Restoran ini seakan menenggelamkan pikiran Arsel dan Meisya. Mereka masih sama memikirkan sepasang manusia yang terlihat sangat bahagia. Khansa dan Rayhan. Siapapun akan merasa iri ketika mendapati tatapan keduanya penuh dengan cinta, mungkin bertanya dalam hati, kapan mereka bisa seperti Khansa dan Rayhan. Makanan bahkan sudah habis di depan mata, tapi baik Meisya dan Arsel seakan malas untuk bangkit dari duduknya. Arsel mengernyit ketika ponselnya berbunyi. Apalagi melihat siapa yang menghubunginya. Deby. Adik tirinya yang mengesalkan. "Deby? Mau apa dia?" Walau enggan, tapi Arsel tetap menekan tombol. Bukan untuk mengangkat tapi menekan tanda merah, agar bunyinya berhenti. "Kenapa gak di angkat?" tanya Meisya heran. "Gak penting," sahut Arsel asal. Melihat mode Arsel yang tak