Ina tertawa hambar. Suaranya nyaris tak terdengar, seolah menyisakan jejak getir di ujung bibirnya. Pertanyaan Dhevi barusan memang blak-blakan, dan sejujurnya, itu tipe pertanyaan yang biasanya ia lempar ke lawan bicaranya, apalagi kalau ia merasa akrab dengan teman ngobrolnya seperti sekarang, bukan sekedar basa-basi. Tapi kali ini ia yang jadi objek pembicaraan. Ia yang dibongkar. Dan ini bukan masalah, ia tidak keberatan menceritakan sedikit masa lalunya yang kadang suka menyesakkan d**a kalaau diceritakan kembali. "Nggak, Dek ... Aku malah paling takut berurusan dengan suami orang, apalagi melibatkan perasaan" jawab Ina pelan. Suaranya nyaris tenggelam dalam deru ombak. Matanya tidak menatap Dhevi, melainkan jauh ke arah laut lepas, seakan mencari pegangan di tengah gelombang masa la