Regan mengaga dibuatnya. "Alasan macam apa itu?" Gumam Regan.
Selama empat puluh menit mereka akhir ya sampai disupermarket, dan mulai memilih-milih bahan makanan. "Alana suka apa?" Tanya regan.
"Hm, kalau tanya itu bukankah terlalu cepat?" Tanya Alana balik pada Regan.
Memang apa salah nya menanyakan makanan kesukaan dihari pertama bertemu?
Regan menggeleng kearah Alana.
"Hm, Alana suka nya om." Ujar Alana malu-malu.
Astaga, bukankah Alana terlalu menggemaskan?
Regan menggelengkan kepalanya lagi, menyadarkan diri bahwa ini bukan saat nya menggoda dan tergoda anak bocah yang umur nya jauh sekali dari nya.
"Mungkinkah sepuluh tahun, atau dua belas tahun?" Gumam regan tidak percaya dengan otak nya yang mudah sekali merespons hal seperti ini.
Ken, sahabatnya terlalu biadab jika menyuruh nya menjaga wanita seperti ini, katanya adiknya itu polos tapi yang dilihat nya sekarang sama sekali tidak.
"Ayo keluar dari sini." Ajak regan.
"Ah gunakan dulu baju dengan benar Alana." Ucap regan kembali ketika melihat penampakan Alana yang masih cukup terbuka.
Alana mengangguk. "Om baik banget, kayak kakak-kakak nya Alana!" Ujar Alana bersemangat.
"Makasih ya om!" Ucap Alana berterimakasih
Selesai beberes Alana dan regan menuju kedapur, melihat banyak bahan kosong regan pun memilih untuk memesan beberapa makanan dari luar. "Padahal makanan seperti ini kurang sehat." Gumam regan.
"Makan dengan pelan Alana." Ujar Regan perhatian.
Jadi terfikir oleh nya tentang Ken yang berusaha menunjukan foto sang adik beberapa hari lalu, tapi ia selalu menolak.
Mungkin kalau aku tahu aslinya begini, aku akan menolak nya sebelum tergoda.
Alana, dengan wajah cantik serta imut yang dimiliki wanita itu nampak berbahaya. Belum lagi kini senyumnya terlihat jelas disana, dihadapan nya benar-benar sangat berbahaya.
Apa dia merencanakan sesuatu agar membuatku terus memperhatikan nya?
Regan menggelengkan kepalanya entah sudah yang keberapa kali nya hari ini.
Regan apa kamu gila, dia hanya seorang bocah perempuan!
"Om regan gak makan, kenapa ngeliatin aku terus?" Tanya Alana dengan tatapan yang tidak dapat dibaca regan.
Regan mengangguk, lalu mengambil satu sendok air sup dan meminumnya. "Makanan ini cukup enak ya Alana." Ujar regan mencoba berbicara pada Alana
Alana menaikan satu alisnya. "Kenapa om terlihat gugup dan salah tingkah, atau jangan-jangan om suka juga sama aku ya?" Tanya Alana membuat regan tersedak.
Siang ini Regan dengan sabar menunggu Alana belajar dengan salah satu guru bahasa Inggris nya. Padahal baru lima belas menit berlalu tapi Regan merasa risih ketika guru Alana dengan sengaja menempelkan tubuh nya rapat - rapat pada Alana.
"Mr, James boleh Alana tanya bahasa Inggris nya lapar apa?" Tanya Alana dengan imut.
"Hungry, itu adalah vocab yang mudah untuk dihafal Alana." Jawab James.
"Ih Alana lagi kodein mr. James kalau perut Alana sudah keroncongan." Ucap Alana sembari melirik Regan.
Padahal Regan sengaja tidak meninggalkan mereka berdua di satu ruangan, tapi wanita nakal ini baru saja menyuruhnya meninggalkan mereka berdua.
"Makan saja cemilan yang dimeja, selesai belajar kamu baru boleh makan berat Alana." Ucap Regan.
Alana cemberut. "Ya, baiklah." Jawab Alana sedikit kesal dengan Regan yang tidak peka pada perutnya.
"Coba mr cek jawaban kamu yang sebelum nya." Ujar James pada Alana.
Regan berusaha untuk terlihat sibuk dengan ponselnya, tapi kini matanya terlihat tidak ingin bekerjasama dengan nya. Dengan nakal, mata Regan terus mencuri pandang pada apa yang sedang dilakukan Alana dan gurunya.
Setelah satu jam sudah, akhirnya Alana selesai juga belajar. Lalu gurunya pamit saat itu juga.
"Boleh kita beli makan di mall saja?" Ujar Alana pada Regan sangat ingin.
"Kita kan sudah beli bahan makanan kemarin Alana." Ucap Regan dengan sabar.
Alana menggelengkan kepalanya. "Ayolah, Alana sedang ingin makan-makanan luar." Ucap Alana membujuk Regan.
Regan berfikir sejenak, lalu mengangguk sebagai jawaban. "Tapi gak boleh sampai malam ya, habis makan langsung pulang." Ucap Regan tak mau Alana tidur terlalu larut.
Alana mengangguk, padahal dalam pikiran alana adalah main game dimall dan menonton film.
Hampir satu jam mereka sampai juga di salah satu mall terdekat. "Mau makan apa sekarang?" Tanya Regan.
Alana melirik regan dengan polos. "Apa boleh Alana main di sana dulu?" Tanya Alana sembari menunjuk funwor*d.
Regan menaikan satu alisnya kebingungan. "Apa Alana gak salah, disana mainan untuk anak kecil." Ucap Regan.
Alana menggelengkan kepalanya, lalu menggembungkan pipinya. "Anak kecil?" Tanya Alana seraya menyipitkan matanya.
Alana mulai menunjuk lagi beberapa orang yang berada didalam sana. "Lihat om, itu ada anak besar dan orang yang pacaran!" Ujar Alana gak terima.
Regan menghela napasnya, keinginan wanita dihadapan nya ini memang tidak bisa ditolaknya. "Hanya sebentar, ingat Alana!" Ujar Regan yang segera diangguki Alana.
Setelah membeli tiket, mereka akhirnya mulai bermain hingga saldo disana berkurang dan habis. Tapi sebelum itu, Alana mengajak Regan untuk berfoto lebih dulu di photobox.
"Ayo om, gaya nya yang ramai dong. Jangan kaku begitu!" Ujar Alana kesal karena Regan yang terlalu kaku saat berfoto dengan nya.
"Kalau om foto dengan benar, Alana janji akan kasih hadiah!" Ujar Alana semangat.
"Benarkah?" Tanya Regan pura-pura tertarik.
Alana mengangguk. "Alana mulai ya!" Ujar Alana lalu mulai berfoto dengan Regan.
Di dua slide terakhir, Alana memaksa dirinya untuk naik ke gendongan Regan hingga pria itu cukup terkejut bahkan hingga terekam jelas di foto nya.
"Yang terakhir, ini hadiah buat om Regan!" Ucap Alana sembari mencium bibir Regan tanpa berfikir dua kali.
Didalam foto terakhir, dengan jelas terlihat Alana yang mencium nya dan wajah regan yang terkejut bukan main saat itu.
"Alana suka sekali fotonya." Ucap Alana sembari melihat hasil foto mereka.
Alana menyimpan menyimpan foto tersebut di tas nya, lalu memberikan satu foto nya lagi pada regan untuk nya menaruh di dompet.
"Ayo pulang." Ajak regan.
Alana menggeleng. "Sebentar dong om, Alana mau naik itu sebentar aja ya?" Mohon Alana pada regan
Regan memijat kening nya yang mendada sakit. "Kenapa mengajak Alana jalan-jalan seperti mengajak jalan anak dibawah umur sih!" Runtuk regan dalam hati
"Alana ini sudah malam." Ucap regan dengan sabar.
Alana menggelengkan kepala. "Om bisa pulang duluan, Alana akan naik taksi saja." Ucap Alana. Sembari berlari kearah yang berlawanan meninggalkan regan.
Regan mematung, melihat tingkah Alana membuat nya pusing setengah mati. Benar kata Ken, adiknya itu sangat aktif dan cerewet.
Aku sekarang baru tahu kenapa Ken tidak merawat adiknya sendiri melainkan menitipkan nya pada ku.
"Alana tunggu om!" Teriak regan takut-takut kalau Alana pergi jauh dan menghilang.
Kini regan dan Alana benar benar bermain bom-bom car atas dasar kemauan Alana. "Ya Tuhan, seumur hidupku aku gak pernah naik ini." Gumam regan
Sedari kecil dirinya sudah dijaga ketat oleh sang ayah, padahal dia laki-laki. Sejak beranjak dewasa inilah ia baru mengikuti beberapa olahraga seperti judo, taekwondo dan gym sehingga tubuh nya menjadi sebagus ini.
Dari kecil juga regan sudah dijadikan sebagai penerus perusahaan keluarga oleh karena itu ia selaku dilindungi oleh beberapa bodyguard sang papah yang baru saja bisa regan lepas dua saat ia sudah bisa mengalahkan semua Bodyguard itu.
"Waaa om regan!" Teriak Alana kala dirinya sukses menabrak beberapa bom-bom car disana.
"Permainan apa yang seru dari sini, ini hanya tabrak-menabrak mobil saja bukan?" Ujar regan ingin sekali menyerah dan turun dari mobil kecil ini sekarang juga.
"Alana ayo pulang." Pinta regan.
Alana masih menggeleng. "Satu lagi om, Alana janji deh." Ucap Alana membuat regan mengangguk percaya supaya mereka bisa cepat pulang.
"Pekerjaan om banyak loh Alana, om bukan pengangguran." Ujar regan yang diangguki oleh Alana.
"Nah itu dia!" Tunjuk Alana membuat mata regan sukses melotot.
Regan menggelengkan kepalanya. "Udah gila ya?" Tanya regan membuat Alana merengut.
"Itu tinggi sekali Alana, kalau jatuh bagaimana?" Tanya regan pada Alana
Regan menggeleng tidak setuju sama sekali, dirinya menarik pergelangan tangan Alana dan membawa wanita itu kedalam gendongan nya.
Beberapa Padang mata tertuju kepada mereka.
Regan tidak peduli dengan pandangan orang disekitarnya, yang ia lakukan hanya membawa Alana hingga ke mobil.
"Om regan lepasin Alana." Pinta Alana
Regan sengaja tidak menjawab rengekan wanita kecil itu, kalau dibalas makin nangis lagi dia. "Om regan!" Panggil Alana membuat regan melepaskan nya dari gendongan pria itu.
"Kata nya kamu suka om, harus nurut dong sama apa yang om katakan." Ujar regan membuat Alana merengut dan diam.
"Memang nya kalau Alana diam, om mau jadi pacar Alana?" Tanya Alana
"Kamu tahu pacar pacaran dari mana Alana?" Tanya regan merasa anak kecil ini sudah kelewatan.
"Hm, dari buku komik yang suka Alana baca." Jawab Alana jujur.
"Kalau pacaran kan bisa ciuman, kalau Alana dan om apa bisa berciuman?" Tanya Alana membuat regan menghentikan langkah nya.
Tok tok tok
Alana tak henti-henti nya mengetuk pintu kamar yang memang dikhususkan untuk Regan. Tak mendengar jawaban dari pria tua itu, Alana dengan cepat masuk diam-diam kesana dan menemukan pintu kamar mandi yang terbuka dengan lebar.
Alana menelan salivanya ketika melihat tubuh regan yang ditutupi kaca buram yang untung nya masih sukses membuat Alana bisa menerka-nerka bentuk tubuh pria itu.
"Apa itu tubuh om Regan?" Gumam Alana sembari menjilat bibirnya.
Alana mulai mengambil napasnya kembali. "Apa aku secabul itu?" Runtuk nya dalam hati.
Masa bodoh, pemandangan ini gak boleh terlewatkan!
Lama melihat regan yang mandi, tanpa sadar Alana tak berfikir kalau sebentar lagi pria itu akan keluar dari kamar mandi.
Cklek.
Alana terkejut kala ia melihat regan yang seperti nya sudah kelar mandi. "Gawat." Runtuk Alana.
Alana melihat kekanan dan ke kiri untuk mencari tempat persembunyian. Dilihatnya ada lemari besar yang mungkin cukup ia tempati dan menjadi tempat nya untuk bersembunyi.
lantunan lirik lagu dari mulut Regan bahkan terdengar jelas ditelinga Alana saat ini. "Gawat gawat!" Runtuk Alana panik dalam hatinya, bukankah regan akan membuka pintu lemari nya untuk mengambil baju nya.
Untung nya, Regan memakai baju nya yang sudah ia siapkan lebih dulu diatas kasur jadi dirinya tidak akan membuka lemari lagi kecuali ada sesuatu yang memang harus diambilnya.
Terpikir kembali oleh regan tepat disaat Alana sempat menciumnya. Dirinya terduduk dan mulai mengambil satu foto yang sengaja disimpan nya didompet setelah dipotong wanita kecil itu.
Sejak kapan dirinya mulai merasa bebas begini? Apa ini semua karena Alana?
Pria itu mulai berfikir, dan kembali ke masalalu nya. "Ada kala diriku menyesal akan waktu itu." Gumam Regan.
Alana yang masih berada didalam lemari curiga dengan apa yang tengah dikatakan Regan. Kupingnya kini mendekat ke sumber suara. Tak jelas mendengar apa yang tengah dikatakan regan, Alana pun semakin mendekatkan dirinya.
"Ish Alana gak bisa dengar sama sekali." Ujar Alana yang masih terperangkap didalam lemari.
Menunggu beberapa menit didalam lemari, membuat Alana haus karena rasa sesak didalam sana. Belum lagi perut nya terasa begitu lapar. "Apa yang harus Alana lakukan?" Gumam Alana takut ketahuan.
"Kalau Alana keluar nanti om regan bilang Alana m***m lagi karena ketahuan ngintipin om regan mandi tadi." Gumam Alana lagi pada dirinya sendiri.
Terdengar suara langkah kaki mendekat, lalu disusul dengan suara televisi. Alana tebak regan baru saja menyalakan televisi. "Kok suara nya dikecilkan?" Tanya Alana pada dirinya saat suara televisi semakin terdengar kecil.
Alana mencoba untuk mengintip sedikit lewat pintu lemari, dan bingung dengan apa yang tengah dilihatnya sekarang.
Dilayar televisi menggambarkan seorang wanita seksi sedang berjalan mendekat, lalu wanita itu nampak memamerkan d**a besar nya.
"Om regan nonton apa tuh?" Tanya Alana mencoba untuk mencerna.
Sepertinya model tontonan seperti ini membuat Alana jadi ingat dengan selera nonton kedua kakak nya. Waktu itu Alana pernah tidak mengetuk pintu kamar Ken dan Revan, dan tidak sengaja melihat kedua kakak nya tengah menonton yang seperti itu.
"Bedanya kak Revan dan kak Ken menonton nya dengan wajah memerah seperti tengah menahan bunga air kecil." Gumam Alana
Alana juga mau lihat ekspresi lucu regan, tapi mata nya terlalu jauh untuk melihat regan yang ada ditempat tidur dengan jarak yang cukup jauh dari tempat nya mengumpat.
"Ah, Alana pengen banget lihat om regan!" Runtuk Alana.
Wanita itu menggeser perlahan tubuh nya, dan mulai berusaha mencari celah agar dapat melihat regan disana.
Tak dapat diduga nya, sangkin semangat nya Alana tidak bisa menjaga keseimbangan nya dan akhir nya terjatuh menggelinding keluar.
Drug!
"Awh, sakit banget." Keluh Alana, sedangkan Regan yang melihat ada Alana disana buru-buru mengganti gambar layar di televisi nya.
Elena, wanita itu tak sangka dirinya akan tergelincir dan terjatuh yang sukses nya membuat mata Regan melebar karena terkejut bukan main. "Bagaimana kamu bisa masuk?" Tanya Regan lebih dulu.
"Aduh, om. Bisa bantu Alana berdiri lebih dulu gak?" Ujar Alana kesakitan.
Regan menghela napasnya berat, lalu mulai menggendong Alana ala bridal style dan membawanya keatas kasur pria itu.
"Untung om sekarang tinggal disini. Om benar-bener gak sangka kamu suka sekali jatuh dari lemari ya?" Sindir Regan mengingat kembali pertemuan pertama mereka.
Regan menerka-nerka pakaian Alana yang lumayan menerawang. "Kamu belum tidur?" Tanya regan sembari membuang tatapan nya dari tubuh wanita kecil dihadapan nya ini.
Wanita ini apa sengaja menggoda ku?
Alana menggeleng dengan polos, kini tatapan nya mulai melihat kearah rambut Regan yang masih basah dan berponi.
Ganteng banget, om regan.
"Rambut om kalau dirumah emang begini ya, jadi lebih imut karena punya poni." Ucap Alana yang entah apakah bisa disebut sebuah pujian atau ejekan bagi Regan.
Regan mengangguk. "Jangan mengalihkan pembicaraan, kenapa kamu belum tidur juga padahal sudah malam begini?" Tanya Regan menyindir satu perempuan didepan nya ini.
"Karena itu Alana kesini, Alana gak bisa tidur. Jadi mau nyamperin om aja biar ada teman." Ucap Alana tanpa memberi alasan sebenarnya bahwa ia sempat mengintip pria itu yang tengah mandi.
Tubuh om regan benar-benar seksi.
"Lagian juga, kenapa om baru mandi. Padahal sudah malam begini!" Omel Alana yang hampir saja keceplosan.
Ini semua karena kamu yang banyak menyita waktuku seharian Alana!
"Kenapa Alana bisa bersembunyi dilemari, kamu harus tahu kalau itu berbahaya!" Ucap Regan mengalihkan pembicaraan.
Alana menggelengkan kepalanya. "Tadi Alana ngintip om Regan mandi, pas om keluar ala—"
"Tunggu. Mengintip? Apa barusan Alana baru mengakui sebuah kesalahan?" Tanya Regan pada Alana sembari menatap mata wanita itu yang begitu meneduhkan.
Aduh Alana ketahuan!
Alana mengangguk pelan lalu mulai menggeleng lagi karena bingung harus menjawab apa. "Mengintip itu tidak baik Alana. Apalagi mengintip orang mandi." Ujar Regan.
Alana menundukkan kepalanya merasa bersalah. "Baik, Alana minta maaf dan tidak akan mengintip om mandi lagi." Ucap Alana pada Regan.
Regan mengangguk. "Jika kejadian seperti itu terulang kembali apa yang akan Alana lakukan?" Pancing Regan kembali untuk memastikan bahwa Alana sudah mengerti dengan apa yang dia bicarakan sebelum nya. Karena yang regan tahu, Alana itu kadang suka salah menangkap maksud nya.
"Kalau om mandi nanti, Alana langsung samper aja kan. Gak usah pake ngintip?" Ujar Alana membuat Regan sukses melebarkan matanya.
Sudah aku duga akan begini.
"Mau Alana bantu keringkan rambut om?" Tawar Alana memancing singa yang tengah kelaparan dimalam hari.
Regan menggelengkan kepalanya.
"Alana tolong jaga ucapan mu, om ini pria dewasa." Ujar regan pada Alana
Alana mengangguk. "Memangnya ada masalah apa ucapan Alana sama fakta bahwa om adalah pria dewasa?" Tanya Alana dengan wajah bingung
Wanita ini polos apa bodoh sih?
Regan menggelengkan kepalanya. "Lebih baik Alana balik kedalam kamar, dan pakaian mu ini bisa buat masuk angin tahu." Tegur Regan kepada wanita dihadapan nya ini.
Alana mengangguk. "Berarti Alana gak jadi nih bantu keringkan rambut om?" Tanya Alana dengan manja membuat regan semakin resah saja.
Regan memajukan langkah nya, dan kini sengaja menghimpit tubuh Alana ke hadapan lemari besar kamar ini. "Kamu harus belajar Alana, pria dewasa saat dihadapkan waktu-waktu seperti ini bisa lebih buas dari biasanya loh." Ujar regan dengan intens tepat dihadapan wajah Alana.
Alana menelan salivanya. "Pertama kali nya aku dekat sekali dengan seorang pria selain papah, kak Ken dan kak Revan." Gumam Alana.
Tangan Alana kini terlihat meraba jelas rambut tipis di sekitar rahang regan yang mulai mengeras karena menahan gairah nya malam ini.
"Tajam, tapi Alana suka." Ucap Alana tanpa rasa takut sedikitpun, malah ekspresi wanita itu nampak terlihat begitu senang dan bersemangat.
Regan semakin memajukan wajahnya mendekat pada Alana, rasa-rasanya jantung Alana mau meledak saat ini juga ketika mata regan dengan jelas menatap bibir nya.
"Ehm, apa..om mau mencium Alana?" Tanya Alana malu-malu dengan wajah memerah tapi tetap tidak menghilangkan rasa malu nya.
Regan tak bisa berkata-kata lagi, wanita dihadapan nya kini sukses menarik perhatian nya begitu cepat dan hebat. "Berapa sekarang umur Alana?" Tanya regan
Alana nampak berfikir. "Dua puluh berapa tahun gitu, Alana lupa kalau jantung nya lagi berdebar persis seperti saat ini." Jawab Alana sembari menatap mata regan penuh kepolosan.
"Gak jadi cium Alana?" Tanya Alana terlihat kepengen dan bersemangat.
Regan menahan tawanya, kini ibu jari beserta telunjuk nya bekerja sama untuk menarik dagu Alana. Alana yang mengerti regan akan mencium nya sekarang pun menutup matanya dan memajukan bibirnya penuh.
"Ciuman pertama Alana!" Ujar Alana girang dalam hatinya.
"Awwww!" Alana berteriak kesakitan ketika bukan ciuman yang ia dapatkan melainkan cubitan di pipinya.
"Sakit tahu om." Keluh Alana.
"Mangkanya jangan m***m, om ini sungguh bingung. Kamu itu perempuan tapi kenapa bisa persis sifatnya seperti kakak laki-laki mu?" Tanya regan menyindir wanita beserta Ken telak.
Karena Alana bodoh dan d***o, ejekan itu tak disambut dengan tidak baik oleh alana. Wanita itu hanya menyengir saja sebagai jawaban nya, terlalu senang untuk bicara sedekat ini pada regan.
Membayangkan tubuh berotot regan membuat nya hampir mengiler tiap hari, tubuh bagus dengan penampilan yang menarik belum lagi wajah om regan yang pengen Alana grepe tiap malam nya.
Alana cekikikan ketika memikirkan nya. "Ah Alana makin sayang aja sama om regan." Ujar Alana malu-malu.
Sedangkan regan semakin kebingungan. "Ada apa dengan wanita ini?" Gumam regan sembari memegang dahi Alana, sengaja untuk mengecek suhu tubuh wanita dihadapan nya yang kini tengah memasang wajah memerah dan salah tingkah.
"Hei, sadar Alana." Panggul regan menyadarkan wanita itu dari keanehan nya.
"Alana, apa kamu baik-baik saja?" Tanya regan khawatir.
Bagaimanapun dirinya kini sudah memegang tanggung jawab untuk menjaga Alana dengan alasan apapun. Saat ini konsentrasi nya hanya akan dipenuhi Alana, lalu bagaimana dengan perusahaan nya?
Tak mau berlama-lama, regan segera menuntun tangan Alana untuk keluar dari kamarnya dan membawa wanita itu kedalam kamar nya sendiri.
"Ih om jangan geret Alana keluar." Ucap Alana dengan manja.
"Tidur Elena, kamu harus segera tidur." Balas regan tak mau Alana berkeliaran dimalam hari.
Alana menggeleng. "Apa Alana gak boleh tidur bareng om regan?" Tanya Alana iseng.
Regan menggelengkan kepalanya. "Belum waktu nya, dan ada syarat nya." Ucap regan membuat Elena sedih.
"Apa syarat nya?" Tanya Elena
"Banyak, om harus cinta dulu sama kamu begitupun sebaliknya." Ujar regan.
Alana mengangguk. "Kalau om, apa om cinta sama Alana?" Tanya Alana
Regan menyerngitkan dahi nya dan berhenti berjalan. "Kalau Alana udah cinta dari pandangan pertama sama om regan, jadi syarat yang harus dipenuhi kurang satu untuk bisa tidur dengan om." Ucap Alana panjang lebar.
"Jadi, om cinta atau tidak?" Tanya Alana kembali membuat Regan bingung harus jawab apa.
"Om gak suka yang anak kecil seperti kamu, mau yang d**a nya besar dan pinggul nya harus.. ya begitulah pokok nya." Ujar regan yang bingung pada dirinya sendiri kenapa harus menjelaskan secara detail pada anak dibawah umur ini.
Sampai didepan kamar Alana, regan membuka pintu kamar wanita itu dan menyuruh Alana untuk masuk. Alana dengan wajah sedih menggelengkan kepalanya untuk yang terakhir kali nya.
"Gak mau, om." Ucap Alana persis seperti anak bocah.
Regan menggelengkan kepalanya. "Terserah padamu, om akan tinggalkan Alana sendirian di depan sini." Ucap regan.
Alana tidak takut dan berdiri disana sepanjang malam, membuat regan kesal bukan main. Regan kembali lagi dan mengangkat tubuh Alana hingga masuk kedalam kamar nya.
Kalau tidak, alamat berabe deh dimarahin abangnya, Ken sontoloyo!
"Tidurlah." Ucap regan sembari membantu Alana membaringkan tubuh nya dan menutupi nya dengan selimut tebal disana.
Mata Alana tak dapat berhenti untuk tidak memperhatikan regan. Pria ini terlalu sempurna untuk diumbar kepada kaum wanita lain nya, hanya Alana yang boleh ada disamping nya.
"Om gak tidur bareng disamping Alana?" Tanya Alana membuat regan menggeleng.
"Tidur Alana, om akan matikan lampunya sekarang." Ucap regan sembari memencet tombol off pada lampu tidur Alana.
"Eh, Alana takut tahu." Gumam Alana.
Regan menghentikan langkahnya untuk tidak keluar dari kamar Alana sebelum mengembuskan napas nya lelah. "Om akan ada disini sampai kamu bisa tertidur." Ucap regan dengan lantang, membuat alama tersenyum senang.
Alana senang bukan main dalam hatinya, kalau bisa cekikikan dirinya akan tertawa sekarang juga. Tapi Alana harus pura-pura begini agar regan terus berada di sisi nya.
Alana juga mulai berfikir lagi.
Seperti nya Alana benar-benar menyukai om regan.
Melihat Alana yang sudah menutup matanya, regan dengan perlahan mulai meninggalkan kamar wanita itu. Tapi sebelum langkah nya lebih jauh, regan membalikan badan nya dan berjalan kembali kearah tempat tidur Alana.
"Good night princess." Bisik regan setelah itu mencium kening wanita itu lembut.
Alana jelas masih bisa merasakan nya.
Dengan begini wanita itu akan cepat tidur dan tidak menganggu malam ku.
Alana berjalan kesana kemari, melihat arah kemana Regan tadi sempat pergi dari rumah nya. Awal nya Alana mengaku ia pura pura tidur karena ngambek dengan pria itu. Sedangkan Regan meminta waktu luang agar Alana tidak menganggu nya dalam bekerja selama setengah jam saja.
Tapi karena Alana yang manja nya minta ampun dan butuh seseorang untuk menemani nya main setiap saat mau tak mau Alana pun terus menganggu regan. Dirinya tidak pernah merasa kesepian, seba itulah dia membutuhkan regan.
Alhasil regan memarahi nya karena dia memang sedang membutuhkan waktu untuk bekerja.
Tiga puluh menit sebelum nya.
"Kalau om marah terus, Alana ngambek gak mau makan dan mengurung diri dikamar seharian." Ucap Alana membalas kemarahan regan sebelum nya.
Regan tidak pernah mengurus bocah kecil seperti Alana, ini pertama kali bagi nya tahu sifat kekanakan seseorang. Benar-benar diluar batas, karena itulah ia belum mau nikah sampai saat ini. Ini adalah salah satu alasan nya, otak nya seperti diputar-putar kala menjaga Alana.
"Alana, tolong jangan buat om semakin marah padamu..hentikan omong kosong mu dan menurut saja ." Ucap Regan sembari memegangi kepala nya yang rasa nya mau pecah.
Alana semakin cemberut saja. "Kalau begitu Alana pergi ke kamar saja, om seperti nya sudah membenci Alana!" Ujar Alana ngambek sekaligus kesal, om regan tidak seseru yang dia pikirkan sebelum nya. Tapi tetap saja didalam hati Alana, masih ada regan disana.
Alana menuju kedalam kamar nya, dan pura pura tidur. Terdengar suara ketukan pintu yang ditebak nya adalah pria bernama Regan, langkah kaki kerap didengar Alana saat ini menandakan bahwa regan kini tengah berada didekat nya.
Om regan pasti mau bujuk Alana supaya mau sarapan, terus om regan pasti mau minta maaf sama Alana karena udah marahin Alana.
"Alana, kamu sudah dewasa jangan seperti anak kecil." Ucap regan.
"Om tidak suka dengan wanita yang suka marah, dan emosi. Kamu harus sadar, waktu berjalan dengan cepat. Masa seperti ini harus nya kamu lakukan untuk hal bermanfaat begitu pun om." Jelas regan.
"Om harus bekerja dan kamu seperti ini, apa menurutmu semua waktu di dunia ini punya Alana?" Tanya regan menyindir Alana telak
Pikiran Alana dengan apa yang ada pada kenyataan nya sangat jauh berbeda, menurut Alana regan memang pria jahat.
Alana merengut kesal dibawah selimut nya. "Kalau kamu masih ngeyel gini om akan pergi ya, dan meninggalkan kamu sendirian." Ucap regan mengancam wanita dihadapan nya yang kini sedang mengambek seperti bocah.
Tak mendengar jawaban dari Alana regan pun menggelengkan kepalanya.
Alana menutup mulutnya rapat-rapat. "Baiklah..om akan pergi, terserah kalau nanti ada hantu yang menemani mu karena sendirian dirumah." Ucap Regan menakut- nakuti Alana.
Jantung Alana berpacu kala regan menyebut kata hantu, Alana ingin bangun dan memeluk pria itu karena ketakutan. Menahan regan agar tidak pergi kemana-mana dan meninggalkan nya.
Tapi suara pintu kamar yang tertutup membuat harapan nya pupus seketika. Alana membuka selimut nya dengan cepat, dari lantai atas Alana bisa tahu mobil regan yang menyala karena berniat pergi dari rumah nya.
"Apa om regan beneran pergi meninggalkan Alana?" Gumam Alana bertanya pada dirinya sendiri.
Kaki Alana melangkah dengan cepat keluar rumah nya, berniat menyusul regan. Bahkan melupakan sendal nya, ia hanya menyeret saat itu sangkin ketakutan nya. Setelah berlari lumayan jauh ia tak dapat menemukan mobil Regan lagi.
Om regan sungguh meninggalkan Alana sendirian.
Air mata Alana terjatuh karena perasaan yang kesepian ini, belum lagi kaki nya yang terbeset luka karena lari tanpa alas kaki.
Tanpa sadar, cuaca nampak mendung, sedangkan Alana tidak menyadari itu dan terus melihat kanan dan kiri nya berharap regan kembali lagi untuk nya lebih tepat nya untuk dirinya.
"Om regan kalau gak balik lagi akan Alana adukan ke papah!" Runtuk Alana mengancam regan tanpa pria itu ada disana.
Tik! Tik! Tik!
Alana melihat kelangit yang kini turun hujan rintik-rintik. "Air dari langit menetes." Gumam Alana.
Alana mencoba untuk bangkit dan menghapus air matanya sejenak, tangan nya kini ia pakai untuk menadah hujan alias melindungi kepalanya dari hujan. Tapi tetap saja dirinya basah kuyup dan tidak dapat terselamatkan dari hujan.
"Uh Alana kedinginan." Ujar Alana dengan bibir yang terus menerus bergetar.
Ia berjalan tertatih karena luka di kaki nya cukup perih terasa. "Hiks hiks hiks." Alana menangis karena perasaan yang kini terasa begitu kacau didalam hati nya.
"Om regan jahat." Ujar Alana sebal tapi tetap tidak menghilangkan rasa suka nya pada regan.
Entahlah, rasa hati nya kini perih dan teramat sedih tidak tahu alasan pasti nya karena apa. Mungkin saja dikarenakan tubuh nya terkena hujan dan basah kuyup, beluk lagi kaki nya ikut tergores atau bahkan karena regan yang meninggalkan nya dengan mudah.
"Alana gak akan ngambek lagi." Gumam Alana berbicara pada dirinya sendiri.
Alana mau regan datang kembali dan menjemputnya, Alana mau regan dan regan. Tidak mau yang lain nya! Kalau masih begini, ia akan minta sang papa menjodohkan nya dengan regan.
Lalu pria itu akan Alana ikat dikamar sampai tidak bisa pergi kemanapun bahkan berniat meninggalkan nya. Alana pernah belajar ini pada Revan, Revan begitu sering memamerkan kisah cinta nya pada sang istri.
Alana menghapus air matanya kembali yang masih keluar karena rasa sedih nya yang kian tidak hilang. "Tapi om regan seperti ya tidak menyukai Alana." Gumam Alana pada dirinya.
Didepan sana Alana melihat ada mobil yang melaju kencang, dirinya begitu takut hingga berteriak. "Apa orang itu akan menabrak Alana?" Tanya Alana pada dirinya.
"Ahhhhh"
Alana menarik napas nya dengan cepat, hampir saja. Hampir saja ia tertabrak dan mati muda. Dirinya mengelus d**a nya sendiri mencoba untuk menenangkan diri.
Serasa hujan semakin deras Alana mempercepat langkah nya menuju kerumah, tapi betapa bodoh ia kala otak nya kini melupakan jalan pulang.
"Ke kanan apa ke kiri ya?" Tanya Alana pada diri sendiri sembari menyipitkan matanya.
Alana menatap kaki nya, rasanya seperti mati rasa!
Alana berjongkok dan menangis kembali, ia merasa tidak ada yang benar dalam dirinya. Ia hanya bisa menyusahkan orang-orang tanpa memberi manfaat.
Tinn!!!!
Suara mobil dari depan menyadarkan nya dari tangisan dibawah guyuran hujan. Alana mencoba untuk bangun, tapi tubuh nya terasa begitu lemas.
Melihat sekejap bayangan pria yang dikenal nya, nampak berlari kearah nya. Lalu...
Bruk!
Alana jatuh tak sadarkan diri.
"Ck, aku tinggal sebentar saja sudah begini." Runtuk Regan sembari menggendong Alana masuk kedalam mobil nya.
Regan menggaruk kepala nya yang tidak gatal, melihat Alana pingsan mengenaskan membuat nya merasa sangat bersalah. "Dasar anak nakal, kenapa tidak tinggal dirumah saja dan menunggu." Ucap Regan pada Alana
Regan mondar-mandir, bingung bagaimana cara untuk memandikan wanita itu. "Bagaimana cara aku memandikan nya?" Gumam Regan.
Tangan nya kini menggendong tubuh Alana menuju kedalam kamar mandi. Setelah mendapat sedikit percerahan pria itu menaruh tubuh Alana didalam bath up yang sudah di isi dengan air hangat.
Tanpa melepas baju wanita itu, Regan dengan perlahan mengelap wajah Alana yang kotor. Lalu mencuci rambut panjang wanita itu.
Seperti nya ke sadaran Alana perlahan muncul juga. Regan memberanikan diri untuk melepas pakaian Alana perlahan tanpa melihat nya sedikit pun.
Hanya dilepas perlahan regan, dari pada wanita ini sakit.
Regan melepaskan pakaian Alana, membuka resleting belakang juga kancing tengah. "Lalu, bagaimana dengan dalaman nya?" Tanya regan pada dirinya.
Regan menelan saliva nya sendiri. Tangan nya mulai meraba punggung Alana yang halus bukan main terasa ditelapak nya.
Berhasil.
Regan semakin gugup saja kala, dalaman atas Alana sudah dilepas nya. Kini giliran yang bawah nya, membuat bulu kuduk regan berdiri semakin merasa aneh. Regan menarik napas nya perlahan lalu membuang nya, mata nya tetap terpejam.
Tangan regan tak sengaja menyentuh perut Alana ketika ia mencari dalaman bawah Alana, serasa sudah benar regan dengan cepat membuka nya.
Merasa tak ada lagi bahan yang tersisa di tubuh Alana, regan mengambil bathrobe untuk di pakaian pada tubuh Alana. Sebelum nya air di bath up juga sudah di buang nya.
Selesai memakaikan nya, regan mengikat tali nya lalu membawa Alana ke kamar nya lagi. Menidurkan wanita itu sampai Alana sadarkan diri.
Regan mengambil air panas untuk mengompres Alana, wanita itu seperti nya terserang demam. "Istrihatlah." Bisik Regan setelah itu menyalakan pemanas diruangan tersebut
Menunggu setengah jam lebih akhir Alana membuka matanya, melihat ada regan disamping nya yang ikut tertidur dengan nya membuat Alana tersenyum kecil.
Alana melihat tubuh nya yang terbalut bathrobe kamar mandi, bingung dengan apa yang tengah terjadi sebelum nya.
"Apa barusan Alana mandi?" Tanya Alana pada diri sendiri.
Alana menatap kembali Regan yang masih berada disamping nya, tubuh nya kini mendekat pada tubuh regan. "Om regan tampan sekali." Ucap Alana tepat dihadapan regan yang tengah tertidur.
Cup.
Alana mencium bibir regan tanpa berfikir lebih dulu, karena menurut Alana, apa yang dia mau lakukan ya lakukan saja. Karena selama ini tidak ada yang memarahi nya sama sekali jika melakukan sesuatu.
Alana mencium bibir regan berkali-kali, lalu terdengar dering telpon didepan kamar wanita itu. Membuat Alana berdiri dan keluar dari kamar nya untuk megangkat panggilan tersebut.
Kaki wanita itu melangkah dengan polos, keluar dari kamar. Sedangkan didalam kamar nya, masih ada regan yang jelas terpaku dengan keadaan sekarang.
Mata nya melek kebingungan, lalu meraba bibir nya yanh terasa basah. Ia masih tak percaya Alana barusan mencium bibir nya.
Anak kecil itu gak sepolos yang aku duga.
Ini memang bukan pertama kali nya ia berciuman, apalagi di curi ciuman nya oleh wanita. Karena di club pun banyak sekali yang turut menggoda pria bernama Regan itu.
Tapi entah mengapa, harga dirinya seakan tak terima bahwa Alana mencuri ciuman dari nya. "Wanita nakal itu, akan ku beri dia arti ciuman yang sebenarnya." Gumam Regan.
Alana masuk kedalam kamar nya dengan tanda tanya. "Om regan sudah bangun toh?" Tanya Alana tanpa rasa gugup, padahal ia baru saja mencuri ciuman regan.
Regan dengan santai memainkan ponsel nya diatas kasur Alana, kini melirik wanita itu. "Belum pakai baju?" Tanya regan pada Alana.
Alana menggeleng. "Ini Alana baru mau ambil." Ucap Alana sembari masuk kedalam ruangan wardrobe besar nya
Gaun merah marun akan menjadi pilihan nya hari ini. "Cantik." Ujar Alana melihat dirinya didepan kaca sembari tersenyum.
"Sudah selesai ganti baju kah?" Tanya regan
Alana mengangguk. "Bagaimana om, apa Alana cantik?" Tanya Alana.
Regan mengangguk. "Hujan nya sudah reda, mau makan diluar apa masak dirumah saja?" Tanya regan pada Alana.
Alana nampak berfikir. "Makan masakan om boleh." Ucap Alana yang disalah artikan oleh Regan.
Regan kira wanita dihadapan nya ini tengah memainkan trik kecil, seperti sedang menggoda nya begitu. "Kemari." Ucap regan pada Alana.
Alana mendekatkan tubuh nya pada Regan yang kini sedang duduk di atas sofa. "Ada apa om?" Tanya Alana polos bukan main.
"Duduk sini." Ucap regan menepuk tempat kosong disebelah nya.
Alana duduk menuruti perintah regan. "Apa Alana pernah punya pacar?" Tanya regan.
"Hm, Alana gak pernah punya pacar." Ucap Alana jujur membuat Regan tersenyum.
Alana tersenyum melihat Regan yang kini juga tengah tersenyum. "Wajah om manis juga ya, kayak papah nya Alana." Ucap Alana pada Regan.
Membuat regan merasa tengah dikerjai oleh anak kecil. Regan mendekatkan wajah nya pada Alana, lalu menatap bibir ranum wanita itu.
Tangan nya meraba bibir Alana yang cukup menggoda iman nya. "Kalau begitu Alana belajar dari mana cara berciuman?" Tanya Regan pada Alana
Alana melebarkan matanya. "Me-memang nya Alana pernah ciuman, om regan tahu dari mana?" Tanya Alana gugup.
Seperti nya ia telah ketahuan. "Begini loh om, Alana memang sudah pernah ciuman sama papah dan mamah." Ucap Alana sembari menatap Regan takut
Regan tertawa kecil, membuat fokus Alana semakin mengecoh. Regan itu seperti malaikat tampan bagi Alana, namanya juga anak kecil yang baru mengenal dunia luar.
Ia baru bertemu seorang pria selain keluarga nya, ya regan seorang. "Om lahir dimana?" Tanya Alana.
Regan mengerutkan kening nya. "Emang nya kenapa?" Tanya regan penasaran.
"Hm, kalau Alana bisa tebak..om di ciptakan dari surga sengaja untuk jadi malaikat nya Alana ya?" Ucap Alana menggombal.
Regan membuka mulut nya, tak menyangka Alana bisa gombal juga.
"Oh!" Alana berteriak kala lampu rumah mereka mati, dan hujan ikut turun kembali.
Wanita itu mendekap tubuh Regan bahkan duduk diatas pangkuan pria itu. "Alana takut gelap." Bisik Alana didalam pelukan Regan.
Regan mengelus pelan pundak wanita itu setelah membalas pelukan Alana, sengaja untuk menenangkan wanita itu.
Tangan regan juga kini berpindah ke rambut Alana yang wangi nya benar-benar berhasil mengalihkan fokus nya. "Alana pakai sampo apa?" Tanya regan berbisik didalam kegelapan.
Sekalian membantu menenangkan Alana saat ini. "Hm, Alana pakai sampo yang dibelikan papa saat baru pulang dari Jepang." Ucap Alana.
Logat manja Alana sukses membuat senyuman regan terbit. "Sangat menyenangkan saat didengar." Ucap regan dalam hati nya.
Bibir nya kini tak sadar mencium pucuk telinga Alana, membuat perempuan cantik itu ikut melenguh.
"Om regan sedang apa?" Tanya Alana menyadarkan Regan dari imajinasi liar nya.
"Mau nonton film dari hp om aja?" Tanya Regan mengalihkan percakapan
Alana mengangguk. "Mau." Jawab perempuan itu.
Regan mengeluarkan ponsel nya, lalu membuka aplikasi untuk menonton film berbayar. "Mau nonton genre apa?" Tanya regan pada Alana dengan penuh kasih sayang.
"Hm, apa saja yang penting seru." Ucap Alana.
"Tapi om, jangan yang darah nya ya. Alana takut kalau film sadis." Ujar Alana memberitahu regan
Regan mengangguk. "Nih, kesukaan anak cewek. Film romantis." Ujar Regan menyetelkan film berjudul 'i got you brother Hans' ciptaan Gabrielinked yang lagi viral itu.
Alana menonton dan terus tersenyum-senyum sendirian. "Kak Hans nya gengsi banget ya om." Ujar Alana pada Regan mengomentari film tersebut
"Mangkanya kalau suka sama orang jangan gengsi, tinggal bilang aja." Ucap regan yang masih memangku Alana diatas nya.
Alana terlalu takut untuk duduk sendirian walau disebelah regan sekalipun, lagian juga lebih aman dan nyaman di atas pangkuan Regan.
"Nala nya cantik sekali." Ujar Alana
"Kamu gak kalah cantik kok." Ucap Regan pada Alana membuat wajah wanita itu memerah karena malu
"Om juga tampan sama kayak kak Hans disini." Ucap Alana
Regan mengerutkan kening nya. "Tampan mana aku dan Hans yang ada di film itu?" Tanya regan tak mau disamakan ketampanan nya
Aku harus jadi yang paling tampan untuk Alana
"Eh, apa yang baru katakan dalam hati ku?" Gumam Regan.
"Hm, gantengan om Regan lah." Ucap Alana membuat regan tersenyum bangga.
Terlalu larut dalam membanggakan diri, regan tak sadar bahwa Alana tengah fokus pada adegan berciuman nala dan Hans. "Hei, anak kecil gak boleh nonton ini." Ucap regan.
Alana memanyunkan bibir. "Alana suka tahu nonton seperti ini." Ujar Alana tanpa rasa malu
"Benarkah?" Tanya Regan tak percaya
Pantas saja
Alana mengangguk. "Kak Revan dan kak Ken suka main kesini terus Nala ikutan nonton apa yang mereka tonton." Ucap nala dengan polos
Regan menggelengkan kepala nya tak percaya. "Begini loh Alana, kamu itu kan cewek harus nya jangan ikutan nonton begituan." Ucap Regan susah menjelaskan pada anak kecil seperti Alana
Alana mengangguk saja tanpa mengerti maksud nya. "Eh, mereka ngapain?" Tanya Alana.
Regan melihat kelayar dan menampilkan Hans dan Nala telah berhubungan intim. "Astaga." Ucap Regan terkejut
Dia gak bakal bohong kalau di bilang sering menonton yanh seperti ini. Alias film dewasa begini, tapi menonton bersama anak perempuan bukanlah tipe nya. Apalagi anak perempuan nya sekesal nala yang menurutnya masih terlalu dini untuk menonton yang seperti ini.
"Kok muka Alana panas ya om?" Tanya Alana dengan polos.
Tangan regan mematikan ponsel nya, film ini terlaku berbahaya. "Kita nonton yang lain aja ya?" Tawar Regan membuat Alana menggelengkan kepalanya
"Eh?" Ujar Regan kebingungan
"Alana suka film nya." Ucap Alana tanpa rasa malu seperti biasanya.
Aku ini kan masih orang lain, kenapa dengan enak nya Alana mengatakan itu dihadapan ku?
Lampu telah menyala membuat Alana turun dari pangkuan Regan. "Alana lapar." Ucap nya pada Regan yang masih kebingungan
"Om regan?" Panggil Alana menyadarkan
Regan melihat Alana yang memanggilnya, lalu sadar akan itu. "Baiklah, om buatkan makanan." Ucap regan pada Alana
Regan menuju kedapur membuat Alana mengikuti nya dari belakang. "Duduk disini saja, biar om semua yang buatkan." Ucap regan.
Alana mengangguk nurut. "Wah, om regan keren." Ucap Alana
Regan mengeluarkan bahan-bahan nya, lalu mulai meracik dan memasak nya. Beberapa bahan di rebus seperti kentang dan sayuran nya sedangkan daging nya di panggang diatas Teflon.
"Hm, wangi nya harum." Puji Alana
Setengah jam selesai memasak, akhirnya regan pun menyodorkan hasil buatan nya pada Alana
"Makan dengan perlahan, dan habiskan." Ucap Regan yang segera diangguki oleh Alana
Alana mencoba memotong nya dan memakan nya, percaya tak percaya rasanya benar-benar enak: begitu juga dengan renyah nya kentang.
"Apa Alana juga harus makan sayur nya?" Tanya Alana pada regan.
Regan menganggukan kepalanya. "Itu bagian terpenting dari makanan Alana, manusia yang sehat harus makan sayur banyak." Ucap regan pada Alana sembari mengelus kepalanya.
Alana mengangguk, ia mencoba sedikit demi sedikit memakan sayuran yang piring nya sengaja dipisah Regan dari daging nya.
"Nanti sering-sering buatkan Alana makanan ya om regan." Ujar Alana.
Regan mengangguk. "Kalau kamu menjadi anak pintar dan penurut, akan om kabulkan apa saja yang Alana inginkan" ujar regan
Alana melebarkan matanya, lalu mendekati wajah regan. "Termasuk menjadi pacar om?" Tanya Alana membuat regan cukup terkejut
Regan tanpa basa basi mengangguk, mengiyakan pertanyaan Alana. Alana yang melihat nya begitu senang..hingga sayuran yang dimasak regan dihabiskan nya dengan cepat.
"Berarti om regan bisa jadi pacar pertama Alana." Ucap Alana.
"Bukan hanya pertama, om lebih mengharapkan jadi yang terakhir." Bisik regan tepat dihadapan Alana.
Membuat wanita itu hampir tersedak kalau saja regan tan memberikan nya air mineral. "Makan dengan pelan Alana, om gak akan meninggalkan mu." Ucap regan setelah itu mencium pucuk kepala Alana.
Alana terkikik, padahal jantung nya sedang beroperasi dengan aneh. Kecepatan kerja jantung nya begitu cepat, sangat terasa.
"Om regan gak makan?" Tanya Alana.
"Melihatmu aku sudah kenyang." Ucap Regan menggoda Alana
Apa benar aku menyukai Alana, atau hanya ingin bermain dengan anak ini saja?
Regan juga bingung dengan perasaan nya, gak mungkin kan perasaan suka itu tiba tiba datang begitu saja. "Kenapa begini sih." Runtuk regan.
"Om regan, lihatlah. Sayuran nya sudah habis." Pamer Alana pada regan
Regan mengangguk. "Bagus, setelah ini kamu mau langsung tidur?" Tanya regan
Alana menggeleng. "Boleh Alana setelah film lagi?" Tanya Alana lebih tepat nya seperti memohon
Regan mengangguk. "Tapi tidak seperti yang tadi." Ucap regan.