Setelah Dhannis pamit untuk kembali ke hotelnya dan bersiap - siap makan malam, Ina berdiri mematung di depan lemari bajunya.Walau udara di dalam apartemennya ini dingin karena bantuan AC, tapi hawa di kamar apartemennya seperti berubah hangat saat Ina memikirkan makan malam bersama Dhannis nanti. Ada semacam kegugupan manis yang belum sempat ia atasi sejak tadi. Tangan kanannya meraih gagang lemari dan menarik pintunya perlahan. Sususan pakaian yang biasanya terlihat membosankan kini seperti penuh teka - teki. Pilihannya banyak, tapi justru itu yang membuatnya bingung. Ina menatap isi lemari sambil menggigit bibir bawahnya. Ini bukan sekadar makan malam biasa. Bukan juga makan malam keluarga yang kadang penuh basa - basi dan tawa formal. Ini ... bisa jadi sesuatu yang lain. Malam yang be