Sedangkan Alana makin menunduk takut. "Sedang apa sendirian disini?" Tanya regan lagi mengintimidasi.
Alana bingung mau jawab apa, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya saja sebagai jawaban nya. Ia terlalu takut menatap regan.
"Apa aku se-menakutkan itu untuk mu?" Tanya regan sembari membawa satu tangan nya untuk mengangkat dagu Alana.
Alana memalingkan wajah nya yang memerah. Sedangkan regan kebingungan bukan main, mata Alana terlihat memerah.
"Hei, apa Alana menangis?" Tanya regan sembari mendekatkan tubuh nya pada Alana, membuang jarak mereka hingga kini begitu sangat dekat.
"Om marahin Alana. Alana jadi sedih." Ucap Alana sembari mengarahkan gigi nya pada leher regan.
Regan memukul kecil kening Alana hingga wanita kecil itu tersadar dari tidur nya. "Ah!" Lenguh Alana.
"Siapa yang menyuruh minum?" Tanya regan pada Alana dengan wajah kesal.
Alana bingung, ia juga lupa dengan semua yanh terjadi sebelum nya. "Om, Alana mau mandi." Ucap Alana dengan manja
Regan menatap Alana sejenak lalu membawa Alana kedalam gendongan nya. "Om mau mandiin alana?" Tanya Alana dengan polos.
"Memang nya kamu mau dimandikan sama om?" Tanya regan balik.
Wajah Alana memerah. "Ih, om genit ya." Ucap Alana membuat regan memanyunkan bibir nya.
"Yaudah Alana mandi sendiri aja." Ucap regan pada Alana setelah wanita itu ia dudukan di samping bathup.
Tangan Alana menahan lengan regan, bibir nya ia majukan untuk mencium lembut bibir pria nya. "Ahhhmmm." Lenguh Alana ketika tangan regan memajukan tekuk nya, membuat lidah regan berhasil masuk kedalam mulut Alana
"Jangan menggoda ku di pagi hari Alana." Ucap regan berbisik pada Alana, lalu meninggalkan wanita itu setelah ciuman berakhir.
Alana melihat cermin besar di samping nya, melirik bibir yang kini berwarna merah ranum habis dicium. "Alana suka om regan yang seperti itu." Gumam alana sembari membuka baju nya dan mengisi penuh bathup.
Sudah hampir setengah jam Alana memainkan gelembung didalam bath up yang sengaja ia buat untuk bermain, rasa kantuk pun semakin merajai Alana saat ini.
Alana dengan perlahan menyudahi mandi nya, mengambil bathrobe dan memakai nya setelah membilas tubuh nya yang licin karena sabun sebelum nya.
Ia keluar dan menemukan satu pakaian yang ia tebak sudah disiapkan oleh regan spesial hanya untuk nya.
"Bagaimana om regan tahu ini baju kesukaan Alana?" Gumam Alana.
Selesai memakai baju, Alana tiduran di atas kasur nya sembari menyalakan televisi. "Hm, ngantuk." Gumam Alana sembari menggelengkan kepalanya menahan kantuk.
Dilihat Alana kini jam menunjukan pukul sepuluh, dan tak sadar ia tertidur. "Alana?" Panggil regan dari luar.
"Eh?" Regan terkejut melihat gaya tidur Alana yang persis seperti bayi, begitu tenang.
Regan mendekatkan tubuh nya pada Alana, tak sadar tangan regan menarik rok Alana keatas perlahan, hingga mengelus bagian b****g Alana yang menggoda nya saat ini.
"Ehmm..." lenguh Alana dalam tidur nya.
Regan tertawa kecil, seru juga menjahili Alana yang sedang tertidur.
Regan melihat disekitaran kamar Alana yang tak jauh berbeda dengan kebanyakan kamar seorang wanita. "Jadi, Alana suka warna pink ya?" Bisik regan tepat dihadapan telinga Alana yang sedang tertidur pulas.
Drtttt...Drrtttt
Ponsel regan berbunyi, menampikan nama dari kakak wanita yang kini berada dihadapan nya. "Hei, kakak mu menelefon nih." Ucap regan meledek Alana yang masih setia memejamkan matanya.
"Halo, ada apa?" Tanya regan pada Ken setelah menjawab panggilan tersebut.
"Bagaimana kabar adik ku, tuan regan?" Ledek Ken sembari menanyai kabar adik kesayangan nya.
"Baik-baik saja, kini dia sedang tidur." Ucap regan sembari melirik Alana
"Pantas dia tidak membalas pesan ku, bilang padanya aku merindukan nya." Ucap Ken menitipkan pesan pada regan untuk sang adik.
Regan mengangguk. Lalu melirik Alana yang tangan nya kini tak sengaja menyentuh lengan nya, membuat pikiran regan memiliki ide untuk menjahili wanita itu lagi.
Jari-jemari seksi milik regan masuk kedalam baju Alana, mengelus lembut perut Alana yang rata dan mulus. "Ehhhmm." Alana melenguh membuat Ken cukup terkejut karena dapat mendengarnya.
"Hei, kamu sedang tidur dengan wanita ya?" Omel Ken pada regan dengan jijik.
"Karena itu cepat matikan telpon nya!" Balas regan membuat Ken salah paham, padahal gak tahu aja siapa yang kini sedang digoda regan.
Adik mu sendiri.
Alana terbangun dari tidur nya, melihat tak ada siapa-siapa disamping nya wanita itu pun beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Alana?" Panggil regan.
"Baru ditinggal sebentar saja wanita itu sudah hilang, dimana ia berada?" Gumam regan kembali.
"Om regan sedang apa dikamar Alana?" Tanya alana kebingungan.
Regan menelan saliva nya saat mata nya tak sengaja melihat tubuh alana yang hanya dilapisi handuk pendek. "Kemana bathrobe mu?" Tanya regan membuang muka nya dari sana.
"Entahlah, di kamar mandi alana hanya ada handuk saja." Ucap alana pada regan.
Regan mengangguk. "Pakai baju mu sana." Ucap regan
Alana kebingungan ada apa dengan sikap regan pagi ini. "Apa om sakit, alana lihat wajah om regan memerah?" Ujar alana membuat regan semakin terlihat salah tingkah.
"Om ke bawah dulu, mau buat sarapan." Ucap regan pada alam tanpa melihat wanita itu.
Alana tersenyum kecil setelah sepeninggalan regan dari kamar nya. "Om regan makin hari makin lucu saja, menggemaskan." Ucap alana sembari menuju kedalam ruang wardrobe nya
Pagi ini ia memilih baju crop berwarna pink juga rok mini berwarna kuning pink agar senada dengan baju yang sedang dipakai nya.
Rambut nya ia kuncir dan sanggul keatas, karena melihat cuaca dari jendela yang seperti nya akan panas.
Tak lupa dengan anting yang tak pernah tinggal di telinga nya. "Om regan?" Panggil alana ke bawah.
"Om di dapur alana!" Jawab regan pada panggilan alana yang sukses membuat kuping nya berdenyut.
Sesampainya di dapur, regan melihat penampilan Alana yang sedikit berbeda dari biasa nya. "Tumben gak pakai gaun." Ucap regan sembari memotong beberapa sayuran.
"Biasa nya juga sering pakai ini, om regan saja yang baru dekat dengan alana akhir akhir ini." Ucap alana membalas perkataan regan.
Regan melirik sekilas rok yang dipakai alana. "Apa rok mu tidak terasa pendek?" Tanya regan pada alana
Alana mengidikkan bahu nya. "Seperti nya tidak." Jawab alana cepat.
"Rok ini nyaman, alana suka memakai nya." Ucap alana kembali.
"Ganti sana." Perintah regan dengan random tanpa alana sendiri tahu sebab nya apa.
"Jangan dong." Ucap alana.
Regan menghentikan tangan nya dalam memotong sayuran, kedua tangan kini terlipat tepat didepan d**a nya. "Kamu mulai berani tidak menuruti ucapan om?" Ancam regan pada alana
Ia tidak suka alana memakai tok sependek itu, bahkan paha nya saja bisa ia lihat dengan jelas betapa menggiurkan nya itu.
Mending kalau wanita itu hanya dirumah saja, kalau nanti ada kepentingan mendesak yang mengharuskan ia pergi dan keluar dari rumah kan berabe.
Akan ada banyak lelaki diluar sana yang melihat keindahan itu. "Ganti rok mu alana." Ucap Regan sekali lagi kini penuh dengan penekanan didalam nya.
Alana diam tak menjawab, hingga regan dengan perlahan mendekati wanita itu. Tangan nya kini mulai meraba paha mulus alana, naik dan semakin naik keatas. "Bagaimana, apa kamu menyukai nya?" Tanya regan dengan bisikan s*****l pada alana.
Alana menahan napas nya, menelan salivanya sendiri dengan berat kala sentuhan regan di paha nya begitu menyengat titik sensitif nya.
"Jika orang lain melakukan ini pada mu, apa kamu benar benar akan menyukai nya alana?" Tanya regan untuk kedua kali nya pada anak kecil dihadapan nya.
"Ah!" Lenguh Alana kala tangan regan meneplak b****g nya penuh semangat.
Regan membuka pintu kamar nya, tak melihat ada sesosok perempuan bernama Alana. Ia pun merasa sedikit lega, karena jarang untuk nya memiliki waktu pribadi akhir- akhir ini.
Regan menuju kedalam kamar nya, melihat satu kotak berisikan sebuah majalah edisi terbaru. Majalah apa lagi kalau bukan p***o.
Regan duduk diatas kasur nya, membuka kembali majalah yang sebelum nya tidak sempat diselesaikan nya. "Pria suka yang seperti ini." Gumam regan sembari tersenyum kecil.
Dirinya membuka satu persatu halaman, yang belum dibuka nya. Semua ini berawal dari Ken, kakak dari wanita yang selama ini terus menganggu pikiran nya.
Pria itu berhasil membujuk regan untuk membeli berbagai majalah p***o. Kadang juga memaksa regan untuk membaca koleksi milik pria itu yang berjibun bentuk dan gambar nya.
Terlalu banyak hingga kini regan susah untuk mengontrolnya. Ia juga harus pintar membagi waktu saat berkerja, dan kini saat menjaga adik Ken.
Alana..bocah perempuan yang seksi nya tidak terkira, entah hanya dimata regan atau mata semua pria. Sebenarnya tubuh Alana tidak semontok itu, hanya saja senyuman, ucapan, sifat, dan watak wanita membuat dia terlihat sangat menggoda.
Sifat manja nya terkadang membuat regan berfikir jauh tentang Alana. "Bisakah suatu hari wanita itu ku suruh menjadi model majalah khusus untuk ku?" Gumam regan.
Pikiran regan tidak sesehat pria biasanya, karena ia juga termasuk sesosok pria pecinta d**a dan b****g besar. "Ahhhh!" Teriakan Alana membuat lamunan regan membuyar.
Regan melihat dari jendela kamar nya, Alana yang kini berjongkok sembari menutup matanya ketakutan. Melihat hal itu membuat regan segera berlari keluar dari rumah.
"Alana!" Panggil regan setelah itu memeluknya penuh kasih sayang.
Regan menatap tajam pria yang hampir menabrak Alana. "Motor mu besar, tapi otak mu seperti nya tidak." Ujar regan kesal.
"Apa tidak bisa melihat seorang wanita di jalan sebesar ini?" Omel regan pada pria yang kini masih menggunakan helm nya dan duduk diatas jok motor ninja nya.
"A-lana yang salah, tadi Alana gak lihat kanan dan kiri om." Ujar Alana sembari menangis kecil.
Pria itu memarkirkan motor nya ditengah jalan dan melepas helm nya. Tak disangka oleh regan pria muda yang kini berada dihadapan nya terlihat cukup tampan, tapi tetap tidak bisa dibandingi oleh ketampanan nya.
"Saya minta maaf." Ujar pria itu penuh dengan sopan santun.
"Kalau ada kerugian gak perlu khawatir, saya tinggal tepat disebrang sana om." Ujar nya sembari menatap Alana yang kini masih berada dipelukan regan.
Regan melihat arah rumah pria itu. "Kamu berarti tentangga kami?" Tanya regan pada pria asing itu.
Pria itu mengangguk mengiyakan. Regan melihat keseluruhan tubuh Alana yanh terlihat baik-baik saja. "Tidak ada yang luka bukan Alana?" Tanya regan takut terjadi sesuatu pada Alana nya.
Alana menggeleng. "Baguslah." Ucap regan.
Regan menghadap kepada pria asing itu kembali. "Namamu?" Tanya regan.
"Panggil saja Jack." Ujar Jack pada regan.
"Jack, mulai sekarang kamu harus lebih berhati-hati saat mengemudi di komplek." Ujar regan.
Jack mengangguk. "Saya baru pulang dari luar negeri, kurang paham aturan disini. Saya akan belajar lagi om." Ujar Jack membuat Regan mengangguk.
"Namamu Alana kan?" Tanya Jack dengan ramah.
Alana yang sedari tadi membekap wajah nya didada regan, sedikit demi sedikit melirik Jack. "Iya." Jawab Alana.
"Aku minta maaf ya." Ucap Jack dengan lembut, sedangkan Alana yang cukup tersihir dengan ketampanan Jack hanya dapat mengangguk kecil.
Jack tersenyum pada Alana, lalu izin untuk pulang pada regan setelah berhasil meminta maaf.
Apa-apaan, bukankah barusan Jack menggoda Alana? Dengan aku pakai panggilan saya, sedangkan dengan Alana menggunakan panggilan aku?!
Regan geram rasanya, tak mau membuang waktu tangan regan membawa Alana ke dalam gendongan nya. "Kamu jangan terpesona oleh nya Alana." Ujar regan pada Alana yang mengangguk nurut.
"Di hati Alana cuma ada om regan saja." Ujar Alana dengan suara yang terdengar pelan, tapi masih bisa didengar dan malah membuat regan gemas hingga melempar tubuh wanita itu tepat keatas kasur nya.
Hari ini Alana dan regan berada di sebuah vila milik keluarga regan, pria itu mengajak Alana untuk berlibur disini dan menikmati pemandangan alam.
Sekalian untuk menghibur Alana yang katanya sudah sangat bosan berada didalam rumah. "Mau pergi kemana?" Tanya regan pada Alana yang baru saja memakai kardigan nya.
"Ke depan, Alana mau lihat sapi." Ucap Alana.
Regan mengangguk. "Mah om temani?" Tanya Regan pada Alana.
Alana menggeleng. "Terlalu dekat untuk ditemani, om disini saja ya?" Ujar Alana membuat regan menganggukan kepalanya.
Bukan tidak mau menemani Alana, hanya saja pekerjaan nya kini terlalu banyak untuk ditinggalkan. "Om akan menyusul kalau sudah selesai bekerja." Ucap Regan pada Alana.
Alana mengangguk senang lalu pamit pergi.
Jarak nya hanya beberapa meter saja dari sana, mata Alana melebar kala melihat sapi-sapi begitu banyak.
"Mooooo..mooooo"
Alana tertawa. "Kenapa tertawa?" Tanya seseorang disana.
"Suara sapi nya lucu banget." Jawab Alana tanpa menoleh pada pria yang baru saja mengajak nya mengobrol.
"Kenalkan, Rey." Ujar pria itu sembari mengulurkan satu tangan nya pada Alana.
"Alana." Ucap Alana.
"Saya yang mengelola vila ini, saya juga pasti kenal dengan pak Regan." Ucap Rey.
"Kamu itu keponakan nya pak Regan ya?" Tanya Rey ketika melihat Alana umur nya nampak jauh dari Regan.
Alana menggelengkan kepalanya, toh dia kan kekasih dari Regan. "Oh, itu lagi peras sapi ya?" Tanya Alana
Rey mengangguk. "Apa Alana boleh melihat nya?" Tanya Alana semangat.
Rey mengangguk. "Boleh dong, ayo ikut." Ucap Rey mengajak Alana turun dan menyaksikan langsung pemerasan s**u sapi.
Sedangkan, Regan yang sudah merasa Alana main terlalu lama pun berniat menghampiri wanita itu. "Dimana Alana?" Tanya Regan pada dirinya.
Melihat Alana bersama seorang pria disamping tepat di tempat pemerasan s**u regan pun tergesa-gesa menuju kesana. "Alana." Panggil Regan membuat wanita itu mengangkat kepalanya sembari melirik regan.
"Om sudah datang?" Tanya Alana senang.
Regan mengangguk lalu mengandeng tangan Alana, seakan menunjukan kalau Alana adalah miliknya dan tidak boleh ada yang berani menyentuh nya.
"Kamu kemana saja?" Tanya regan perhatian.
"Jalan-jalan dengan Rey, juga melihat s**u sapi diperas." Ujar Alana dengan senyuman.
"Rey?" Panggil regan membuat Rey menunduk sopan.
"Kalau kejadian ini terulang lagi, tolong jangan bawa Alana jauh-jauh." Ucap regan posesif.
Alana merengut. "Ini terlalu dekat untuk dibilang jauh." Ujar Alana pada Regan.
Regan mendekatkan bibir nya pada telinga Alana. "Jangan harap kamu lolos hari ini, kalau Alana berani melawan.. Alana akan berakhir seperti sapi itu, om peras s**u mu." Bisik regan membuat Alana ketakutan.
"Setuju tidak main jauh-jauh?" Tanya Regan kembali.
Alana mengangguk cepat mencoba menurut dengan perintah regan. "Iya om." Ucap Alana.
"Kalau begitu ayo pulang." Ajak regan yang diangguki oleh Alana lagi.
"Rey, jangan lupa laporkan berkembangan air s**u yang akan di ekspor." Ucap regan sebelum pergi dari sana meninggalkan Rey bersama sapi-sapi.
"Mereka nampak nya bukan om dan keponakan." Gumam Rey.
"Apakah Alana adalah?"
Rey menggelengkan kepalanya. "Gak mungkin!" Ucap Rey yakin pada dirinya sendiri bahwa Alana bukanlah seorang wanita seperti itu. Wanita simpanan? Mana mungkin, toh Regan belum menikah.
Sedangkan Alana dan Regan yang baru saja masuk kedalam, duduk diatas sofa dekat sana. "Alana harus janji untuk tidak pergi dengan seorang pria manapun kecuali om, pria itu berbahaya dan semua omongan yang dikeluarkan dari mulut nya itu bullshit. Kamu mengerti?" Ujar regan yang diangguki Alana.
Alana terbangun dari tidur nya, melihat regan yang berada disamping nya membuat perempuan itu kebingungan bukan main. "Om." Panggil Alana.
Regan membuka matanya sembari mengerjapkan matanya perlahan. "Oh kamu sudah bangun?" Tanya Regan yang diangguki Alana.
"Mau om buatkan sarapan?" Tanya regan
Alana menggelengkan kepalanya. "Belum mau, mau nya lihat om dulu." Ujar Alana menggombal dipagi hari.
"Morning kiss?" Tanya Regan membuat Alana menganggukan kepala dan mengecup pipi pria itu.
"Om buatkan jus ya?" Tanya Regan.
Alana mengangguk. "Jus apel ya om." Pinta Alana yang dibalas oleh regan dengan senyuman.
Setelah hampir lima belas menit lama nya, Alana turun kebawah dan melihat jus nya telah siap. "Kenapa tidak dibawa keatas?" Tanya Alana menghampiri Regan.
"Kamu butuh roti untuk sarapan." Balas Regan.
"Alana kan belum bilang kalau lapar om." Ujar Alana persis seperti anak bocah.
Regan mendekat dan mengacak kecil rambut Alana. "Mandi dulu ya Alana?" Ujar Regan memerintah Alana untuk mandi terlebih dahulu.
Alana mengangguk. "Eh tunggu, mau om yang mandiin gak?" Tanya Regan.
Alana mengangguk lagi sebagai jawaban. "Astaga, Alana." Ujar regan tak percaya dengan jawaban Alana.
"Nanti om khilaf, kali ini mandi sendiri dulu ya?" Ujar regan yang diangguki Alana.
Wanita itu kenapa menurut sekali padaku?
Regan melihat kebawah, adik kecil nya benar-benar telah berdiri tegak. Ini semua karena ucapan Alana yang membuat burung nya bangkit berdiri.
"Harus tidurin sendiri deh pagi ini." Ujar Regan sedih.
Regan mengelus burung nya agar tertidur kembali, dan seperti nya ini tidak ampuh. Membayangkan tubuh Alana yang montok nya bukan main, membuat Regan jadi berfantasi liar.
"Tidurlah, kamu sedang tidak punya mangsa untuk dimasuki." Ujar regan.
Setelah selesai dengan sarapan nya, kini gantian regan yang mandi dan beberes. Ia harus selalu tampil maskulin dihadapan Alana.
Drrttt
Message from Sely.
"Apa kabar?"
Deg!
Jantung regan mau meledak rasanya, wanita itu kini menghungi nya lagi. Perasaan ini salah, dan tidak boleh. Ia sudah punya Alana!
Tapi dari awal ia mendekati Alana bukan karena cinta, lalu apa yang harus dilakukan nya saat ini.
Message to Sely.
"Lama tidak mendengar kabar mu."
Balasan Regan benar-benar tidak mencerminkan pria itu menolak kembali kedatangan Sely ke hidupnya. Regan saja masih bingung dengan perasaan nya pada Alana.
Apa perasaan ini tulus atau hanya untuk main dan bersenang-senang. "Ya Tuhan." Gumam regan sembari memegangi kepalanya.
"Lah, om belum mandi juga toh?" Tanya Alana dari tangga menuju kebawah.
Regan melirik wanita itu, perempuan kecil yang baru-baru ini memasuki hidup nya. "Belum." Jawab Regan dengan singkat.
"Alana sudah mandi, om bisa mandi sekarang. Alana mau sarapan bareng om Regan." Ujar Alana sembari mendekat pada Alana.
Regan mengangguk. "Baiklah, kamu bisa tunggu dirumah makan." Ucap Regan.
Alana mengangguk. "Jangan lama-lama Alana sudah lapar." Ucap Alana.
Regan mengangguk dan menuju kelantai atas, tiba-tiba saja telpon genggam nya berbunyi. Terkejut ia saat melihat nama dilayar ponsel nya.
Sely is calling
"Astaga, apa yang harus aku lakukan?" Gumam Regan.
"Pura pura tidak dengar?" Tanya regan pada dirinya.
"Atau mematikan nya saja?" Tanga regan kembali pada dirinya sendiri.
Lama tak berhenti suara deringan dari ponsel nya, kini nampaknya ibu jari Regan memencet tombol untuk menerima panggilan itu.
"Om regan kok masih disini?" Tanya Alana dari belakang tubuh Regan yang bertelanjang d**a.
Regan dengan cepat mematikan panggilan tersebut yang bahkan baru saja tersambung. "Om baru mau mandi." Ucap regan gelagapan seakan baru dipergok selingkuh.
Alana mengangguk. "Alana akan tunggu disini kalah begitu." Ujar Alana sebari duduk diatas kasur Regan.
Regan mengangguk lalu meletakan ponsel nya jauh dari Alana, takut-takut kalau suatu saat akan terjadi hal yang tidak diinginkan.
Regan memasuki kamar mandi dan mulai membersihkan tubuh nya, sedangkan Alana seperti baisa berjalan kesana dan kemari. Melihat beberapa koleksi barang-barang yang ada dikamar Regan.
"Oh, Om regan koleksi miniatur juga toh?" Ujar Alana sembari mendekati lemari miniatur tersebut.
"Wah bagus nya." Puji Alana
Alana mengambil salah satu miniatur mobil dan melihat nya, dibawah sana ternyata ada sebuah kertas terjatuh.
'Dari kesayangan mu Sely.'
Siapa itu Sely?
"Alana belum pernah mendengar nama itu sejak kenala dengan om regan?" Gumam Alana.
Tapi memang Alana begitu cepat mengenal dan percaya pada regan, padahal mereka itu baru kenal beberapa bulan saja loh.
Drtttt...Drttt
"Ponsel Om regan bunyi?" Ujar Alana menuju kesana untuk melihat panggilan dari siapa itu.
Sebelum berhasil melihat nya, panggil dari luar dengan menyebutkan namanya membuat Alana memutar balik tubuh nya dan mengecek keadaan diluar sana.
Sampai didepan pintu ternyata itu adalah Rey. "Ada apa Rey?" Tanya Alana
"Mau kasih makan sapi gak?" Tanya Rey menawarkan Alana untuk ikut dengan nya.
"Kasih makan sapi?" Tanya Alana kembali yang diangguki oleh Rey.
Alana mengangguk. "Mau." Ucap Alana bersemangat.
Tapi sampai diluar Alana menghentikan langkah nya, membuat Rey kebingungan. "Ada apa?" Tanya Rey.
Alana menggelengkan kepalanya. "Hm, begini Rey.. Alana minta maaf. Alana gak bisa ikut Rey, Alana harus izin dulu dengan om Regan." Ucap Alana membuat Rey kebingungan.
Alana kan sudah besar, jadi untuk apa pakai minta izin pada Regan lagi?
Tapi ia tidak berhak menanyakan nya. "Baiklah, tidak apa-apa. Lain kali saja kita bisa melihat sapi sedang bajak sawah, ada kerbau juga loh." Ujar Rey membuat mata Alana melebar ingin sekali menyaksikan itu.
Ting!
Message from papah.
"Apa kabar anak papa yang cantik?"
Alana tersenyum senang. "Rey, mau foto sama Alana tidak?" Tanya Alana
Rey dengan senang hati mengangguk, dan mereka pun berfoto bersama. "Alana izin kirim ini ke papah ya?" Tanya Alana.
"Papah mu?" Tanya Rey
Alana mengangguk. "Boleh." Ucap Rey senang melihat Alana sesenang ini.
Message to papah.
You send image
"Dengan teman baru Alana."
Alana mematikan ponsel nya setelah berhasil membalas pesan dari Gerald sang papah.
"Alana masuk dulu ya Rey." Ujar Alana yang diangguki oleh Rey.
Setelah masuk, Alana bertemu dengan regan yang seperti nya sudah mandi. Pria itu nampak lebih ceria dari biasanya. Senyuman Regan kali ini yang tengah menelefon seseorang membuat Alana ikut tersenyum.
"Om regan, biasa nya dengan Alana cuek. Baru kali ini Alana lihat om regan tertawa lebar sepeti itu." Gumam Alana.
Atau jangan-jangan, om regan sedang menelefon karyawan atau teman nya yang pintar melawak?
"Kalau gitu caranya buat om regan senyum, Alana juga mau belajar jadi pelawak." Ujar Alana sembari menghampiri Regan.
"Om regan?" Panggil Alana.
Regan menoleh sejenak dan cukup terkejut melihat Alana ada dibelakang nya. "Nanti aku telpon lagi ya." Ujar regan pada penelepon yang sedang ditelpon nya barusan.
"Siapa?" Tanya Elena.
Regan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ayo sarapan saja." Ucap regan mengalihkan pembicaraan.
Alana mengangguki seperti biasa, karena susah untuk menolak permintaan regan kepada nya. "Roti nya kok sedikit gosong?" Tanya Alana
Regan tersenyum kecut, ia tidak mungkin bilang karena kelupaan mengangkat roti bakar nya kan saat sedang telponan dengan Sely?
"Kalau Alana mau yang lain bisa om bakar lagi." Ujar regan.
Alana tersenyum kecil sembari menggelengkan kepalanya. "Alana izin mau pergi ya bareng Rey?" Tanya Alana pada regan.
Regan merengutkan kening nya. "Sejak kapan kalian akrab?" Tanya Regan tidak suka.
Alana berfikir. "Entahlah, mungkin karena kemaren banyak ngobrol." Ujar Alana pada Regan.
Regan menggelengkan kepalanya. "Om gak izinkan." Balas Regan menolak permintaan Alana.
Alana cemberut. "Kenapa dengan wajah mu itu?" Tanya regan ketika melihat eskpresi Alana yang kesal.
"Om sibuk main hp dan tidak memperdulikan Alana, apa yang harus Alana lakukan untuk menghilangkan kebosanan ini?" Tanya Alana
Regan menelan salivanya, memang ada benar nya apa yang dikatakan Alana. Saat ini ia terlalu sibuk telponan dengan Sely.
"Om akan temani Alana main, Alana mau main apa?" Tanya regan.
"Keluar, Alana mau jalan-jalan lihat pemandangan diluar." Ujar Alana dengan manja membuat regan ikut tersenyum senang.
"Om ambil kunci mobil dulu." Ujar regan pada Alana yang bersedia menunggu pria itu.
Dijalan, Elena melihat pemandangan lewat kaca jendela mobil yang persis berada disamping nya. "Alana lihat, disana ada sapi." Ujar Regan menunjuk rusa yang ada di pinggir jalan dekat sana.
Alana melebarkan mata nya. "Wah, cantik banget om." Ujar Alana sembari mengambil beberapa foto diponsel nya.
"Om regan coba menghadap kemari." Pinta Alana yang segera memotret dirinya dan Regan dengan ekspresi pelongo.
Alana tersenyum. "Om regan lucu banget." Ucap Alana sembari mengirim foto tersebut pada Regan.
"Foto nya Alana sudah kirim ya ke om Regan, buat kenang-kenangan." Ujar Alana.
Regan mengangguk, lalu terdengar suara ponselnya yang berdering. Regan menoleh dan melihat tulisan Gani alias karyawan kantor nya. "Alana bisa tolong angkat dan berikan ponselnya pada ku?" Pinta regan.
Alana mengangguk dengan senang hati, ia suka saat regan meminta tolong pada nya. "Ini om." Ujar Alana.
"Makasi cantik." Balas regan setelah itu mengobrol lewat telpon nya.
Alana jujur tidak mengerti dengan apa yang tengah dibicarakan regan dan salah satu pegawai dikantor nya, tapi melihat raut wajah regan saja sudah menandakan bahwa pria itu sedang tidak baik.
Alana mencium pipi regan hingga pria itu tersenyum sembari menatap Alana sekilas. Alana menggelengkan kepalanya berniat memberitahu regan untuk tidak marah-marah dan harus pintar dalam mengendalikan emosi.
Setelah beberapa menit berlangsung Regan mematikan ponsel nya dan menaruh ponsel tersebut di saku nya. "Ada apa Alana?" Tanya regan.
Alana menggeleng. "Om jangan marah-marah, Alana jadi ikut sedih." Ucap Alana.
Regan mengangguk. "Maaf ya Alana, om kadang terbawa emosi kalau masalah pekerjaan." Ucap regan sembari menepikan mobil nya.
"Mau ngapain?" Tanya Alana
"Kita jalan-jalan saja sembari menghirup udara segar." Ujar Regan, membuat Alana bersemangat.
"Mau cium pipi Alana?" Tanya Alana pada regan membuat pria itu kebingungan.
"Ada apa memang nya?" Tanga regan.
"Alana merasa om akan jauh dari Alana, kalau seandainya begitu kan Alana gak mungkin kuat untuk nahan om agar tetap disisi Alana." Ujar Alana sukses membuat hati regan merasa cukup tersayat.
"Kamu ngomong apa sih Alana, jangan bercanda sayang." Ujar Regan membalas ucapan Alana.
Alana menggeleng. "Alana hanya mengira-ngira saja, bukan berarti akan terjadi kan. Yang pasti Alana cuma mau kasih tahu kalah Alana sayang banget sama om regan!" Ujar Alana dengan semangat.
Regan tersenyum kecil. "Apa om Regan menyayangi Alana?" Tanya Alana.
Regan nampak berfikir, lalu menganggukan kepalanya. Alana jadi ingat tentang isi buku novel percintaan nya, yang menyebutkan tanda seseorang benar benar mencintai mu.
"Tanyakan pada orang itu dan lihat ekspresinya saat menjawab pertanyaan apakah dia benar menyayangimu." Gumam Alana.
"Tapi kenapa perasaan Alana, om Regan tidak mencintai Alana." Ucap Alana dalam hati.
"Sudah puas?" Tanya regan pada Alana.
Alana mengangguk. "Sudah." Ucap Alana menjawab regan, hari ini ia mau cepat pulang saja.