Pembicaraan Tentang Impian

1059 Words
“Kenapa kau bertanya seperti itu?” Do Yun balik bertanya pada Aeyong dengan tatapan lembut. Do Yun tak tahu apa impiannya sekarang. Dia bahkan tidak punya orang tua yang berada di sisinya saat ini. Harusnya Do Yun yang berada di penjara sekarang namun Yerin yang menggantikan tempat Do Yun. “Aku hanya penasaran, tentang,” Aeyong terlihat ragu untuk melanjutkan ucapannya. Ada satu hal yang mengganggu pikiran Aeyong saat ini. Tentang kejadian tempo hari saat Do Yun berteriak memanggil nama ayahnya. Anak itu tampak rapuh dan sangat ketakutan. Aeyong bisa melihatnya. Kecintaan Do Yun pada drum, tapi lelaki itu tak berani menyentuhnya. Do Yun menatap Aeyong dengan tatapan penuh tanya, dia menunggu gadis itu melanjutkan ucapannya dengan sabar, Aeyong menggelengkan kepala. Dia rasa hubungannya dengan Do Yun tidak sedekat itu. Aeyong tak ingin menambah masalah di hidupnya. Masalahnya saja sudah begitu rumit. Dia tidak mau mengurusi masalah orang lain. “Tidak jadi. Aku hanya penasaran. Setiap anak kan punya impian. Masa kau tidak punya. Bukankah kita sudah harus memikirkan impian kita dari sekarang.” Tukas Aeyong. Perkataan gadis itu benar. Persaingan hidup di Korea sungguh ketat. Banyak murid yang belajar mati-matian agar keterima di universitas yang bergengsi. Biasanya jika mereka berada di tingkat SMA mereka sudah harus memiliki pandangan hidup mau melanjutkan ke mana. Sementara Do Yun tidak punya tujuan. Do Yun dengar Yerin menjual rumahnya . Do Yun tidak tahu untuk apa tapi yang jelas sekarang dia tidak punya rumah. Bagaimana dia bisa punya impian sementara rumah untuk pulang saja dia tak punya. “Aku tidak tahu, aku hanya membiarkan hidupku berjalan seperti ini,” tukas Do Yun santai. Anak itu mengelap kaki Aeyong dengan hati-hati. Aeyong menatap Do Yun dengan tatapan iba. Sejak Do Yun datang ke keluarga mereka Aeyong bisa melihat anak ini berbeda.Do Yun sangat pemalu. Butuh waktu beberapa minggu hingga mereka saling bicara. Awalnya Aeyong pikir Do Yun adalah sosok yang menyebalkan karena kesan pertama Aeyong bertemu dengan Do Yun adalah tatapan matanya yang mengintimidasi. “Kau sendiri bagaimana?” KIni giliran Do Yun yang melempar pertanyaan tersebut pada Aeyong. Aeyong tidak menyangka bahwa Do Yun akan menanyakan itu padanya. Do Yun meletakkan kaki Aeyong dengan hati-hati. Masih dengan posisi yang sama Do Yun menatap Aeyong. Gadis itu tampak menghindar dan memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Do Yun. Tapi tatapan memelas dari anak ini tidak bisa diabaikan begitu saja. “Apa kau bahagia menuruti permintaan bibi?’ Tanya Do Yun. Setiap hari Aeyong terus berpikir mengenai impiannya. Jujur dia tidak pernah bermimpi menjadi idol. Idol atau bintang idola di Korea memiliki banyak aturan, hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Selain itu banyak sekali kisah kelam di balik dunia idol. Jika boleh memilih Aeyong tidak akan pernah mempunyai impian menjadi idol. Apa yang didapat dari kepopuleran jika kau tidak bisa menjadi manusia yang seutuhnya?Tapi sekali lagi, kadang kita tidak bisa melawan orang tua. Baek Jung terlalu membebaskan Aeyong melakukan apa saja tapi gadis itu harus merelakan impiannya karena ibunya sudah membayar biaya untuk latihan dance bahkan menyewakan studio untuknya. “Apa aku punya jalan lain menurutmu?” Aeyong balik bertanya pada Do Yun. Do Yun juga tahu sendiri bahwa gadis ini sulit untuk menolak permintaan ibunya, tapi sekali lagi menjalani hidup untuk memenuhi impian orang lain teramat sulit. “Kau bisa bicara baik-baik dengan bibi. Siapa tahu bibi berubah pikiran,” Do yun mencoba memberi Aeyong solusi. Aeyong menggeleng. Biacara dengan ibunya hanya akan berujung pada pertengkaran, “Aku pernah mencobanya. Tapi aku hampir kehilangan eomma di depan mataku sendiri.” Tukas Aeyong dengan pandangan menerawang. “Maksudnya?” Do Yun mengerutkan keningnya dengan tatapan mata polos. Lelaki ini tak mengerti apa yang Aeyong bicarakan. Aeyong menarik napas. Peristiwa itu kembali berputar di kepalanya. Hari itu Aeyong pulang dengan membawa uang hasil dari kompetisi rap yang dia menangkan. Aeyong sangat suka rap. Gadis itu senang bernyanyi rap sejak lama. Setiap pulang sekolah dia menyisihkan waktu untuk belajar rap melalui Youtube dan mencari video di Naver. Impiannya adalah menjadi penyanyi sekaligus penulis lirik rap terkenal. Dia juga punya impian untuk ikut acara Show Me The Money. Untuk pertama kalinya hari itu Aeyong memenangkan kompetisi rap yang diadakan di sekolah. Meski dia hanya mendapat 30.000 Won tapi gadis itu sangat bahagia. Dia ingin segera menunjukannya pada Baek Jung. Harapan Aeyong untuk mendapat pujian atau sekadar ucapan,”Aku bangga padamu,” dari sang ibu hanyalah impian belaka. Baek Jung marah besar. Karena harusnya hari itu Aeyong latihan dance tapi gadis itu membolos latihan. “Sudah kubilang jangan lakukan sesuatu yang tidak berguna, Aeyong!” Teriak Baek Jung frustasi. Perempuan itu bahkan membanting benda-benda di sekitarnya. “Eomma, aku hanya melakukan apa yang aku suka apa itu salah. Aku tidak ingin menjadi idol seperti yang Eomma inginkan. Aku tahu aku mengecewakan Eomma namun aku tidak sanggup menjalani ini lagi,” Aeyong pada akhirnya membuka suara tentang apa yang dia rasakan. Baek Jung menatapnya dengan tatapan tajam dan tidak terima. Kau benar-benar ingin berhenti?” Tanyanya dengan nada tidak senang. Aeyong ahrusnye memendamnya saja. Wanita itu sudah pasti akan marah jika dia berhenti menjadi berlatih untuk menjai seorang idol. “Kau benar-benar ingin berhenti, Hah?” Pertanyaan Baek terdengar seperti sebuah ancaman daripada kalimat tanya. Pupil Aeyong bergetar jika Baek Jung seperti ini Aeyong tidak akan bisa melawannya. Aeyong takut jika Baek Jung akan melakukan sesuatu padanya. “Aku tanya sekali lagi apa kau benar-benar mau menyerah?” Baek Jung mencengkeram kerah baju Aeyong gadis itu menjerit kesakitan, “Eomma  sakit,” gumam Baek Aeyong. Bukannya menghentikan tindakannya Baek Jung justru mencengkeram lengan anaknya dengan sangat keras. “Baiklah kau boleh berhenti,” Aeyong rasanya ingin melompat bahagia sekarang juga namun sorot mata Aeyong berubah menjadi takut ketika Baek Jung melanjutkan ucapannya, “ Namun kau tak bisa melihatku lagi di dunia ini.” Cengkeraman di kerah Aeyong mengendur. Wanita itu berjalan menuju kotak P3K yang berada di sudut ruang tamu “Eomma apa yang akan kau lakukan?” Baek Jung mengambil salah satu wadah obat dan mengeluarkan isinya. Dia meletakkan dua puluhan pil di tangannya, lalu menatap Aeyong dengan tatapan kesal, “Ini kan yang kamu mau? Baiklah aku akan menuruti permintaanmu,” Baek Jung memasukkan seluruh obat ke dalam mulutnya. “Eomma, jangan lakukan itu!” Teriak Aeyong dengan putus asa. Ini pertama kali bagi Aeyong melihat ibunya mencoba bunuh diri di depan matanya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD