Agatha itu. "Baiklah, saya akan berjaga disini." Jayden mengurungkan niatnya untuk keluar kamar, pria itu duduk di sofa samping jendela kamar. Tapi sebelumnya ia menutup dulu jendela kaca besar itu karena angin malam mulai berhembus cukup kencang. Setelah itu barulah ia duduk di sofa yang letaknya cukup jauh dari ranjang. Jayden takut ia akan khilaf nanti. Agatha terlihat merengut. "Kenapa kau duduk disitu?" "Bukannya saya harus menjaga, Anda?" Jayden menjawab seadanya. "Ya, kenapa harus duduk disitu? Ini 'kan sudah malam, kau juga harus tidur," celetuk Agatha semakin jengkel, kenapa sih Jayden ini tidak peka sama sekali? "Kalau saya tidur, siapa yang menjaga, Anda nanti?" "Ah sudahlah, terserah kau saja. Menyebalkan! Kalau kau mau tidur disitu terserah, biarkan saja punggungmu sakit! Sudah tahu ada kasur, malah tidur di sofa, memang pria aneh," gerutu Agatha sudah tak tahan lagi melihat ketidakpekaan Jayden. Pria itu harusnya sadar dong, kalau Agatha maunya Jayden tidur di ranjang menemaninya. Jayden semakin kebingungan, pria itu menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Sebenarnya maunya Aghata apa sih? Kenapa semuanya seperti salah di mata wanita itu? "Nona–" "Diamlah! Jangan menggangguku!" sergah Agatha. Jayden mengulum bibirnya, tidak mengerti lagi bagaimana caranya mengerti apa yang diinginkan oleh Agatha. Tapi sesaat kemudian ia tersenyum tipis, menebak mungkin hal itu yang memang diinginkan oleh Agatha. "Nona ingin saya tidur disitu?" tanya Jayden dengan sengaja. Agatha terperanjat, sumpah demi apa pun ia tega untuk mengumpat di depan muka Jayden saat ini. "Tidak, untuk apa aku ingin kau tidur disini? Aku tanya takut kecoa," kilah Agatha. "Baiklah." Jayden menahan senyumnya, pria itu akhirnya merebahkan tubuhnya di sofa. Menunggu mau sejauh apa Agatha akan bertahan menahan egonya. Agatha mendesis jengkel, ia melirik Jayden diam-diam. Tapi ia justru dibuat semakin jengkel karena pria itu benar-benar memutuskan tidur di sofa. "Pria itu benar-benar ya? Bukannya dia bilang ingin menjagaku. Bagaimana dia bisa menjagaku kalau dia berada sangat jauh seperti itu? Dasar menyebalkan, biarkan saja! Biarkan punggungnya nanti encok dan tidak bisa bangun!" umpat Agatha dalam hatinya. * Malam sudah sangat larut, tapi sialnya Agatha malah tidak bisa tidur sama sekali. Wanita itu justru terus terbayang ciuman Jayden yang membuatnya sangat terhanyut tadi. Ia tidak bisa lupa wajah tampannya yang entah kenapa membuatnya berdebar-debar tak karuan. "Apa dia sudah tidur ya?" gumam Agatha, memberanikan diri untuk melihat ke arah dimana Jayden berada. Melihat Jayden yang sepertinya sudah terlelap, Agatha memutuskan untuk beranjak dari kasur. Ia mendekati pria itu, ternyata benar-benar tidur karena terdengar dengkuran halus dari bibirnya. "Dia ini, keras kepala juga ternyata," celetuk Agatha. Agatha kembali melihat wajah Jayden yang terlelap, benar-benar seperti malaikat yang sangat tampan. Pria itu memang masih berumur 22 tahun, tapi benar-benar membuat hati Agatha sangat kacau. Entah setan apa yang merasukinya, ia nekat ikut merebahkan dirinya disamping Jayden, memeluk tubuh pria itu tanpa rasa canggung sama sekali. "Dia harum sekali," batin Agatha sembari memejamkan mata. Agatha benar-benar merasa sangat nyaman di pelukan Jayden. Rasa kantuk yang sejak tadi tak kunjung datang perlahan mulai ia rasakan. Ia mendengar suara detak jantung Jayden yang membuatnya sangat nyaman, seperti musik pengantar tidur yang menenangkan. Setelah Agatha tertidur, Jayden membuka matanya sedikit. Pria itu tersenyum manis sambil mengeratkan pelukannya. "Semoga mimpi indah, Bu bos cantik," bisik Jayden, mengecup kening Agatha sangat dalam lalu memejamkan matanya, ikut tertidur dengan posisi memeluk Agatha sangat erat. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD